Sejarah Yayasan Mitra Tani Mandiri (YMTM) versus Yayasan Geo Meno (YGM)

Oleh Pendiri Yayasan Geo Meno

Tujuan utama tulisan ini adalah harapan bahwa Vinsen Nurak, Josef Maan dan Yayasan Mitra Tani Mandiri berhenti melakukan penipuan dan menggunakan uang dari donor   untuk kepentingan pribadi dan keluarga yang seharusnya seharusnya menjadi hak masyarakat desa yang dibangun. Berhenti menipu donor, pemerintah, dan masyarakat agar bisa bekerja dengan lebih beretika,  bermoral dan bermartabat. LSM yang sering tuding pemerintah korupsi dan menyalahgunakan kekuasaan dan kewenangan ternyata menjadi koruptor dan manipulator yang lebih dahsyat.

Ketika kita bekerja dan berhubungan dengan siapapun baik perorangan atau kelompok atau organisasi, kita perlu memperhatikan tata krama, etika, sopan santun.

Ketika tahun 1980an kelompok-kelompok orang atau lembaga membangun Lembaga Swadya Masyarakat (LSM), tujuan utamanya adalah memberi dukungan dalam proses pembangunan. LSM seharusnya menjadi institusi alternatif atau pelengkap untuk peran atau fungsi yang tidak dapat sepenuhnya dilaksanakan  oleh pemerintah. Ada beberapa LSM yang dibangun di NTT bahkan sejak tahun 1970-an yang memberikan hasil yang sangat nyata walaupun wilayah kerjanya tidak semuanya luas.

LSM-LSM tersebut tidak mempunyai dana yang besar tetapi meninggalkan kesan dan jejak menarik yang jika dikelola dengan baik dapat berdampak luas dan berkelanjutan. Ada juga yang tidak dapat melanjutkan kegiatan karena keterbatasan anggaran dan sangat tergantung pada dukungan donor. Tidak dapat disangkal bahwa LSM-LSM pada saat ini sangat tergantung pada dana dari donor. Dana dari donor bisa sangat besar bisa kecil. Tergantung pendekatan, cara kerja dan fokus, tujuan dan sasaran donor dan LSM.

Dana di LSM bisa menjadi sumber inspirasi  dan inovasi bagi pengembangan masyarakat dan pembangunan. Namun dana yang sangat besar bisa menjadi sumber korupsi dan konflik.  Salah satu kasus yang bisa menjadi bahan pelajaran adalah sejarah perkembangan Yayasan Mitra Tani Mandiri (YMTM) vs  Yayasan Geo Meno. Bisa dipelajari sejarah perkembangan Yayasan Mitra Tani Mandiri yang dikembangkan dari Yayasan Geo meno di bawah ini.

Sangat disayangkan bahwa Vinsensius Nurak dan  Josef Maan yang menjadi pimpinan  dan pengelola YMTM menjadi penipu dan pencuri  yang terbesar  dan sangat tidak etis  dalam sejarah LSM di NTT dan mungkin di Indonesia. Mereka manipulasi sejarah, program, manajemen, keuangan dan data capaian program. Bahkan mereka manipulasi data yang disampaikan kepada  donor dan peneliti dari luar negeri.

Mohon maaf kepada para pembaca atas tulisan yang mungkin terlalu sarkastik atau keras. Namun kami berpikir bahwa perlu ada mekanisme kontrol  atau akuntabilitas dalam LSM. Apalagi menyangkut etika dan tata krama bukan hanya korupsi dan manipiulasi data dan keuangan. Kita tidak bisa terlalu lunak namun membiarkan korupsi, manipulasi merugikan banyak pihak, yang  menghancurkan harapan dan cita cita awal pendirian sebuah Yayasan.

Artikel ini mungkin tidak cocok untuk pembaca, terlalu  sarkastik, gamblang-blak, dan blak-blakan tentang sebuah LSM yang didirikan dan dikembangkan di Pulau Flores, yang kemudian dihancurkan oleh sekelompok orang yang dibina pendiri Yayasan.  Gagasan dan visi untuk membantu mengembangkan masyarakat miskin lokal di daerah-daerah terpencil di Flores dan Timor menjadi hancur. Salah satu masalah dengan pengembangan dan kegiatan LSM di Indonesia adalah bahwa kita tidak memiliki mekanisme kontrol, aturan, peraturan, atau lembaga yang solid dan dapat ditegakkan untuk mencegah LSM dari perilaku oportunistik yang akan berakhir dengan korupsi, penyalahgunaan dana, atau dukungan dari donor, pemerintah atau organisasi sektor swasta.

Sejarah

Betapa tercengangnya saya membaca berbagai berita dan cerita tentang Vinsensius Nurak dan Yayasan Mitra Tani Mandiri (YMTM) yang dimuat diberbagai website lembaga internasional dan nasional, surat khabar atau media berita nasional dan sebagainya. Vinsensius Nurak, Josef Maan dan Yayasan Mitra Tani  sekarang menjadi pahlawan pembangunan pedesaan, pertanian lahan kering, agroforestry, perubahan iklim  dan sebagainya di Timor.  

Membaca berbagai berita hasil liputan dan wawancara tentang Vinsensius Nurak dan Yayasan Mitra Tani Mandiri (YMTM)  sejak tahun 2010 ke atas  yang terus maju seharusnya menjadi berita yang membanggakan. Walaupun saya tidak bekerja dengan Yayasan Mitra Tani sejak saya bubarkan Yayasan Geo Meno dan menyerahkan seluruh asset secara cuma-cuma kepada Vinsensius Nurak dan kawan-kawan yang membentuk Yayasan Mitra Tani Mandiri (YMTM). Pendiri Yayasan Geo Meno  harapkan pengabdian kepada petani pedesaan diteruskan tanpa pamrih, penuh dedikasi dan pengabdian dengan kejujuran dan tanpa korupsi,  dengan  kesederhanaan tanpa menonjolkan kepentingan pribadi atau mencari popularitas.

Tenyata Vinsesius Nurak, Josef Maan dan Yayasan Mitra Tani Mandiri  terus dan tidak pernah berhenti melakukan penipuan dan manipulasi mengenai sejarah Yayasan Geo Meno (YGM) dan Yayasan Mitra Tani Mandiri (YMTM). Bahkan manipulasi data dan fakta, penipuan dan korupsi semakin menjadi-jadi. Bayangkan tahun 1990 setelah tamat dari Fakultas Pertanian Vinsensius Nurak dan Josef Maan mengemis kepada Tony Djogo, pendiri Yayasan Geo Meno  untuk bisa bekerja di Yayasan Geo Meno.  Tetapi belakangan ketahuan Vinsen Nurak cs mengklaim sebagai pendiri Yayasan Geo Meno. Bagaimana Vinsen Nurak cs bisa mengklaim melakukan riset untuk mengumpulkan data dasar untuk mendirikan Yayasan Geo Meno? Mengemis untuk bekerja di Yayasan Geo Meno tetapi kemudian mencuri dan manipulasi serta mengklaim sebagai pendiri Yayasan Geo Meno.

Akibat peristiwa peristiwa ini cita cita awal untuk membangun masyarakat desa secata bertahap dari pendekatan pembangunan kapasitas, konservasi tanah dan air untuk  kemudian akan  dikembangkan ekonomo dan bisnis petani dan masyarakat desa menjadi berantakan. Yang terjadi adalah ekonomi Vinsen Nurak , Yosef Maan dan pengurus Yayasan menjadi sangat maju tetapi ekonomi dan pendidikan orang dessa tertinggal. 

Saya (Tony Djogo) dan Keluarga membentuk Yayasan Geo Meno pada tahun 1988 setelah melalui masa orientasi  dan persiapan sejak tahun 1984/1985 termasuk survai, penelitian informal,  dan persiapan awal, pendekatan dan konsultasi di Kabupaten Ngada dan di TTU. Tetapi Vinsensius Nurak  cs bisa klaim bahwa dia  yang mendirikan Yayasan Geo Meno. Namanya sama sekali tidak ada dalam Akte Yayasan Geo Meno. Luar biasa.  

Tulisan ini  bukan untuk membongkar borok atau kejelekan sebuah lembaga atau oknum dalam LSM tetapi sebuah upaya untuk mencegah Vinsen Nurak dan kawan-kawan  di YMTM  agar berprilaku  lebih etis, punya tata krama, bermoral dan tidak lagi melakukan penipuan terhadap donor, pemerintah dan masyarakat, tidak lagi mencuri uang bantuan donor untuk kepentingan pribadi dan keluarga.

Vinsensius Nurak, Josef Maan dan kawab-kawan di Yayasan Mitra Tani Mandiri telah merusak  dna menghancurkan rencana besar saya dan keluarga saya untuk membangun masyarakat miskin di Flores dan Timor  sejak tahun 1982, sekelembalinya saya dari Kalimantan, karena diminta orang dan keluarga "untuk pulang kampung dan mengabdi di daerah sendiri". Padahal saya bekerja sejak lulus dari tahun 1980 dengan gaji yang lumayan besar dan bisa makan enak setiap hari.

Lembaga Swadaya Masyarakat atau LSM seharusnya menjadi lembaga alternatif untuk mengisi kesenjangan  yang tidak dapat diisi dalam pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah atau lembaga lain. Ini adalah wadah bagi para relawan dan aktivis untuk menyalurkan ide dan kemampuan serta dedikasi mereka untuk membantu membangun masyarakat apalagi yang berada di pedesaan tanpa pamrih. Program dan kegiatan mereka seharusnye menjadi pelengkap atau pendukung program pembangunan pemerintah. Ternyata Yayasan Mitra Tani Mandiri menjadi sarang korupsi dan sarang penipu.

Sudah lama saya mendiamkan berbagai persoalan dalam Yayasan Geo Meno sejak saya bekukan seluruh kegiatan yang menggunakan nama Yayasan ini pada tahun 1997 karena persoalan manajemen, etika, korupsi, manipulasi dan politik yang dirancang dan digerakkan oleh Vinsensius Nurak dan kawan-kawan. Yayasan yang dibangun sejak tahun 1985 dengan uang dan keringat sendiri ternyata membuat Vinsen Nurak dan kawan-kawan menjadi kaya dan tidak bermartabat. Sementara petani pedesaan di Flores dan Timor yang menjadi sasaran pembangunan tetap  miskin dan tidak berdaya.  Vinsensius Nurak, Josef Maan   dan Yayasan Mitra Tani Mandiri  menjadi  penipu terbesar dalam Sejarah LSM  di Indonesia  mungkin di Dunia.

Harapan saya penghentian seluruh kegiatan menggunakan Yayasan Geo Meno tidak menghentikan bantuan anak didik saya Ir. Yosef Asa, Ir. Vinsensius Nurak, Ir. Paskalis Nai, Ir. Josef Maan dan Ir. Hilarius Atok kepada masyarakat miskin di Flores dan Timor. Penghentian kegiatan menggunakan nama Yayasan Geo Meno karena saya merasa malu dan sedih dan kecewa  bahwa kewenangan, keuangan dan fasilitas Yayasan Geo Meno dikorupsi dan di manipulasi oleh Ir. Vinsensius Nurak Cs.  Aturan main dan etika organisasi jadi tidak jelas.

Orang-orang ini saya didik sejak akhir 1980-an menjelang masa studi mereka di Fakultas Pertanian Undana akan berakhir, untuk menjadi kader-kader pembangunan pedesaan,  pertanian lahan kering, agroforestry, untuk membangun masyarakat miskin tetapi ternyata mereka memanipulasi keuangan, menipu petani memanfaatkan dana dari donor untuk kepentingan pribadi.  Mereka  korupsi dan melakukan penipuan bukan hanya terhadap petani atau masyarakat desa tetapi juga pemerintah donor da pendiri Yayasan, dan menjual nama Yayasan Geo Meno untuk kepentingan pribadi dan kelompok mereka. 

Mereka bukan hanya menipu publik tetapi juga petani yang seharusnya mereka dampingi dalam program dengan slogan pembangunan pedesaan yang berpusat pada masyarakat.  Vinsensius Nurak cs menipu siapa saja, Pendiri Yayasan, Dosen yang melatih dan membimbing mereka,  petani,  tokoh masyarakat, pemerintah, Bupati, wartawan, peneliti asing, donor bahkan sampai Presiden. 

Misalnya ketika Ir. Vinsensius Nurak   berkunjung ke Istana Presiden dia tidak memakai sepatu sama sekali. Dia menyatakan kepada wartawan  bahwa dia  biasa bekerja dan berjalan tanpa sepatu. Jalan berkilo-kilo meter di desa tanpa sepatu. Saya tidak pernah melihat Vinsensius Nurak jalan tanpa sepati semasa kuliah dan ketika mulai bergabung dengan Yayasan Geo Meno sejak masa orientasi akhir tahun 1990an.  Juga dia katakan bahwa dia ke Desa Humusu A tahun 1990  atas inisiatif sendiri  padahal saya yang mengirim Vinsensius Nurak ke Desa dengan biaya saya sendiri. Pembangunan berpusat pada masyarakat menjadi pembangunan berpusat pada Vinsensius Nurak. Vinsensius Nurak begitu menonjol sehingga dia mengklaim sebagai insiatif dan pelaksana semua kegiatan, dan mengabaikan  dan mengorbankan  (mengkianati) petani, tokoh masyarakat dan teman-temannya dan lembaga donor. 

Merasa berhasil di lapangan (baik melalui kegiatan yang benar maupun melalui penipuan, manipulasi dan korupsi) mereka semakin merajalela seenaknya mencari dana bekerja dengan lembaga lain tanpa ketahuan Ketua Yayasan Geo Meno. Bukan hanya itu, mereka berpolitik, memanipulasi uang, dana dan data, menipu petani di dataran Flores tetapi membangun petani di Timor karena mereka adalah orang-orang Timor. Padahal ketika saya mendirikan Yayasan Geo Meno saya ingin mengabdi kepada semua masyarakat desa di manapun mereka berada di Timor atau Flores.  Mereka mencari dana dari berbagai donor dengan menipu donor.

Vinsensius Nurak mengaku, mengklaim dan memproklamirkan bahwa dia adalah pendiri Yayasan Geo Meno pada saat dia masih menjadi mahasiswa.  Saya terkejut lagi ketika akhir tahun 2020  saya menemukan dan membaca sebuah artikel  online  di Majalah Tempo yang memperlihatkan bahwa Vinsensius Nurak cs akan melakukan penipuan apa saja untuk kepentingan dan nama besar mereka. 

Penipuan untuk Korupsi dan Manipulasi oleh Vinsen Nurak Cs

Lihat  penipuan oleh  Ir. Vinsensius Nurak di Majalah Tempo Edisi 4 Oktober 2010:  

Pemimpin Yayasan, Vincentius Nurak, 46 tahun, memulai organisasi dari nol. Saat itu, 1988, ia adalah insinyur pertanian yang bersama teman ku­liahnya suka menelusuri desa-desa Kecamatan Boawae, Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Tindakan ini tidak disukai keluarganya, yang ingin dia, seorang insinyur, menjadi pegawai negeri. ”Oleh keluarga, kami dianggap orang gila, karena kuliah sarjana tapi tinggal di desa tanpa penghasilan,” katanya. 

Vincentius memimpikan para peta­ni mendapat penghasilan lebih bagus, dan lingkungan lebih terjaga, dengan pola wanatani—pola yang mencampur tanaman jangka panjang dengan jangka pendek. Ia lalu mendirikan lembaga pendamping petani, Yayasan Geomeno, pada 1988. Setelah mendapat sedikit modal, tiga tahun berikutnya mereka menyeberang ke Pulau Timor, bekerja di desa-desa yang kering dan tandus serta rawan pangan di Kabupaten Timor Tengah Utara. 

Masalah pertama yang dihadapi Vincentius ternyata di luar dugaan: politik. Saat itu pemerintah Orde Baru berada di puncak kekuasaan dan menjelang pemilihan umum. Para petani curiga mereka akan mengajak ke partai oposisi. ”Petani menganggap kami orang PDI yang harus dihindari,” katanya.

Ini penipuan yang luar biasa  tidak sopan dan tidak bermoral. Vinsen Nurak tidak pernah menelusuri desa-desa di Kecamatan Boawae tahun 1988. Vinsensius Nurak  sudah menyatakan sebagai insinyur pertanuan pada tahun 1988 padahal dia baru tamat dari Fakultas Pertanian Undana tahun 1990. Saya dan orang tua serta keluarga  di Kampung, dibantu Yosef Asa yang pada saat itu sangat tulus , rendah hati dan penuh dedikasi  menelusuri desa, pinggiran sungai dan bukit dan lembah di Kampung sementara saat itu Vinsen Nurak sedang kuliah di Kupang. Benar-benar kurang  ajar dan tidak sopan Vinsensius Nurak mengklaim sebagai pendiri Yayasan Geo Meno.  

Tahun 1988 adalah masa di mana saya mulai memberikan orientasi dan pelatihan kepada Vinsensius nurak, Josef Maan, Paskalis Nai dan Hilarius Atok untuk menjadi pendamping masyarakat di desa dampingan Yayasan Geo Meno. tahun 1990 saya mengirimkan Vinsensius Nurak ke Desa Humusu-A di TTU untuk orientasi dengan biaya saya dan Yayasan. Vinsensius Nurak dapat sepeda motor yang dia minta ke World Neighbours tanpa ijin dari Yayasan Geo Meno. Desa Humusu A adalah salah satu dari empat desa  (Humusu-A, Fafinesu, Manamas dan Manumean), yang saya pilih setelah melalui survei antara tahun 1985 - 1990 untuk menjadi desa dampingan Yayasan Geo Meno (YGM) . Vinsensius Nurak tidak pernah iku survei ini.  

Vinsen Nurak cs tidak  bekerja dari nol dan tanpa penghasilan sama sekali.  Saya dan orang tua mengeluarkan biaya untuk mendirikan Yayasan Geo Meno. Saya melatih dan memberikan orientasi bagi Vinsen Nurak di Kampus dan beberapa desa. Dia tidak pernah ke desa-desa sendirian. Saya bayar biaya transport dan uang makan. Vinsen Nurak tidak  mendirikan Yayasan Geo Meno. Namanya tidak ada dalam Akte Yayasan Geo Meno. Vinsen Nurak malah mencuri uang Yayasan Geo Meno. Vinsensius Nurak mulai bekerja dengan Yayasan Geo Meno tahun 1990 setelah melalui orientasi yang saya fasilitasi di Kupang dan Timor. Dia sudah terima gaji dari Yayasan Geo Meno yang didanai donor (World Neighbors-WN). Bagaimana mungkin dia  dia mengatakan bahwa pemerintah menganggap petani orang PDI. Ketika saya ke desa-desa petani tidak pernah berpikir demikian dan tidak berbicara tentang politik partai sama sekali.  Penipu dan Pembual Hebat.

Setelah berhasil mereka tidak pernah menghargai orang yang mendidik mereka. Jangankan menghargai mereka tidak pernah mengucapkan terima kasih malah menipu orang dengan memanipulasi proses dan sejarah pendirian lembaga (Yayasan Geo Meno) yang membesarkan mereka. Untuk memperlihatkan keberhasilan, mereka juga memanipulasi data dan sejarah hidup mereka sendiri agar lebih hebat dan diakui publik dalam negeri dan dunia. Mengkianati pera pendiri Yayasan Geo Meno, orang yang membesarkan mereka.  Begitu berhasil mereka semakin membual,  korup, kurang ajar, tidak senonoh dan tidak sopan. 

Seharusnya saya bangga akan keberhasilan anak didik saya, tetapi menjadi muak ketika mereka melakukan manipulasi dan penipuan dan berpolitik. Setiap orang pasti bisa salah. Seorang sarjana berpendidikan boleh salah tetapi tidak boleh menipu orang, berhobong, korupsi, manipulasi dan mengarang data untuk memperlihatkan kehebatan mereka. Inilah yang dilakukan oleh Ir. Vinsensius Nurak, Ir. Josef Maan dan Ir. Hilarius Atok. Menyedihkan. 

Seharusnya saya sudah ingin mendiamkan masalah ini dan berharap bahwa dedikasi mereka, anak didik saya, kepada petani dan masyarakat miskin di Flores bisa dilanjutkan walaupun tanpa kehadiran saya. Ketika saya menghentikan Yayasan Geo Meno dengan rela saya menyerahkan semua asset, pengalaman dan masyarakat dampingan Yayasan Geo Meno yang dibangun sejak awal bahkan sebelum berdirinya Yayasan Geo Meno, sejak tahun 1985 dengan uang pribadi, kepada mereka (Vinsensius Nurak dan kawan-kawan) agar semua kegiatan kepada petani kecil dan miskin di dataran Flores dan Timor bisa dilanjutkan tanpa mempersoalkan siapa yang berjasa dan menjadi pahlawan. 

Apakah kita orang Timor atau Flores tidak boleh kita persoalkan. Ternyata Vinsensius Nurak, Josef Maan dan Yosef Asa menciptakan dikotomi Timor-Flores dan mereka korupsi dan manipulasi uang Yayasan. Mereka menjadi rasialis dan berpolitik. Mereka menjadi manusia yang tidak punya etiket sama sekali. Mungkin ini adalah orang-orang yang paling tidak punya tata krama dan sopan santun atau etiket yang pernah saya ketemu di muka bumi ini. Mereka menjadi otak dari maneuver LSM yang semakin rakus, tidak punya etika, korup dan tidak senonoh. 

Mereka bukan hanya menipu petani, menipu saya dan masyarakat lain di Flores dan Timor tetapi semua orang di seluruh dunia. Membaca tulisan-tulisan atau hasil wawancara dengan mereka yang dimuat diberbagai media di Indonesia dan seluruh dunia mereka membesar-besarkan kehebatan mereka dan hasil yang dicapai di lapangan. Di sana bisa dilihat bagaimana mereka memutarbalikan sejarah, proses, fakta seputar Yayasan Geo Meno dan Yayasan Mitra Tani Mandiri dan hasil-hasil yang pernah dicapai. 

Vinsen Nurak  dan Josef Maan menjadi penipu kelas kakap di dunia LSM,  lembaga yang seharusnya membatu masyarakat miskin di pedesaan. Vinsen menipu siapa saja bahkan Presiden RI  donor, peneliti asing, pendiri dan pengurus Yayasan Geo Meno, pemerintah apalagi rakyat kecil di pedesaan dan para wartawan. Vinsensisu Nurak dan Josef Maan menjadi penipu terbesar dalam sejarah LSM Indonesia mungkin juga di dunia.   

Di berbagai media yang memuat sejarah Yayasan Mitra Tani Mandiri atau di dalam katalog donor Vinsensius Nurak mengklaim sebagai pendiri Yayasan Geo Meno bersama seorang dosen. Padahal waktu Yayasan Geo Meno didirikan Vinsensius Nurak adalah mahasiswa Fakultas Pertanian Undana di Kupang, dan namanya sama sekali tidak pernah ada dalam Akte Pendirian Yayasan Geo Meno. Kalau Vinsensius Nurak membaca tulisan ini dan punya Akte Notaris yang mencantumkan namanya sebagai pendiri Yayasan Geo Meno mohon dikirim kepada saya. 

Tulisan ini ingin memperlihatkan bahwa korupsi, politik, pengkianatan dan manipulasi yang selama ini sering dituding terjadi di kalangan pemerintah yang sering dikritik oleh LSM, sangat jelas terjadi dengan tidak senonoh dan tidak sopan di dalam sebuah LSM oleh orang-orang yang adalah sarjana terdidik dan mengaku beragama Katolik yang taat. Vinsensius Nurak juga mengaku sebagai seorang Dosen di Universitas Timor (Unimor). Mereka rajin ke gereja, bahkan ada yang anggota Dewan Gereja, tetapi  rajin makan uang hasil korupsi dan penipuan terhadap Yayasan Geo Meno, donor dan masyarakat kecil. 

Sejarah Yayasan Geo Meno 

Pada tahun 1982 setelah bekerja selama dua setengah tahun di Kalimantan, sebagai surveyor untuk sebuah proyek transmigrasi di Kalimantan Tengah, saya pulang ke NTT untuk bekerja di daerah sendiri. Pada saat itu Universitas Nusa Cendana (Undana) baru mendirikan Fakultas Pertanian dengan spesialisasi Pertanian Lahan Kering. Keluarga saya dan teman-teman di NTT meminta saya pulang untuk bekerja di Undana karena Fakultas Pertanian memerlukan sarjana-sarjana pertanian untuk menjadi dosen. Pada saat itu belum banyak sarjana Pertanian asal NTT. 

Sambil mulai bekerja sebagai dosen dan kadang melakukan kunjungan lapangan dan penelitian informal, beberapa kali saya pulang pergi ke Flores untuk mengunjungi desa tempat kelahiran Bapak saya, Bapak Linus Djogo Dadjo, yaitu Desa Gerodhere. Tentu saja saya juga melakukan kunjungan ke berbagai daerah di Pulau Timor untuk mengkaji pembangunan pedesaan dan pertanian lahan kering. Fokus utama saya adalah pertanian lahan pering, kekeringan dan kerusakan lahan, kemiskinan dan pembangunan pedesaan. 

Pada tahun 1984 saya diangkat menjadi Kepala PIU (Project Implementation Unit) untuk pembangunan Politeknik Pertanian Undana dengan bidang spesialisasi Pertanian Lahan Kering yang kemudian diangkat menjadi Direktur Politeknik Pertanian Undana sampai tahun 1997. Sambil bekerja sebagai Dosen dan Direktur Politeknik Pertanian, saya tetap punya perhatian khusus untuk pembangunan pedesaan. Saya sering ke lapangan untuk mempelajari persoalan-persoalan pembangunan masyarakat pedesaan dengan inisiatif sendiri, dengan biaya sendiri dan kadang memanfaatkan fasilitas kendaraan kampus yang saya pakai sebagai kendaraan dinas atau meminjam mobil atau motor teman-teman di Kupang. 

Setelah melakukan kunjungan beberapa kali sejak tahun 1980 – 1984. Bapak saya dan saya memutuskan untuk mendirikan sebuah Yayasan pada tahun 1985 agar bisa membantu masyarakat desa dengan lebih baik. Bapak saya memilih nama Geo Meno, nama kampung asal penduduk Desa Gerodhere dan sekitarnya, yang pada jaman dulu terletak di kaki Gunung Inelika di Soa. Karena memulai kegiatan ini dengan inisiatif sendiri kami menggunakan dana pribadi untuk melakukan kegiatan lapangan. Bapak saya dan saya menyumbang uang pribadi untuk kegiatan ini.  Kami tidak menghitung jumlah uang pribadi yang dikeluarkan walaupun keluarga kami bukan orang mampu.

Karena saya tidak mungkin bekerja di desa karena status saya sebagai Dosen di Fakultas Petanian Undana dan Direktur Politani maka saya memerlukan pendamping lapangan. Saya sudah beberapa kali bertemu dengan masyarakat dan melakukan diskusi untuk mencari jalan bagaimana membantu masyarakat desa agar sistem pertanian mereka menjadi lebih baik dan ekonomi mereka bisa diperbaiki. 

Beberapa kali saya ke desa, saya merasa sedih karena desa Gerodhere sangat gersang, kering dan banyak orang miskin. Sistem pertanian mereka sangat sederhana dan tidak produktif. 

Untuk kegiatan lapangan ini kami memerlukan seorang pendamping masyarakat untuk tinggal di lapangan. Karena waktu itu saya masih menjadi dosen Undana saya mencari beberapa mahasiswa untuk membantu kegiatan ini. Akhirnya saya menemukan Yosef Asa, seorang mahasiswa Fakultas Pertanian yang saya bimbing Penelitian dan Penulisan Skripsinya. Yosef Asa melakukan penelitian dan menulis Skripsi dengan Judul :”Studi Penyebaran Vegetasi Alamiah yang Potensial untuk Agroforestry Menurut Bahan Induk Tanah di Daerah Bena dan Sekitarnya”. Yosef orang yang sederhana, tulus dan jujur dan mau tinggal di desa walaupun belum diwisuda. Dengan dana sendiri saya mengirim Yosef Asa ke Kampung Gero, Desa Gerodhere. 

Yosef Asa pada saat itu adalah masih seorang mahasiswa yang belum diwisuda padahal dia sudah menyelesaikan semua mata kuliah dan sudah melakukan riset untuk skripsinya yang saya bimbing. Orang yang sangat sederhana mau tinggal di desa yang sangat sederhana tanpa fasilitas. Yosef bersedia tinggal dengan keluarga saya di Kampung Gero yang miskin dan sangat sederhana dengan rumah tanpa tempat tidur atau tanpa fasilitas memadai. Keluarga saya di kampung bisa membantu dengan makanan apa adanya. Sekali-sekali saya mengirimkan uang sekedarnya untuk makan dan kebutuhan dasar mereka. Gaji saya juga tidak besar ketika menjadi dosen. Yosef Asa bekerja tanpa honorarium sama sekali. Dia pernah sakit berat dan dirawat oleh keluarga saya namun harus dibawa ke rumah sakit dengan mengantarkannya memakai kuda malam-malam ke Boawae. Dedikasi Yosef Asa luar biasa dan daya adaptasinya hebat sangat tulus pada waktu itu. 

Tidak seperti yang diklaim oleh Ir. Vinsensius Nurak di Timor bahwa dia bekerja dan hidup susah di awal-awal kerjanya sebagai perintis pembangunan pedesaan di Humusu-A dan jalan kaki berkilo kilometer. Padahal saya mengirim Ir. Vinsensius Nurak dengan dana saya sendiri dan kemudian mendapat honorarium dan sepeda motor dari Yayasan yang didukung dengan dana hibah World Neighbors (WN). Jauh dibandingkan ketika saya dan Yosef Asa mulai merintis kegiatan Yayasan Geo Meno di Flores, di mana kami tidak punya dana dan kendaraan dan harus mengeluarkan uang pribadi. Vinsensius Nurak sengan arogansinya mengklaim bahwa dia langsung ke desa Humusu-A di Timor Tengah Utara (TTU), dengan dana sendiri dan jalan kaki berkilo-kilometer selama tiga tahun. Tidak punya rasa malu dan tidak punya etika.  Baru kerja dengan Yayasan Geo Meno belum satu tahun Vinsensius Nurak sudah punya sapi tidak tau dari mana dan bersar kemungkinan hasil korupsi uang Yayasan Geo Meno. Vinsensius Nurak sendiri kepada wartawan mengaku anak keluarga miskin. Yang,  kemudian menjadi kaya raya bisa punya tanah di mana mana punya embung  sendiri, anak sekolah dokter dll.

Untuk memulai kegiatan di lapangan saya mengumpulkan benih tanaman lokal dari berbagai daerah di Flores dan Timor dengan uang pribadi saya. Bapak saya, seorang pensiunan pegawai negeri yang sangat sederhana dan miskin dan saya sepakat mengumpulkan uang secukupnya untuk membiayai kegiatan awal ini. Saya menyiapkan uang tabungan saya Rp.300.000 dan Bapak saya menyumbang secukupnya beberapa kali dalam jumlah yang kecil kurang lebih Rp.200.000.-. Ketika libur saya juga pulang kampung untuk memantau kegiatan kami. 

Kami ke desa dengan mengeluarkan biaya sendiri ketika membeli bensin dengan menggunakan kendaraan yang dipinjam dari orang lain dan pemerintah Ngada. Saya masih ingat ketika Bapak dan saya diantar oleh Pak Felix Kila, pengemudi kendaraan Dinas Pertanian pemerintah kabupaten Ngada yang dipinjamkan oleh Om Dus Siwemole (Kepala Dinas Pertanian Ngada). Bahkan kami pernah ke desa pada tahun 1986 dan 1987 bersama Bruce Petch dari CUSO yang diminta juga oleh World Neighbors (WN) untuk mengevaluasi kegiatan kami, memberikan saran-saran mengenai pendekatan pembangunan pedesaan. Pada waktu itu kami sama sekali tidak punya uang dari manapun atau donor lain. 

Pada awalnya kegiatan sangat sederhana bahkan kami melakukan beberapa kesalahan dalam proses pendekatan masyarakat. Kami membangun pesemaian besar dengan berbagai jenis tanaman lokal Flores maupun yang dibawa dari Timor. Kami melakukan pertemuan dengan petani dan melibatkan anggota masyarakat desa dari beberapa desa tetangga. 

Setelah melakukan beberapa perbaikan, dari pesemaian umum menjadi pesemaian kelompok kegiatan juga berkembang dengan pembuatan hutan keluarga dan wanatani (agroforestry). Kami menanam jenis-jenis kayu untuk masyarakat desa seperti jati, mahoni, gmelia, akasia dan sebagainya, untuk pengembangan hutan keluarga. Untuk membantu konservasi tanah kami menanam berbagai jenis leguminosa sebagai tanaman penguat teras dalam bentuk larikan-larikan untuk membentuk system pertanian atau pola tanam atau dalam bahasa modern yang digunakan kemudian hari disebut dengan model alley cropping. Saya memilih tanaman-tanaman seperti lamtoro (Leucaena leucephala), gamal (Gliricidia sepium), kaliandra (Caliandra calothyrsus), Acacia villosa, turi (Sesbania grandiflora), Caesalpinia sappanCalliandra tetragona/Zapotecca tetragona, dan beberapa species introduksi lainnya untuk diuji coba dan dikembangkan. Untuk hutan keluarga kami mengembangkan beberapa jenis kayu seperti jati (Tectona grandis), jati putih (Gmelina arborea), akasia (Acacia auriculiformis), mahoni (Swietenia mahogani) dan jenis – jenis kayu lainnya. 

Sebelum istilah agroforestry dan family forestry (hutan keluarga) sebagai salah satu bentuk kegiatan social forestry menjadi populer di berbagai daerah atau negara lain kami sudah melakukan kegiatan lapangan tanpa mempersoalkan namanya atau siapa pencetusnya dan kami tidak mencari nama besar untukkegiatan pengabdian kepada masyarakat miskin di pedesaan. Kami memperkenalkan istilah Hutan Keluarga (family forestry or househod forestry) pada tahun 1988 yang kemudian disebarluaskan ke mana-mana di LSM di NTT. 

Melihat perkembangan kegiatan lapangan ini dan konsultasi kami dengan World Neighbors (Larry Fisher), WN mengirimkan beberapa staf ke Gero untuk melihat kegiatan kami dan melakukan evaluasi dan memberikan kritik dan saran-saran perbaikan. Bruce Petch salah satu relawan/volunteer dari Canadian University Service Overseas (CUSO) menjadi salah satu saksi perjuangan awal Yayasan Geo Meno bersama Yosef Asa bersama Bapak saya di Desa Gerodhere.

Akhirnya kami disarankan membentuk sebuah Yayasan agar bisa mendapatkan bantuan dari lembaga lain secara legal. Yosef Asa seharusnya adalah orang yang paling berjasa dan perintis semua kegiatan lapangan di Yayasan Geo Meno dan Yayasan Mitra Tani Mandiri, bukan Vinsensius Nurak dan Josef Maan pencuri, penipu dan pengkianat di Yayasan Geo Meno. 

Pada tahun 1988 saya di Kupang menghubungi notaris minta dibuatkan Akte atas nama Yayasan Geo Meno pada tahun 1988. Akhirnya Yayasan ini dibentuk dan saya memasukkan nama Yosef Asa sebagai salah satu pendiri untuk menghormati jasanya sebagai perintis di tingkat lapangan. Para pendiri adalah Ayah dan saya sendiri kemudian memasukkan juga nama beberapa anggota keluarga lain. 

Vinsensius Nurak, Josef Maan atau Hilarius Atok dan mahasiswa lain bukan pendiri Yayasan Geo Meno sebagaimana yang mereka klaim dan sebarluaskan informasi kepada berbagai media dan lembaga donor, walaupun mereka kemudian bekerja, berpolitik dan mencuri uang dan manipulasi di Yayasan Geo Meno. 

Kegiatan Yayasan Geo Meno kemudian diperluas ke Desa Ratongamobo, Tengatiba dan Rendubutowe. Kegiatan yang dilakukan kurang lebih sama. Untuk memperluas kegiatan di dataran Flores saya merekrut Paskalis Nai pada tahun 1991 dan Hilarius Atok pada tahun 1993.  Coba ada yang check apakah Vinsensius Nurak dan Josef Maan  mungkin juga menyusuri desa-desa ini bersama orang tuanya untuk mendirikan Yayasan Geo Meno atau Yayasan Mitra Tani Mandiri?

Pada saat Yayasan Geo Meno mulai bekerja di Flores, saya mengumpulkan beberapa mahasiswa untuk membantu mengumpulkan benih di Timor termasuk Vinsensius Nurak dan Josef Maan. Vinsensius Nurak terlibat dalam pengumpulan benih namun sama sekali tidak terlibat dalam penelitian-penelitian tentang pertanian lahan kering, agroekosistem dan pengentasan kemiskinan sebagaimana yang dia proklamirkan dan membual di berbagai media. Mereka hanya mengumpulkan benih, mengeringkan dan mengupas benih untuk kemudian dikirim ke Flores. Kegiatan pengumpulan benih berlangsung sejak tahun 1988 – 1990. Saya bersama Drs. Vitalis Tanggal dari (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan) FKIP Jurusan biologi, membimbing Visen Nurak untuk penelitiannya dan skripsinya mengenai tanaman multiguna yang merupakan bagian dari penelitian saya penelitian tentang tanaman-tanaman multiguna yang saya lakukan sebagai dosen. Vinsen Nurak melakukan penelitian tentang Inventarisasi Species-Species Tanaman Multiguna Penunjang Agroforestry pada Dua Zone Curah Hujan di Timor Barat. Tetapi kepada wartawan Vinsensius Nurak mengklaim bahwa penelitian untuk skripsinya adalah dalam bidag ekonomi. Hebat.

Selain itu saya melakukan kunjungan ke beberapa desa di TTU untuk memperluas kegiatan Yayasan Geo Meno. Saya memilih Desa Humusu A, Fafinesu C, Manamas dan beberapa desa lain. Dengan kunjungan ini saya mengumpulkan data dan mempelajari kondisi desa untuk kemudian memperluas kegiatan Yayasan Geo Meno di dataran Timor. 

Vinsensius Nurak tidak tau diri dan dengan sombongnya mengklaim bahwa dia yang merintis pembangunan pertanian lahan kering di Desa Humusu A, dengan mengklaim bahwa dia ke Humusu A atas inisiatif sendiri dengan biaya sendiri dan didorong oleh keprihatinannya tentang kemiskinan di sana tentang tengkulak dan sebagainya. Vinsen Nurak sendiri ternyata tengkulak yang memperalat petani. Bohong besar dan super penipu. Saya memulai survai di empat desa di Timor termasuk Desa Humusu A sejak 1984-1985.   

Pada tahun 1990 saya merekrut Vinsensius Nurak untuk ditempatkan di Desa Humusu-A melalui sebuah proses orientasi. Kami mendapat bangtuan dari World Neighbors (WN) untuk gaji dan sepeda motor untuk Vinsen Nurak. Sebelumnya saya merekrut Ir. Paskalis Nai yang ditempatkan di Desa Tengatiba dan Ir. Hilarius Atok di Desa Rendubutowe. Kemudian pada tahun 1991 saya merekrut Josef Maan untuk bekerja di Timor dengan dana bantuan dari World Neighbors. World Neighbors memberikan bantuan dana untuk orientasi, gaji dan kemudian sepeda motor. 

Yayasan Geo Meno terus berkembang sampai bencana terjadi pada tahun 1997. Sebagai pendiri dan perintis Yayasan Geo Meno saya sama sekali tidak pernah menerima gaji sampai Yayasan ini menghentikan kegiatannya pada tahun 1997 karena korupsi, manipulasi dan politicking yang dilakukan oleh Vinsensius Nurak, Josef Maan dan Yosef Asa. Yosef Asa yang sebenarnya orang jujur dan tulus diprovokasi oleh Vinsensius Nurak dan Josef Maan untuk bertindak jahat. Bahkan menyedihkan Yosef Asa ditendang dari kepengurusan Yayasan agar Vinsen Nurak menjadi penguasa di sana dengan harta berlimpah dari hasil uang korupsi dan manipulasi dana-dana untuk masyarakat. Politik! 

Seharusnya saya sudah mendiamkan semua masalah ini, tetapi karena mereka tetap tidak tau diri dengan  terus korupsi dan manipulasi serta mengeluarkan pernyataan bahwa mereka  yang mendirikan Yayasan Geo Meno dan mengatakan mereka adalah peneliti, mereka membual dengan banyak pernyataan yang penuh kebohongan sehingga saya harus mengungkapkan fakta yang sesunguhnya. Benar-benar tidak sopan dan tidak senonoh. Saya kira siapapun yang berbuat jahat dan korupsi, menyusahkan orang kecil, harus diungkapkan dan diminta pertanggung jawaban. Orang bisa berbuat salah tetapi jika menipu dan korupsi uang yang seharusnya menjadi hak orang lain apalagi masyarakat miskin, tidak dapat diterima dan harus diberikan pelajaran. 

Lihat klaim Vinsensius Nurak dalam wawancara dengan Wartawan: 

Melihat kenyataan itu, pada tahun 1988 mahasiswa dan dosen Fakultas Pertanian Undana tersebut mendirikan Yayasan Geo Meno dengan mengambil basis di wilayah Kabupaten Ngada. Pada tahun 1990 kelompok ini memperluas kegiatannya di Kabupaten TTU dengan fokus program pengembangan wanatani yang mengedepankan aspek pemberdayaan masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup. 

Ini klaim yang sangat tidak sopan! Mahasiswa tidak pernah dilibatkan dalam pembentukan Yayasan Geo Meno pada tahun 1988. Saya dan orangtua saya yang mendirikan Yayasan kemudian mengajak mereka yang sudah lulus untuk bergabung dengan Yayasan Geo Meno. Nama mereka tidak ada dalam daftar pendiri Yayasan Geo Meno, kecuali Yosef Asa yang saya masukan karena menghormati dia sebagai perintis kegiatan lapangan di Gerodhere. Yang lain adalah pengumpul benih sampai mereka lulus, saya latih dan libatkan dalam Yayasan Geo Meno.  


Vinsensius Nurak dan kawan kawan tidak langsung terjun ke desa setelah lulus dari Fakultas Pertanian Undana Kupang. Tetapi proses orientasi panjang mengikuti berbagai kunjungan lapangan,  belajar tentang pendekatan masyarakat, penelitian kualitatif, pengumpulan benih, pengupasan  polong , dan bagi bagi ke desa desa lokasi kegiatan Yayasan Geo Meno, diskusi dan berbagai pertemuan dengan petani.  Tetapi Vinsensius Nurak tidak mau mengakui semuanya ini. Vinsensius Nurak bahkan mengklaim melakukan  perjalanan atau menyusuri berbagai desa di Flores, Sumba dan Timor untuk mendirikan Yayasan Geo Meno yang tidak perrnah dia lakukan. Lihat sebagian kecil foto foto kunjungan lapangan itu. Banyak sekali foto yang saya buat.  Bagaimana bisa Vinsen mengklaim bahwa setelah tamat dia langsung terjun dan tinggal di Humusu-A dengan biaya sendiri tanpa ada uang dan dikasih makan oleh masyarakat termasuk mengobati dia kalau sakit. Luar biasa biadab, licik  dan busuk.

























Vinsen Nurak cs Bukan Pendiri  dan Bukan Perintis 
Pembangunan Pedesaan atau Pertanian Lahan Kering di  NTT

Di dalam wawancara dengan Pos Kupang Vinsensius Nurak juga mengklaim: 

Ia menceritakan pengalamannya bekerja di desa yang dimulai dari Desa Humusu-A, Kecamatan Insana Utara-Kabupaten TTU. Menurutnya, selama tiga tahun tinggal di desa tersebut, ia lebih banyak mendalami aktivitas petani di desa tersebut. "Saya bekerja di desa selama tiga tahun itu tidak ada gaji, saya makan dan tinggal dengan petani. Waktu di Hamusu A, petani yang kasih makan saya. Saya sakit, petani yang mengobati saya. Tetapi saya berprinsip, saya bekerja ini untuk bisa mengubah petani dan orang susah," jelasnya.  

Dia mengklaim sebagai perintis dengan mulai melakukan kegiatan bekerja di Desa Humusu-A Padahal dia saya kirim untuk orientasi ke sana dengan uang pribadi, dan mendapat dukungan pendanaan dan fasilitas termasuk sebuah sepeda motor yang disumbang oleh World Neighbors (WN) melalui kantor perwakilan di Bali. Benar-benar seorang penipu ulung dan pembual untuk menipu donor dan mendapatkan uang. 

Wawancara Vinsensius Nurak di Harian Kompas 
Di Harian Kompas Tahun 2011: Vinsensius Nurak mengklaim: 

Sejak 1988, Nurak dan teman-teman kuliahnya bergabung dengan LSM Geo Meno yang bergerak di bidang pendampingan petani di Kabupaten Timor Tengah Utara. Nurak kerap tinggal di keluarga-keluarga petani. Sembari menghimpun petani untuk melawan cara-cara tengkulak yang curang dalam berdagang, Nurak juga melatih para petani untuk membuat kebun tetap (tidak berpindah-pindah) dan melatih budidaya tani di lahan kering. 

Vinsensius Nurak tidak pernah bergabung dengan Yayasan Geo Meno pada tahun 1988, tetapi baru bergabung pada tahun 1990 setelah saya rekrut dan mencari bantuan dari World Neighbors agar dia bisa mulai orientasi di Timor. Kalau Vinsensius Nurak mengklaim bahwa dia menghimpun petani pada tahun itu untuk melawan tengkulak, adalah sebuah klaim yang sangat bohong dan tidak sopan. Vinsensius Nurak sendiri adalah penipu dan tengkulak. 

Luar biasa, kami (Yayasan Geo Meno) tidak mulai dengan urusan ekonomi tetapi mulai dengan membangun pertanian lahan kering melalui konservasi tanah dan air serta pembangunan hutan keluarga. Belum ada kegiatan pembangunan ekonomi masyarakat desa pada periode itu. Justru pada periode 1990 – 1997 Vinsensius Nurak dan kawan-kawan berprilaku tidak senonoh dengan korupsi kewenangan dan keuangan Yayasan Geo Meno termasuk menipu petani di Flores dan manipulasi harga sapi yang mereka beli untuk petani di Flores. Mereka sendiri yang ternyata menjadi tengkulak yang memeras tenaga petani dan menipu harga sapi di Flores.  

Ketika mendapat uang dari Yayasan Vinsensius Nurak sudah mulai korupsi. Ketika saya mengunjungi Vinsen dan Josef Maan, ternyata Vinsensius Nurak sudah punya sapi. Dari mana uang ini jika Vinsen mengaku anak orang miskin tetapi baru satu tahun bekerja  sudah punya uang beli sapi. 

Ketika sudah menjadi Yayasan Mitra Tani Mandiri (YMTM), Vinsen, Josef dan kawan-kawannya melakukan manipulasi harga sapi dan kambing serta benih jagung yang penangkarannya dilakukan oleh petani. Misalnya, di Desa Teda Kisa, Nagekeo, masyarakat mengaku mendapatkan bantuan kambing dari YMTM dengan bantuan donor, namun masyarakat heran harga kambing Rp.450.000 di klaim Rp.650.0000 dalam kuitansi pembeliannya. Tidak heran orang-orang YMTM kaya dengan berbagai harta tanah, rumah, mobil dan pakaian mewah yang dibeli dengan uang curian tetapi masyarakat desa di Nagekeo sangat miskin. 

Wawancara  Vinsen Nurak Dalam Kick Andy Show

Vinsen Nurak menjadi begitu terkenal sehingga diundang dalam acara talk show dan wawancara di dalam acara Kick Andy Show. Lihat apa yang diobral dan di besar-besarkan Vinsen Nurak di Kick Andy Show: 

Setamat dari Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana Kupang pada tahun 1990, Vinsensius Nurak dan sejumlah temannya langsung terjun mendampingi petani. Ia melihat para petani terus hidup dalam kemiskinan karena tidak mengetahui cara bertani yang baik sehingga tidak dapat menghasilkan produk yang baik pula. Selama tiga tahun Vinsen dan teman-temannya mendampingi petani di Desa Hamusu A, Kecamatan Insana Utara, Kabupaten Timur Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur secara suka rela. Mereka mengajari pata petani melakukan konservasi pertanian untuk meningkatkan produktifitas. Usaha mereka cukup berhasil produk hasil pertanian warga meningkat. 

Tahun 1988,Vinsen dan teman-temannya mendirikan Yayasan Mitra Tani Mandiri. Biasanya sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dibuat di kota dan baru terjun ke masyarakat, namun Yayasan Mitra Tani Mandiri justru sebaliknya. Mereka berangkat dari permasalahan yang ada di desa guna meningkatkan kesejahteraan warga yang rata-rata bekerja sebagai petani. Tahun 1997, Yayasan Mitra Tani Mandiri baru mempunyai kantor di kota. 

Tukang tipu ulung yang membual di dalam wawancara di TV dan ditonton banyak orang. Bagaimana mungkin Vinsen Nurak langsung terjun ke lapangan tahun 1990 setelah tamat, padahal waktu itu dia baru mengalami masa orientasi di bawah Yayasan Geo Meno. Dia ingin orang mengakui dia sebagai pahlawan dan sukarelawan yang terjun langsung ke desa dengan inisiatif sendiri tanpa dana dan bimbingan atau pelatihan sama sekali. Padahal dia saya kirim untuk orientasi ke Desa Humusu-A dan sebelumnya dia telah mengalami beberapa pelatihan dan orientasi di Flores di bawah Yayasan Geo Meno. 

Hebat sekali dia mengklaim dan berbohong pahwa tahun 1990 Vinsensius dan kawan-kawan langsung terjun mendampingi petani, tetapi pada tahun 1988 Vinsen dan teman-temannya mendirikan Yayasan Mitra Tani Mandiri. Padahal tahun 1988 Vinsensius Nurak masih mahasiswa di Fakultas Pertanian Undana! Dia sudah sanggup mencari uang dan mendirikan Yayasan Mitra Tani Mandiri. Luar biasa pembual. 

Wawancara  dengan Vinsensius Nurak di Majalah Tempo Oktober 2010

Bukan hal gampang bagi Yayasan Mitra Tani Mandiri untuk mendapat pengakuan keberhasilan. Pemimpin Yayasan, Vincentius Nurak, 46 tahun, memulai organisasi dari nol. Saat itu, 1988, ia adalah insinyur pertanian yang bersama teman kuliahnya suka menelusuri desa-desa Kecamatan Boawae, Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Tindakan ini tidak disukai keluarganya, yang ingin dia, seorang insinyur, menjadi pegawai negeri. ”Oleh keluarga, kami dianggap orang gila, karena kuliah sarjana tapi tinggal di desa tanpa penghasilan,” katanya.

Vincentius memimpikan para petani mendapat penghasilan lebih bagus, dan lingkungan lebih terjaga, dengan pola wanatani—pola yang mencampur tanaman jangka panjang dengan jangka pendek. Ia lalu mendirikan lembaga pendamping petani, Yayasan Geomeno, pada 1988. Setelah mendapat sedikit modal, tiga tahun berikutnya mereka menyeberang ke Pulau Timor, bekerja di desa-desa yang kering dan tandus serta rawan pangan di Kabupaten Timor Tengah Utara.

Masalah pertama yang dihadapi Vincentius ternyata di luar dugaan: politik. Saat itu pemerintah Orde Baru berada di puncak kekuasaan dan menjelang pemilihan umum. Para petani curiga mereka akan mengajak ke partai oposisi. ”Petani menganggap kami orang PDI yang harus dihindari,” katanya.

Kesulitan itu membuat mereka hanya bisa membujuk dua keluarga mencoba meninggalkan tebas bakar.Tapi perlahan hasilnya mulai tampak dan sejumlah petani lain bergabung, termasuk Basilus. Petani ini mendengar keberhasilan program dari desa tetangga, Mahumean, pada 1995.

Program Yayasan Geomeno, yang bersalin nama menjadi Yayasan Mitra Tani Mandiri pada 1997, mulai disambut dan bantuan mengalir dari pemerintah Amerika Serikat dan Australia serta beberapa lembaga nirlaba, seperti Veco dari Belgia atau organisasi Katolik CRS. Total bantuan yang mereka terima sampai saat ini mencapai US$ 1,8 juta atau sekitar Rp 16 miliar. ”Dengan bantuan dana itu, program ini menjadi lebih besar,” kata Vincentius. Sebagian dana juga dikucurkan untuk bantuan infrastruktur seperti membuat waduk penangkap air hujan, yang tidak sering datang di wilayah itu.

Yayasan Mitra Tani Mandiri berganti nama karena saya bubarkan Yayasan Geo Meno karena korupsi dan manipulasi yang dilakukan Vinsensius Nurak dan kawan-kawan. Vinsensius Nurak kaya raya dengan rumah bagus dan punya tanah di mana-mana. Memamerken kebun sendiri dengan embung dan ekskavator yang tidak mungkin dibangun kalau hanya mengandalkan gaji LSM.

Vinsensius Nurak selalu menipu untuk memeprlihatkan kehebatan dia tetapi  tidak sadar menelanjangi diri sendiri. Vinsensius Nurak selalu merasa unggul dan ingin menyaingi atau ingin sama dengan apa yang dilakukan  mentornya, pembimbingnya dan pendahulunya Ir. Yosef Asa yang sederhana dan tulus bekerja di desa tanpa pamrih. Dia ingin menunjukkan bahwa dia adalah petintis, lahan kering, pendiri Yayasan Geo Meno.  Pendiri Yayasan Geo Meno bersama Yosef Asa menelusuri desa-desa di Nagekeo  dan Timor  pada saat Vinsensius Nurak masih menjadi mahasiswa di Kupang.  Sebaiknya Vineensius Nurak menunjukkan  bukti-bukti bahwa di merintis Yayasan Geo Meno dan menelusuri desa-desa di Boawae Bersama orangutanya.

Dia tidak ingin mengakui bahwa dia dibimbing orang lain, dilatih dan dikirim ke desa. Desa-desa yang menjadi lokasi awal kegiatan Yayasan Geo Meno  baik di Flores maupun di Timor adalah hasil survai saya bukan Vinsenius Nurak. Di Timor saya yang pilih di antara empat desa di Timor akhir tahun 1980-an sampai 1990 pada saat Vinsen Nurak masih mahasiswa. Vinsen Nurak tidak bekerja secara sukarela. Saya kirim dia dengan uang pribadi dan uang Yayasan serta kemudian mendapatkan sepeda motor yang dibeli Yayasan Geo Meno dengan dana dari World Neighbors (WN). Dia sudah mulai mencuri uang Yayasan waktu itu!

Vinsensius Nurak mengklaim bahwa dia menolak menjadi dosen atau pegawai negeri karena ingin bekerja di desa. Padahal  setelah taman Vinsenius Nurak datang ke rumah saya mengemis minta bergabung dengan Yayasan Geo Meno.

Ini juga sebuah tulisan di website ASHOKA INNOVATORS FOR THE PUBLIC: 

Struggling to balance his studies and support his family, Vinsen succeeded in graduating high school and set his sights on university. Studying agriculture was the only viable option in the capital of his province, since he could not afford to leave the island for Java. Although he initially sought to leave his farming background, through the support of professors he began to see his roots as an advantage to turning around the poverty and insecurity of his family and other farming families. With a full scholarship, Vinsen carried out research for his professors in rural communities. He saw the similar pattern of isolated farmers struggling to produce beyond subsistence, only to have no market for their products, or be forced by powerful commercial interests to accept prices. 

Ini sebuah kisah bual dan penipuan yang sangat luar biasa dari Vinsensius Nurak. Vinsen tidak pernah menerima beasiswa penuh dari profesornya untuk penelitian tentang masyarakat desa. Siapa professor ini? Apakah benar professor ini memberikan beasiswa? Bohong besar. Saya adalah salah seorang dosen pembimbing skripsi untuk penelitian sebelum lulus dari Fakultas Pertanian Undana. Saya bukan professor. Apakah benar penelitiannya tentang masalah ekonomi? Vinsen tidak pernah melakukan penelitian untuk profesornya. 

Vinsensius Nurak studi di jurusan agronomi atau budidaya pertanian di Fakultas Pertanian Undana. Penelitian untuk skripsinya adalah tentang tanaman multiguna bukan masalah ekonomi pertanian atau pembangunan pedesaan. Saya memberikan arahan untuk melakukan penelitian tentang tanaman multiguna (MPTS) untuk agroforestry, yang dibimbing oleh Bapak Drs. Vitalis Tanggal (Dosen Biologi FKIP Undana) dan saya sendiri dari Fakultas Pertanian Undana. Penelitiannya dilakukan di Kapan dan Wini (Dua Wilayah Agroekosistem) yang berbeda curah hujannya. Vinsensius Nurak melakukan penelitian tentang inventarisasi tanaman multiguna, untuk melihat persebaran, jenis, adaptasi dan pemanfaatan tanaman-tanaman ini. Benar-benar seorang tukang tipu ulung.  Anggota Dewan Gereja tukang tipu. Mana laporan hasil riset Vinsen Nurak tentang kehidupan masyarakat desa, kemampuan produksi, subsistensi dan pasar? Tidak pernah ada. 

Ini bualan dan penipuan lainnya lagi: 

At the heart of the matter was the fact that services designed to provide farmers with access to information and inputs to produce better and more were ineffective. University students like himself, had access to new technologies and practices but they typically went in and out of the villages without time to effectively transfer knowledge or understand their reality. So many well-meaning organizations and government agencies, and some not so well meaning, managing external “interventions” with farmers were wasting resources and causing little positive change. Vinsen challenged himself to reverse this. After graduation, he turned down offers from the university and district agriculture departments and moved to a village considered the poorest and driest in the province. 

The village, whose name literally meant “dry land” had been slated for forced relocation of its population since “nothing could be produced” and the food insecurity was considered by the government as irreversible. After many painstaking years working with the leaders and the families, gaining their trust and membership in their community, he learned that it was not technology that the farmers needed most—assumed by most experts—what they lacked was self-confidence and the belief that they were capable of changing their reality and making their own living. 

Vinsen dengan sombongya mengatakan bahwa dia menolak menerima tawaran dari Dinas Pertanian untuk bekerja sebagai pegawai negeri dan menolak menerima tawaran menjadi dosen di Universitas. Sama sekali tidak pernah ada tawaran untuk menjadi Pegawai Negeri atau menjadi dosen di Universitas. Setelah tamat dan tentu saja setelah mengikuti berbagai latihan dan orientasi dan dampingan saya, Vinsensius Nurak langsung bekerja sebagai tenaga lapangan Yayasan Geo Meno dan dikirim ke Desa Humusu-A untuk orientasi awal. Benar-benar penipu dan pembual yang luar biasa. 

Dia mengklaim bahwa intervensi yang dilakukan pemerintah hanya membuang buang biaya dan hanya membuat perubahan yang sedikit. Rupanya Vinsensius Nurak telah membuat perubahan besar dengan cara korupsi, manipulasi dan membesar-besarkan hasil yang dicapai dibandingkan dengan fakta dan data yang sebenarnya. Dengan sombongnya Vinsensius Nurak mengklaim begitu dia tamat dari Undana  dia langsung mencari desa yang kering dan miskin. Luar basa penipu. Bukan Vinsen Nurak yang melakukan survei dan memilih desa dampingan Yayasan Geo meno 

Vinsensius Nurak juga menjelek-jelekan orang dan lembaga lain dengan mengatakan bahwa lembaga lain membuang-buang atau boros menggunakan sumberdaya untuk melakukan intervensi untuk membangun masyarakat desa, tetapi tidak ada hasilnya atau perubahan yang terjadi hanya sedikit. Oleh karena itu dengan sombongnya Vinsen Nurak ingin membalikan kenyataan ini dengan membuat perubahan yang lebih bagus. Luar biasa bohong dan sombongnya Vinsen Nurak. Vinsensius Nurak justru memanfaatkan sebagian dana donor untuk kepentingan pribadi dan keluarga, sementara masyarakat mendapat sedikit serta dieksploitasi oleh Vinsensius Nurak dan jajaranya dari YMTM. 

Jika Vinsen Nurak sadar dan yakin bahwa untuk membangun orang lain diperlukan kesadaran yang tinggi, dedikasi dan kejujuran, Vinsen sendiri harus jujur dan punya integritas yang tinggi apalagi untuk membangun masyarakat desa yang miskin dan terbelakang serta ekosistem dan lingkungan sekitarnya harus diperbaiki dulu, bukan dengan menipu dan mencuri uang Yayasan serta hidup tanpa tata krama sosial dan etika. 

Di bawah ini lagi, penipuan dan pemutar-balikan fakta yang dilakukan Ir. Vinsensius Nurak: 

Based on this insight, Vinsen founded the Geo Meno Foundation in 1997 with some university colleagues. In 2005 the organization changed its name to Yayasan Mitra Tani Mandiri meaning Self-reliant Farmers Partnership to reflect the heart of its work and as a testament to the transformation of YMTM under Vinsen’s leadership. For the achievements of more than 13,000 farming families, the village where it began has changed its name: it is no longer a “dry place” but instead, lush and green with forest coverage, yearlong food production, and farmers themselves turned their lives and livelihoods around. 

Vinsensius Nurak mengklaim sebagai pendiri Yayasan Geo Meno pada tahun 1997 dengan beberapa temannya dari Universitas. Kemudian pada tahun 2005 mengubah nama Yayasan Geo Meno menjadi Yayasan Mitra Tani Mandiri. Benar-benar penipu tidak sopan. Vinsensius Nurak bukan pendiri Yayasan Geo Meno. Di lain pihak dia mengklaim dia mendirikan Yayasan pada tahun 1988 lalu mendirikan lagi tahun 1997. 

Lihat lagi ini penipuan yang dilakukan Vinsensius Nurak yang dimuat di Koran Pos Kupang Minggu, 28 Juni 2009. Vinsensius Nurak mengklaim mendirikan Yayasan pada tahun 1988 dan baru punya kantor pada tahun 1994. Padahal tahun 1988 dia masih mahasiswa dan tidak terlibat sama sekali dalam pendirian Yayasan geo Meno. Hebat sekali! 

Kalau teman-teman LSM yang lain merintis kegiatan kantor baru ke desa, maka YMTM itu terbalik yaitu dari desa. Kami mulai dari desa, kantor kami di desa, kami punya kantor di desa. Kemudian, karena kebutuhan barulah secara perlahan kantor kami pindah ke kota. Kami berdiri tahun 1988, tapi kami baru punya kantor di kota 1994. 

Sombong sekali. Menjelekkan LSM lain dan merasa LSM-nya paling hebat. Di koran yang sama Ir. Visensius Nurak mengklaim menjadi anggota beberapa kelompok penelitian yang tidak pernah ada, tetapi dia ngarang dan manipulasi seenak jidatnya untuk memperlihatkan kehebatannya: 

1. Sebagai Anggota Peneliti Agroekosistem Daerah Kering di NTT, tahun 1986 - 1990.

2. Sebagai Anggota Peneliti Tanaman Multiguna Pendukung Agroforestry, tahun 1987 - 1990

3. Sebagai Anggota Peneliti Etnobotani, tahun 1989 

Luar biasa tidak sopan penipuan yang dilakukan Vinsensius Nurak ini. Sarjana Pertanian dan mengaku beragama dan rajin ke gereja, anggota Dewan Gereja, yang sebenarnya anak seorang pedagang keturunan cina dan punya toko tetapi mengaku anak petani miskin yang tidak punya apa-apa. Vinsen Nurak juga ternyata seorang dosen di Universitas Timor. 

Bagaimana bisa seorang dosen Unimor ini melakukan penipuan dan manipulasi? Kelompok penelitian tersebut tidak pernah ada. Tahun 1986 Vinsensius Nurak masih seorang mahasiswa tingkat II Fakultas Pertanian Undana. Ada sebuah Kelompok Penelitian Agroekosistem (KEPAS) yang dibentuk untuk melakukan penelitian agroekosistem daerah kering di NTT. KEPAS didirikan dengan dana dari The Ford Foundation bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian di Jakarta.Kelompok ini didirikan di Universitas Nusa Cendana tetapi anggotanya adalah dosen-dosen dari berbagai fakultas. Tidak ada satupun mahasiswa Undana yang menjadi anggota. Mungkin Vinsensius Nurak bisa menunjukkan surat keputusan Rektor Undana bahwa dia adalah anggota KEPAS pada tahun 1984 atau 1986? 

Kelompok penelitian tanaman multiguna dan kelompok penelitian etnobotani juga tidak pernah ada. Saya tahu persis kelompok penelitian apa yang pernah ada karena waktu itu saya adalah Dosen dan juga membimbing skripsi Vinsensius Nurak. Vinsensius Nurak hanya mengarang dan membual untuk memperlihatkan kehebatannya. Luar biasa! Sebuah penipuan dan manipulasi yang memalukan dan tidak punya etiket sama sekali. Sekali lagi tidak senonoh dan tidak sopan dan tidak punya rasa malu, atau rasa bersalah sama sekali, Dosen Universitas Timor ini. Vinsen Nurak ternyata sudah tidak bekerja lagi dengan Unimor. Dipecat! 

Di koran yang sama Vinsen Nurak mengklaim: 

Kami benar-benar bebas dari politik. Bila ada staf kami yang mau masuk politik, maka harus mengundurkan diri. Oleh karena itu kami bisa bekerjasama dengan siapa saja dan ini tidak akan mungkin dibatasi karena masalah politik…. 

Luar biasa! Staf Yayasan Mitra Tani Mandiri yang sebelumnya staf Yayasan Geo Meno, Ir. Josef Maan mengeluarkan uang ratusan juta rupiah untuk menjadi calon Wakil Bupati Nagekeo di Flores. Tidak pernah orang ini mengundurkan diri atau diberhentikan dari Yayasan Mitra Tani Mandiri. Ada anggota Yayasan yang menjadi DPR! 

Ketika masa kampanye Caleg di Flores 2004, Yayasan Mitra Tani Mandiri menjadi agen partai politik. Mereka menerima uang untuk memobilisir massa, mengumpulkan suara masyarakat, kampanye dan janji bahwa dalam satu dua hari jalan-jalan akan diaspal dan listrik segera masuk desa. Sampai 2017 bahkan listrik tidak pernah masuk desa Gerodhere. Pada waktu kampanye itu sebagian masyarakat sudah menebang pohon dipinggir jalan di depan rumah untuk dipasang tiang listrik dan pelebaran jalan, tetapi proyek itu tidak pernah terlaksana. Hanya penipuan saja. Mereka menerima uang dan fasilitas dari Caleg tentu saja masyuk ke kantong pribadi. 

Terlepas dari ini, sangat jelas bahwa semua staf kunci Yayasan Mitra Tani Mandiri berpolitik dengan melakukan manipulasi, penipuan dan pengkianatan terhadap Yayasan Geo Meno yang mendidik dan membesarkan mereka. Tetapi Vinsen Nurak dengan sombong dan bohongnya mengklaim bahwa Vinsensius Nurak dan Kawan-kawan di Mitra Tani Mandiri ataupun Yayasan Geo Meno bebas dari Politik. Vinsensius Nurak berpolitik kotor di Yayasan Geo Meno dan melakukan berbagai penipuan melalui Yayasan Mitra Tani Mandiri. 

Penipuan dan Bualan Ir. Vinsensius Nurak di bawah ini di website UNDP Foundation for Partnership:

Pada tahun 1996, tujuh lulusan perguruan tinggi di Indonesia bi­dang pertanian secara antusias membentuk Yayasan untuk Kemi­traan dengan Petani (Yayasan Mitra Tani Mandiri, atau YMTM) di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tujuan utama para lulusan ini adalah untuk mengembangkan kegiatan pertanian, kehutanan dan sistem peternakan berkelanju­tan di masyarakat pedesaan dalam satu kabupaten, dengan harapan dapat meningkatkan produktivitas, memberikan alternatif sumber pendapatan dan memperluas kapasitas penduduk setempat dalam bidang pembangunan ekonomi. 

Benar-benar penipu terkutuk. Siapa tujuh lulusan perguruan tinggi Indonesia ini? Tahun 1996 Vinsen Nurak masih menjadi staf Yayasan Geo Meno dan Yayasan Mitra Tani Mandiri belum didirikan. Apakah mereka tujuh pencuri, penipu, dan pembual dengan Vinsen Nurak sebagai komandannya? Tujuan utama mereka bukan untuk membangun petani tetapi mencuri uang donor sambil membantu dan menjual kemiskinan petani. 

Ini lagi cerita bohong Vinsensius Nurak: 

Pada pertengahan tahun 1990 an, anggota pendiri YMTM melaku­kan survei terhadap mata pencaharian dan pengelolaan pertanian di kabupaten Timor Tengah Utara. Dalam survei ini terungkap bah­wa angka kemiskinan cukup tinggi. Pertanian merupakan pekerjaan utama penduduk yang masih melakukan praktek ladang berpindah dan tehnik“tebas-bakar” yang melibatkan saprodi dan teknologi yang minim. Praktek ini menyebabkan degradasi lahan dan air dan menyebabkan pendangkalan parit dan erosi serta hasil panen yang jauh lebih rendah dari tahun ke tahun. Kepedulian terhadap ling­kungan dan keinginan untuk meningkatkan kualitas hidup desa-de­sa di kabupaten memacu tujuh pelopor YMTM untuk secara sukarela mulai bekerja pada tahun 1993, membantu petani di Kabupaten Timor Tengah Utara dalam menerapkan system wanatani (agrofor­estry) yang berkelanjutan dengan memprioritaskan pengemban­gan sistem pertanian terpadu yang berkelanjutan yang mencakup tanaman pangan, tanaman tahunan, tanaman jangka panjang dan ternak. 

Selama tiga tahun YMTM bekerja dengan petani tanpa dukungan pendanaan dari luar. Namun setelah pembentukan YMTM sebagai yayasan resmi pada tahun 1996 itu YMTM mulai menerima dana, awalnya dari World Neighbors Indonesia dan kantor LSM Vrede­seilanden dari Belanda di Indonesia. Dukungan diberikan dari tahun 1997-2000 untuk lima desa dan melibatkan 297 rumah tangga. An­tara tahun 2000 dan 2006, dukungan diberikan oleh Catholic Relief Services dan Caritas Australia untuk memperluas wilayah kerja men­jadi 22 desa dengan jumlah penerima manfaat 2.695 rumah tangga. Program Bantuan Luar Negeri Pemerintah Australia (AusAID) mulai mendukung kegiatan YMTM pada tahun 2007 untuk melaksanakan kegiatan ‘Pengembangan Sistem Pertanian Berkelanjutan dan Pemasaran yang Adil di 40 desa yang melibatkan lebih dari 5.000 rumah tangga, yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan me­lalui pemasaran bersama dan konservasi lahan dan air. 

Benar-benar kurang ajar,  pemutarlalikan fakta yang tidak senonoh dan tidak sopan. Bagaimana mungkin anggota YMTM melakukan penelitian pada tahun 1990-an sementara pada waktu itu mereka sudah dan masih bekerja sebagai personel dalam Yayasan Geo Meno sejak tahun 1990? Vinsen dan Kawan-kawan menipu publik bahwa mereka mulai bekerja membantu Petani di TTU sejak tahun 1993, padahal waktu itu Yayasan Mitra Tani Mandiri (YMTM) belum terbentuk dan mereka masih bekerja sebagai staf Yayasan Geo Meno? Siapa tujuh pelopor Yayasan Mitra Tani Mandiri ini? Apakah mereka tujuh pencuri, pengkianat dan penipu? 

Dengan tolol, bohong dan sombongnya Ir. Vinsensius Nurak mengaku bahwa YMTM bekerja selama tiga tahun tanpa dana dari luar sama sekali padahal sejak tahun 1990 – 1997 mereka masih di Geo Meno dan bekerja dengan dana dari World Neighbors dan donor lain yang tidak diketahui sama sekali oleh pengurus dan pendiri Yayasan Geo Meno. Uang di Yayasan Geo Meno dikorupsi dan tanpa pertanggung jawaban yang jelas. Mereka terima gaji utuh ditambah hasil manipulasi keuangan yayasan sementara Ketua Yayasan Geo Meno tidak menerima gaji. Pada saat mereka sudah bekerja dengan menggunakan nama Yayasan Mitra Tani Mandiri, mereka sudah punya berbagai fasilitas, uang dan staf yang cukup yang sebelumnya dibiayai oleh Yayasan Geo Meno. Penipu berat! Saat ini staf YMTNM yang bekerja di Timor kaya raya sementara petani di Flores tidak berubah ekonominya. 

Hasil Investigasi Setelah Pembekuan Kegiatan Yayasan Geo Meno Tahun 1997 

Sejak pembekuan Yayasan Geo Meno saya mengadakan kunjungan ke Flores dengan menggunakan uang pribadi selama seminggu sejak tanggal 21 Februari 1997. Tujuan kunjungan ini adalah untuk mendapatkan Informasi mengenai kegiatan Yayasan Geo Meno dan hasil yang sebenarnya di capai di Flores. Saya juga ingin mendapatkan tanggapan dan reaksi masyarakat karena pembubaran kegiatan Yayasan Geo Meno. Setelah membekukan kegiatan Yayasan Geo Meno saya mengirimkan surat kepada para Kepala Desa di daerah binaan Yayasan Geo Meno. 

Hasilnya sangat mengejutkan. Yosef Asa dan Hilarius Atok yang dikendalikan oleh Vinsensius Nurak melakukan berbagai manipulasi, pernipuan dan penyalahgunaan wewenang. Bukan hanya itu mereka tanpa tending aling-aling dan teganya menipu dan mengkhianati petani dan masyarakat desa. 

Di Flores saya mengharapkan Yosef Asa (Koordinator Yayasan Geo Meno Flores) dan Hilarius Atok, Wakil dan anggota Yayasan Geo Meno yang saya angkat untuk menjadi pendamping lapangan di Flores bisa bertemu saya untuk diskusi pembubaran Yayasan Geo Meno. Tetapi entah mereka menghilang ke mana. Padahal sebelum saya datang Yoasef Asa dan Hilarius Atok mengirim pesan kepada Lorens Oe (pendamping Masyarakat di Desa Ratongamobo) dan Willy Monny (pendamping lapangan di Desa Gerodhere) bahwa mereka akan ke Gero. Bahkan Yosef Asa sudah memberitahu mereka bahwa mereka ingin mengadakan pertemuan dengan Kelompok Tani dan Kepala Desa di Gero. Tetapi mereka menghindar dan menghilang entah di mana. Saya menunggu beberapa hari sampai saya balik ke Kupang mereka tidak pernah datang sama sekali. 

Setelah saya kembali ke Kupang saya mendapat laporan bahwa Yosef Asa dan Hilarius Atok bertanya kepada masyarakat desa apakah Pak Tony sudah pulang, menginap di mana dan bertemu dengan siapa saja. Luar biasa! 

Masyarakat banyak mengeluh bahwa Yosaf Asa dan Hilarius Atok menipu masyarakat dan makan uang yang seharusnya diberikan kepada masyarakat desa. 

Mereka menjual kemiskinan masyarakat membangun hubungan dan kerja sama untuk mendapatkan dana dari Inter-Cooperation (IC) sebuah Lembaga bantuan dari Swiss yang bekerja di Manggarai. Mereka tidak dapat mempertanggungjawabkan keuangan yang diberikan oleh IC. Yosef Asa mempersoalkan asal suku petugas lapangan YGM yang akan bekerjasama dengan IC. Yosef Asa lebih sibuk mengurus uang bantuan IC daripada etika dan manajemen kerjasama dengan IC. tidak sopan sekali. 

Di Desa Raja, Yosef Asa dan Hilarius Atok menipu donor yang berkunjung ke sana dengan menunjukkan hasil kegiatan yang sudah dilakukan dengan berhasil sebelum Yayasan Geo Meno masuk ke desa ini. Mereka mengklaim dan menyampaikan kepada CUSO, WN dan Yayasan Tana Nua (YTN) Sumba bahwa hutan hasil konservasi yang berhasil dibangun adalah kegiatan Yayasan Geo Meno yang didampingi Yosef Asa dan Hilarius Atok. Kepala Desa Raja sangat marah dan ingin berbicara tetapi ditahan oleh Yosef Asa dan Hilarius Atok. Ketika tamu pulang, Kepala Desa memaki Yosef Ada dan Hilarius Atok sebagai penipu dengan mengatakan bahwa Yosef Asa dan Hilarius Atok adalah penipu dan pencuri. Bagaimana kamu ini? Kerbau punya susu tetapi Sapi punya nama? Memang orang-orang ini kerbau! Hal yang sama juga terjadi di Watugase, Desa Ratongamobo. Hasil kegiatan masyarakat dengan dana pemerintah anggaran 1989/1990 tetapi diklaim sebagai hasil kegiatan Yosef Asa dan Hilarius Atok Bersama Masyarakat desa. 

Biasanya kalau ada tamu mengunjungi desa urusan konsumsi diatur oleh Ibu-ibu. Di desa Raja, Ibu-ibu mengeluh bahwa biasanya Ibu-ibu mengelola uang untuk belanja kopi gula, makanan dan minuman bagi para tamu. Sedihnya Yosef Asa dan Hilarius Arok hanya memberi uang Rp.99.000 untuk konsumsi dua hari bagi tiga puluh orang. Akibatnya kekurangan uang harus ditutup oleh Ibu Kepala Desa, padahal Yayasan Geo Meno punya uang jutaan dari donor. Lebih menyedihkan para sarjana ini lebih senang memegang duit, membelanjakan sendiri lalu menyerahkan hasil belanjaan kepada ibu-Ibu dan meminta Ibu-ibu mencari kuitansi. Luar biasa tidak sopan dan rakus! Hal yang sama terjadi dalam pertemuan tingkat petani di Wolokota, dimana uang yang diberikan hanya sedikit, konsumsi tidak cukup sehingga beberapa petugas lapangan desa mengalah tidak dapat makan. 

Kejadian memalukan lainnya adalah proyek UPSA (Unit Pelestarian Sumberdaya Alam) yan dibiayai pemerintah di Desa Raja. Petugas PPL UPSA mengambil benih dari pesemaian Yayasan Geo Meno untuk kegiatan UPSA seluas 10 ha. Program itu punya anggaran untuk membeli benih dan bibit dari Petani. Benih dan bibit diambil dari pesemaian YGM yang dikerjakan Petani, diserahkan oleh Hilarius Atok tetapi Hilarius Atok tidak menyerahkan uang kepada Petani. 

Ketika saya ke Desa Ratongamobo, saya bertemu dengan Kepala Desa yang mengakui bahwa pagi harinya pukul 5 pagi Kepala Desa bertemu dengan Yosef Asa. Anehnya Yosef Asa mengaku bahwa dia sudah bertemu Pak Tony Djogo malam sebelumya. Padahal saya sama sekali tidak pernah bertemu Yosef Asa selama saya berada di Desa Gerodhere di Flores. Yosef Asa pernah berjanji kepada Kepala Desa dan Masyarakat bahwa dia akan mengatur pertemuan dengan Pak Tony Djogo. Tetapi sampai saya pulang ke Kupang Yosef Asa dan Hilarius Atok takut dan sembunyi entah di mana, takut ketahuan belangnya. 

Kepala Desa dan Petani mengeluh bahwa Yosef Asa memotret kegiatan masyarakat seperti ternak kambing dan tanaman keras dan Yosef Asa memberi Informasi kepada pemerintah dan LSM lain bahwa itu adalah kegiatan Yayasan Geo Meno. Padahal kegiatan tersebut dilakukan oleh masyarakat desa sendiri, bahkan dilakukan oleh Masyarakat dengan dana pemerintah. 

Cerita sedih dan memalukan adalah bahwa petani di desa mengeluh bahwa mereka mendapat hadiah uang dari pemerintah karena keberhasilan mereka tetapi uang ini juga di makan oleh petugas Yayasan Geo Meno Yosef Asa dan Hilarius Atok. Luar biasa. 

Yosef Asa dan Vinsensius Nurak sama saja kelakuannya. Mereka tidak malu dan tanpa perasaan menipu pemerintah, petani, donor dan pendiri Yayasan Geo Meno. Hasil inspeksi saya memperlihatkan bahwa hasil kegiatan Yayasan Geo Meno di desa-desa di Flores jauh di bawah hasil yang mereka laporkan kepada Ketua Yayasan Geo Meno.  

Vinsensius Nurak, Yosef Asa, Josef Maan dan Hilarius Atok menipu masyarakat setempat di Flores. Karena keberhasilan Masyarakat dengan kegiatan penanaman kayu atau Reboisasi mereka mendapat hadiah Rp.20.000.000 dari pemerintah. Yosef Asa hanya memberikan Rp.3.000.000 kepada masyarakat dan yang lain tidak tahu di mana. Yosef bilang bahwa uang yang lain akan dibelikan televisi untuk diberikan kepada masyarakat, tetapi sampai hari ini tidak ada TV yang pernah dibeli dan diberikan kepada masyarakat. Uang yang lain menguap entah kemana. 

Media Indonesia, 14 September 2010: Segenggam Kehidupan di Lahan Gersang :

Di media ini Vinsensius Nurak kembali mengobral kehebatan dan keangkuhan dengan memutarbalikan data dan fakta. 

Pada 1991, lelaki yang akrab disapa Vinsen itu datang ke Desa Hamusu A di Kecamatan Insana, Timor Tengah Utara. Itulah desa paling miskin di kabupaten tersebut. Setiap tahun, curah hujan di desa itu hanya 727 milimeter. Tanah terbelah dan nyaris tidak ada tumbuhan hijau. Cuma pohon bidara dan semak. Untuk bertahan hidup, masyarakat membuka ladang di kawasan hutan untuk menanam jagung. Ladang itu berpindah tempat pada satu atau dua musim tanam berikutnya. 

Menurut Vinsen, ladang berpindah harus dihentikan. Bila dibiarkan, seluruh areal hutan menjadi gersang karena dibuka untuk ladang. Untuk menghentikannya, Vinsen mulai membuat sistem konservasi tanah dengan wanatani. Semula, masyarakat di sana tidak percaya bahwa lahan gersang bisa ditanami berbagai tanaman produktif. Maklum, kendala air menjadi masalah utama pertanian di NTT. Kepala daerah setempat yang sempat menengok kerja Vinsen juga meragukan keberhasilannya. 

Namun sejak 2002, usaha Vinsen mengembangkan pengelolaan lahan—disebut wanatani- membuahkan hasil. Kemarau panjang yang melanda NTT saat itu seperti tak mampir di Desa Humusu A. Malah warga di sana bisa panen jagung dan kacang sampai empat kali, sebuah kondisi yang jarang ditemui. Bahkan pada musim panen baru-baru ini, setiap hektare (ha) kebun jagung petani menghasilkan 2.384 kilogram (kg) jagung pipilan atau naik 38% bila dibandingkan pendapatan pada 2007. Ketika itu, 1 ha lahan menghasilkan 1.731 kg jagung pipilan. Adapun kacang tanah naik dari 941 kg per ha pada 2007 menjadi 1.281 kg per ha pada musim panen 2010, naik 36%. Petani pun bisa meraup keuntungan, mencapai Rp.6,2 juta per tahun. 

Keberhasilan itu memicu lembaga donor untuk mengucurkan bantuan, seperti Vredeseilanden Country Office (Veco), lembaga donor asal Belgia yang mengucurkan bantuan mulai 1992. Dua tahun kemudian, warga desa lain mendatangi Vinsen agar dapat membantu mengolah lahan kering di desa mereka. Vinsen pun hijrah ke Desa Fafinesi C di Kecamatan Insana, Desa Manamas di Kecamatan Miomafo Timur, dan Desa Manuulan di Kecamatan Biboki Utara. Segenggam Kehidupan di Lahan Gersang Vinsensius Nurak berhasil menghidupkan lahan kering. 

Ia akan menerima penghargaan pada United Nations General Assembly and Millennium Review Summit pada 20-24 September mendatang di Amerika Serikat. VINSENSIUS NURAK Semangat untuk membantu mengentaskan warga dari kemiskinan membuatnya rela berjalan kaki puluhan kilometer bersama masyarakat untuk mencapai desa-desa tersebut. Di tiga desa itu, Vinsen punya pengalaman yang tidak akan dilupakan. “Warga desa yang umumnya miskin menebang pohon sagu pada siang hari dan bekerja semalaman untuk mengolahnya,” kata Vinsen. Untuk bisa merasakan penderitaan rakyat, ia berbaur bersama masyarakat dan terjun mengolah sagu yang akan disajikan untuk bahan makanan. 

Perhatian internasional lembaga donor internasional pun makin semangat mendukung upaya Vinsen. Pada 2002, lembaga donor World Neighbors dari Amerika juga mengucurkan bantuan dana untuk keberlanjutan program. Mereka menilai Vinsen berhasil menjaga keberlanjutan programnya. Terbukti antara lain terjadi kontinuitas produksi, diversifikasi produk dan usaha, dan tersedia peluang investasi bagi petani karena program pemberdayaan tersebut diserahkan menjadi milik petani. Hal-hal itu biasanya jarang ditemukan di program pemberdayaan masyarakat lainnya. 

Vinsen juga mendapat kucuran dana dari CRS (Catholic Menghidupkan Mimpi dengan Wanatani Perlu metode khusus untuk mengelola lahan kering. Relief Services), Caritas, dan Australia-Nusa Tenggara Assistance for Regional Autonomy (ANTARA)-Ausaid dari Australia. Bantuan itu memungkinkan ia mengembangkan programnya hingga 40 desa meliputi 5.305 keluarga miskin di Kabupaten Timor Tengah Utara. 

Ia juga dibantu 38 tenaga pendamping. Selama menjalankan program pemberdayaan, Vinsen mengaku sudah menanam 6,5 juta pohon yang terkait langsung dengan salah satu target pembangunan abad milenium (Millennium Development Goals/ MDGs), yakni menjamin kelangsungan lingkungan. 

Jika Berita ini benar artinya Vinsen Nurak berhubungan dan mendapatkan dana dari donor tanpa sepengetahuan Pimpinan Yayasan Geo Meno pada tahun 1992. Di sini dia mengaku datang ke Humusu pada tahun 1991. Padahal dia dikirim ke sana tahun 1990 untuk memulai masa orientasi di bawah Yayasan Geo Meno. 

Vinsensius Nurak terus menipu donor yang satu untuk mendapatkan uang bahwa YMTM belum mendapatkan uang dari donor lain, dengan juga memanipulasi hasil yang dicapai di lapangan. Bagaimana di sini sekali lagi Vinsen Nurak berbohong bahwa dia secara sukarela kerja di desa tanpa dana dan jalan kaki berpuluh-puluh kilometer. Padahal waktu orientasi di Desa humusu A Vinsen Nurak sudah dapat gaji dan sepeda motor. 

Model pembangunan pedesaan, pertanian lahan kering, agroforestry dan konservasi tanah dan air bukan dikembangkan atau dirintis oleh Vinsensius Nurak seorang pencuri, peniput dan pengkianat ini atau bahkan oleh YMTM. Model ini dirintis di Flores sejak tahun 1985-1987 di desa Gerodhere, Ratongamobo, Rendubutowe dan Tengatiba melalui Yayasan Geo Meno bersama Yosef Asa. Vinsensius Nurak bukan perintis pembangunan pedesaan di wilayah kering di NTT. 

Pada tahun 2015 Vinsen mengklaim sudah tanam 8,5 juta pohon artinya ada penambahan 2 juta pohon dalam lima tahun atau 400.000 pohon per tahun (lihat hasil wawancara dengan Roger Montgomery dari London School of Economics). Di mana Vinsen Nurak tanam 400.000 pohon per tahun? Saya ingin liat! Vinsen Nurak juga cocok jadi dukun untuk bikin hujan.Vinsen yang tanam? 

Apakah benar juga masyarakat Humusu-A sangat tergantung pada pohon sagu sebagai sumber pangan? Ketika saya berkunjung ke Desa Humusu A pada tahun 1990-an masyarakat desa di sana mengatakan bahwa makanan utama mereka adalah beras. Padahal mereka umumnya makan jagung. Vinsen Nurak sudah mengajar mereka untuk menipu saya dengan menceritakan yang bagus-bagus. Dalam salah satu pertemuan dengan masyarakat desa mereka mengatakan bahwa mereka makan nasi paling sedikit dua kali sehari. Bukan makan jagung. Di sini Vinsen Nurak mengatakan bahwa masyarakat makan sagu. Vinsen juga mengklaim berbaur bersama masyarakat untuk menebang sagu. Putar balik! 

Dalam kunjungan saya ke Ke TTU baru-baru ini saya pergi ke Humusu dan Fafinesu serta Manamas. Ternyata demplot demplot yang dibangun dengan dana donor (FAO) sudah tidak ada isinya selain papan nama. Tidak jelas di mana Vinsen dan kawan-kawan menanam pohon merubah ekonomi sempai 25 persen dan merubah curah hujan. Seorang ibu yang saya temui di lapangan mengatakan Yayasan sudah mati. 

The Jakarta Globe: Corn Crop Idea Changes Communities in Eastern Indonesia .

Ini adalah beberapa petikan berita yang ditulis di koran the Jakarta Globe.  

Vinsensius Nurak, the Executive Director of local NGO Yayasan Mitra Tani Mandiri, whose working area includes the village, echoed the sentiment. “In 1991, there weren’t any trees here as the strong wind destroyed farmers’ houses in the village,” Vinsensius said. Vinsensius explained that from 1991 through to 1997, the YMTM had been working on a green project by adopting agro-forestry concepts. 

Ini kurang lebih terjemahannya: 

Visensius Nurak, Direktur Eksekutif sebuah LSM lokal Yayasan Mitra Tani Mandiri, yang wilayah kerjanya adalah kawasan pedesaan, menyampaikan: “ Tahun 1991, tidak ada pohon di sana dan angin kencang menghancurkan rumah-rumah petani di desa. Vinsensius menjelaskan bahwa dari tahun 1991 -1997 YMTM sudah bekerja dengan proyek penghijauan dengan menerapkan konsep agroforestry (wanatani). 

Thousands of trees were planted with a hope that this would produce a “terrace” to protect homes and the corn plantations from strong winds. “Now, we have the green terrace to protect corn fields as the farmers practice CA (Climate Change Adaptation?). “As a bonus the rainfall has increased too, although not significantly,” Vinsensius said. “Another important aspect about CA is that it’s environmentally friendly as it prevents farmers from burning anything like crop residues."  

Yayasan Mitra Tani Mandiri sudah menanam ribuan pohon dengan harapan menghasilkan teras-teras untuk melindungi rumah dan tanaman jagung. Sekarang kami sudah punya teras-teras hijau untuk melindungi ladang jagung karena petani telah menerapkan adaptasi iklim. Sebagai bonus, curah hujan meningkat walaupun tidak begitu nyata.  

Ketika Yayasan Geo Meno mulai bekerja di desa sejak tahun 1990, tidak ada urusan dengan angin dan iklim. Vinsen Nurak sekali lagi berbohong untuk menjelaskan bahwa proyek ini adalah untuk adaptasi iklim padahal dirancang untuk konservasi tanah dan air. Ini lagi sebuah penipuan dan bualan yang tidak masuk akal. Bagaimana menanam pohon dalam enam tahun bisa meningkatkan jumlah curah hujan? Seberapa luas dampaknya dan apakah ada pengukuran curah hujan serta penyebarannya? Apakah menanam pohon dalam luasan atau wilayah agroekologi atau agroklimat yang kecil dan hanya dalam enam tahun bisa merubah curah hujan? Sebuah hayalan yang konyol dan penipuan dan orang yang mempercayai ini sangat aneh dan idiot. Tidak ada justifikasi ilmiah dan teknis sama sekali. Vinsensius Nurak berbohong untuk mendapatkan dana perubahan iklim. Jadi dia mengarang mengenai orientasi dan fokus proyek dari pertanian lahan kering, pembangunan ekonomi masyarakat, proyek hijau lalu proyek adaptasi iklim. Hebat sekali. 

Tahun 1991- 1997 Yayasan Mitra Tani Mandiri belum ada! Semua kegiatan masih dilakukan di bawah Yayasan Geo Meno. Kami melakukan kegiatan Yayasan Geo Meno tidak ada nama proyek hijau atau adaptasi perubahan iklim. 

Kegiatan utama Yayasan Geo Meno adalah kegiatan pertanian lahan kering melalui kegiatan konservasi tanah dan air, penanaman pohon dan semak untuk agroforestry. Tidak ada rencana sama sekali bahwa penanaman pohon adalah sebagai penghalang angin atau merubah curah hujan. Tujuan kami adalah untuk membangun masyarakat desa membangun sistem pertanian mereka yang subsisten dengan produktivitas lahan yang rendah menjadi lebih baik. Benar-benar penipuan dan manipulasi oleh Insinyur Vinsensius Nurak. Ini adalah sebuah manipulasi lagi bahwa Yayasan bekerja dengan proyek hijau untuk menahan angin dan melakukan adaptasi iklim sejak tahun 1991. tidak senonoh! 

Apakah ada bukti ilmiah bahwa terjadi perubahan pola hujan karena penanaman pohon dalam luasan kecil di bentang alam Timor ini? Apakah Yayasan Mitra tani Mandiri mempunyai stasiun pengukuran unsur-unsur cuaca di sini? Apakah ada perubahan suhu dan kelembaban serta kecepatan angin? Masyarakat di beberapa desa di Gero dan sebagainya yang didukung Yayasan Geo Meno, telah menanam ribuan pohon (tidak sampai jutaan seperti bualan Vinsensius Nurak). Tidak ada Perubahan curah hujan. Mungkin ada perubahan neraca air tanah dengan dampak pada peningkatan debit air tanah dan air sungai tetapi harus dibuktikan secara ilmiah bukan dengan bualan dan banyolan seperti yang diklakukan Vinsensius Nurak. Apakah Vinsensius Nurak mengerti tentang klimatologi dan meteorologi? Saya pernah ajarkan ilmu ini kepada Visensius Nurak dan kawan-kawan ketika saya masih menjadi dosen mereka. 

Selain itu di kampus Politeknik Pertanian atau waktu bersama Fakultas Pertanian dan Pusat Penelitian Undana, kami menanam banyak pohon di Undana dan di Ikan Foti (Baun, Amarasi) tetapi tidak pernah mengklaim kami membuat perubahan pola curah hujan. Dengan uang pribadi saya juga membantu masyarakat menanam ribuan pohon di Desa Were II, Ratedao di Flores, tetapi tidak ada perubahan curah hujan dalam tujuh tahun dan dalam bentang alam dengan luasan yang sangat kecil. Ada banyak orang yang sekarang menanam pohon tanpa bantuan luar tetapi tidak ada perubahan curah hujan yang diukur. Kami tidak pernah menceritakan kepada orang bahwa kami menanam pohon untuk membuat perubahan curah hujan atau unsur-unsur iklim lainnya guna mendapatkan dana proyek perubahan iklim dan adaptasi iklim. Orang-orang yang mempercayai omongan Vinsensius Nurak adalah tolol dan konyol apalagi kalau dipakai untuk menulis dalam laporan jurnalistik atau laporan penelitian ilmiah. 

Saya mengajar Klimatologi Pertanian selama hampir dua puluh tahun sambil juga mengajar, mengelola Politeknik Pertanian, juga bekerja dengan masyarakat desa dalam kegiatan pengembangan wanatani atau agroforestry, penanaman pohon, hutan keluarga dan konservasi tanah dan air. Saya tidak pernah mendapatkan data ilmiah, fakta atau informasi bahwa penanaman pohon dalam luasan yang kecil, dalam jangka pendek bisa merubah curah hujan di sebuah wilayah bentang alam apalagi di wilayah klimatologi pertanian (agro-climatological zone). Apakah ada pengukuran perubahan curah hujan karena Vinsensius Nurak yang mengaku sebagai petani menanam jutaan pohon? Apa dasar ilmiahnya? Mengapa orang bisa bercaya dengan bualan Vinsensius Nurak yang kemudian dijadikan temuan ilmiah?  Rupanya Vinsensius Nurak adalah seorang ilmuwan hebat.  

Will no One Plant Tree in Indonesia? A Research Report by Roger Montgomery. Asia Research Center-London School of Economy 

Ini adalah beberapa cuplikan dari hasil penelitian ilmiah yang dilakukan oleh Roger Montgomery dari London School of Economy (LSE). London School of Economy adalah sebuah lembaga penelitian bergengsi  dengan reputasi yang sangat tinggi di Inggeris bahkan di dunia. Sebuah kisah yang dikutip oleh sebuah lembaga ilmiah bergengsi dan menjadi sebuah tulisan ilmiah dari hasil wawancara dengan si pembual Vinsensius Nurak yang menyampaikan data dan hasil Yayasan Mitra Tani Mandiri yang manipulatif dan pemutarbalikan  dari data dan fakta yang ada . Vinsensius Nurak sudah tipu orang dari berbagai lembaga termasuk lembaga ilmiah ini, Asian Research Centre, London School of Economics dari Inggeris. Hebat sekali.  Sangat disayangkan lembaga penelitian ilmiah ini menjadi korban  penipuan oleh Vinsensius Nurak dan YMTM. So sorry to Roger Motgomery and LSE.

In its initial years, YMTM NGO had no funding whatsoever; volunteer workers lived in villages on no salary. By about the year 2000 YMTM had drawn attention from several international NGOs who made small grants to YMTM. In 2007, Australian Aid (AUSAID) provided YMTM with a more substantial budget to cover the inclusion of 1,000 farm families in various income generating activities including soil conservation, upland agriculture and especially tree planting. 

Luar biasa, kembali lagi, Vinsensius Nurak mengklaim bahwa YMTM sama sekali tidak punya uang di tahun-tahun awal pendiriannya, dan para pendamping masyarakat tinggal di desa tanpa gaji sama sekali. Padahal Vinsen Nurak sudah terima gaji dan fasilitas dan korupsi uang Yayasan Geo Meno sejak dia masuk Yayasan Geo Meno tahun 1990 sampai dia dipecat dari Yayasan Geo Meno tahun 1997. Benar-benar pembual dan pencuri! 

Sebagaimana biasa Vinsensius Nurak selalu menceritakan hal hal yang berbeda pada donor yang satu dan donor yang lain. Vinsen mengatakan dalam wawancara ini bahwa dia sudah menanam 8,5 juta pohon melalui Yayasan Mitra Tani Mandiri. Apakah benar YMTM sudah menanam 8,5 juta pohon? Apakah ada lembaga yang sudah pernah menghitung jumlah pohon ini?  Angka ini adalah akal akalan Vincen Nurak cs untuk mendapat nama agar  dapat dinominasikan sebagai penerima penghargaan.

Pembual dan Pembohong Hebat! 

Vinsensius Nurak biasa jalan tanpa sepatu atau sandal: Benarkah? Ketika Vinsensius Nurak ke istana presiden untuk menerima Kalpataru, dia tidak memakai sandal atau sepatu sama sekali bersama isterinya. Dia menceritakan kepada wartawan bahwa dia sudah biasa. Benar-benar bohong. Saya tidak pernah melihat Vinsen Nurak kuliah atau kerja di desa dan jalan-jalan di Kupang atau naik pesawat tanpa pakai sandal sama sekali. Benar-benar seorang pembual dan penipu ulung! Di lain kesempatan dia menceritakan kepada orang bahwa dia anak seorang petani atau dia adalah seorang petani padahal dia adalah anak seorang pedagang keturunan Cina. Semakin berhasil kerjanya di lapangan dia semakin hebat dia membual dan menipu. 

Ada berbagai kisah penipuan dan putar balik data dan fakta serta sejarah yang bisa dibaca di berbagai tulisan saya atau dilihat di berbagai website yang menulis tentang Vinsensius Nurak dan Yayasan Mitra Tani Mandiri. Misalnya mereka memanipulasi data dan klaim di dalam Laporan Studi Kasus UNDP (Laporan Studi Kasus Equator Initiative dari UNDP (United Nation Development Program)) di mana Vinsensius Nurak dan Josef Maan menipu dengan memutarbalikkan fakta dan data. Mereka mengklaim berbagai hasil yang tidak pernah tercapai. Vinsensius Nurak dan Josef Maan tidak punya rasa malu untuk menipu lembaga internasional yang besar ini supaya mendapat pujian dan terus mendapatkan dana dari donor. 

Vinsensius Nurak, Josef Maan dan Yayasan Mitra Tani Mandiri:
Penipu Terbesar dalam Sejarah LSM Indonesia
Mungkin juga di Dunia  


Presiden Republik Indonesia saja ditipu oleh Vinsensius Nurak apalagi orang lain.  Ketiak mengunjungi Istana Negara sebagai pemenang hadiah Kalpataru, Vinsensius Nurak menipu presiden, wartawan dan hadirin lain dengan mengatakan bahwa dia tidak pernah pakai sandal atau sepatu selama hidupnya. Sebagai orang  desa Vinsensius Nurak biasa berjalan berkilo-kilometer tanpa sepatu atau sandal.   Vinsensius Nurak tidak pandang bulu, siapa saja dia tipu untuk mencari popularitas, mencuri  dan mencari uang atau menggaruk kekayaan dari uang Yayasan.  Bahkan petani  atau masyarakat desapun yang harus dibantu di tipu dalam pembagian hasil jual sapi atau harga jual hasil  pertanian. 

Yayasan Geo Meno yang saya dirikan dan menjadi tempat saya latih, bina  dan kaderkan Vinsensius Nurak dia curi dan tipu. Vinsen Nurak mengklaim bahwa dia adalah pendiri Yayasan Geo Meno.  Padahal ketika Yayasan Geo Meno saya  rintis dan dirikan tahun 1988 dirikan Vinsensius Nurak masih mahasiswa yang sedang saya kaderkan. Luar biasa tidak sopan dan kurang ajar. Nama Geo Meno diambil dari nama kampung leluhur orang tua dan  saya. Mungkin Vinsensius Nurak dan orangtuanya keturunan pencuri dan penipu dari Kampung Geo Meno di kaki Gunung Inelika.

Awal Januari 2021 saya benar-benar terkejut ketika menemukan, lagi-lagi, informasi tentang   penipuan yang dilakukan oleh  Ir. Vinsensius Nurak  dalam jejak   rekaman online Majalah Tempo Edisi 4 Oktober 2010. Ini peristiwa sudah dimuat 10 tahun lalu. Terima kasih media online masih punya rekaman digital ini. Saya sudah menemukan berbagai penipuan tetapi temuan ini luar biasa. Vinsensius Nurak tidak punya rasa malu, tanpa perasaan,  dan tidak punya etika. 

Vinsensius Nurak mengklaim bahwa pada tahun 1988 dia sudah menjadi Insinyur dan bahwa dia menelusuri berbagai desa di Flores tahun itu untuk mendirikan Yayasan Geo Meno. Padahal tahun 1988 Vinsensius Nurak masih mahasiswa dan sama sekali tidak terdaftar sebagai pendiri Yayasan Geo Meno.  Mungkin ada baiknya kalau Vinsensius Nurak juga bisa menjelaskan apakah orang tuanya memberikan sumbangan untuk mendirikan Yayasan Geo Meno. Apakah orangtuanya juga menyusuri desa,   kampung-kampung sungai atau kali dan kampung-kampung di Nagekeo?   Apakah orangtua Vinsen Nurak juga ikut pertemuan petani antara tahun 1984 - 1997? Sebaiknya Vinsensius Nurak menunjukkan bukti dan foto-fotonya.

Saya masih ingat dan mempunyai beberapa foto bagaimana saya dan orang tua saya  masuk ke kampung, menyusuri sungai, makan di pinggir sungai  dengan babi  yang panggang. Orang yang berjasa dalam kegiatan ini adalah Yosef Asa, Mahasiswa Fakultas Pertanian yang pada saat itu belum lulus tetapi sudah bekerja membantu saya tanpa gaji. Ir Yosef Asa adalah salah satu orang yang menjaid korban permainan, politik dan penipuan oleh Vinsensius Nurak dan Josef Maan.

Ir. Vinsensius Nurak sendiri pernah mengklaim bahwa dia  melakukan penelitian di Flores, Sumba dan Timor  sejak tahun 1985 (pada saat dia masih mahasiswa untuk mendapatkan data untuk mendirikan Yayasan Geo Meno.  Vinsen klaim bahwa penelitian skripsi sarjananya adalah tentang ekonomi masyarakat pedesaan padahal penelitiannya adalah tentang tanaman untuk agroforestry. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan ekonomi dan kemiskinan di pedesaan. Vinsen seharusnya tidak pantas jadi sarja kareena menipu.  

Dapat dipastikan  bahwa Vinsensius Nurak sudah melakukan berbagai penipuan, mungkin lebih banyak penipuan dan pencurian uang Yayasan Geo Meno  tetapi tidak terekam. Sebagaimana yang disampaikan oleh masyarakat di  Flores dan Timor yang saya temui. Mereka tidak mau sibuk dan diam saja ketika ditipu. Uang koperasi atau arisan mereka ditipu.  Pemerintah juga ditipu, donor yang memberikan uang  ditipu apalagi dan tentu saja Pengurus dan Pendiri Yayasan Geo Meno. Uang Yayasan Vinsensius Nurak curi  uang untuk perkawinannya. Vinsensius Nurak jual nama Yayasan Geo Meno untuk cari dana di PLN Kupang tahun 1997 tanpa ketahuan Pengurus dan Ketua Yayasan.

Sebagai Ketua Yayasan Geo Meno pada tahun 1990, saya menunjuk Vinsensius sebagai Koordinator Yayasan Geo Meno di Timor Barat, Vinsensius mulai menjadi sombong dan bereaksi berlebihan. Dia memanipulasi proyek, menyalahgunakan uang dan wewenang sebagai koordinator Yayasan Geo Meno. Vinsen Nurak  menggunakan dana Geo Meno untuk pesta pernikahannya. Dia mencuri uang yayasan untuk membeli ternak untuk dia dan keluarganya.

Dia bernegosiasi dan menandatangani kontrak dengan PLN (Perusahaan Listrik Negara) di Kupang tanpa melapor kepada Ketua Yayasan Geo Meno. Saya menulis surat kepada PLN untuk  membatalkan atau mengakhiri kontrak. Vinsensius telah membuka kantor cabang Yayasan Geo Meno di Oeba  Kupang  untuk Kerjasama dengan PLN tersebut, tanpa melaporkan kepada saya sebagai Ketua Yayasan Geo Meno.  Saya mengirim surat keras kepada PLN Untuk menghentikan semua negosiasi atau kesepakan dengan Yayasan Geo Meno.

Ternyata Yayasan Geo Meno, dipimpin Vinsensius Nurak,  sudah melakukan perjanjian  kerja sama  dengan beberapa pengusaha  kecil akan ada bantuan dari PLN yang akan difasilitasi Yayasan Geo meno. Setelah dibatalkan   ada pengusaha menulis di surat pembaca  di koran Pos Kupang yang menyatakan Yayasan Geo Meno penipu.

Sejak saya berada di Kupang dan Vinsen tinggal di Kefamenanu, ia sering mengundang dan bernegosiasi dengan donatur tanpa melapor kepada Ketua Yayasan Geo Meno.

Sampai hari ini saya tidak mengerti bagaimana seorang  berpendidikan yang bekerja dalam sebuah LSM yang seharusnya mengabdi bagi masyarakat bisa tega dan tidak malu melakukan ini. Lihat kutipan di Majalah Tempo Edisi 4 Oktober 2010:

Pemimpin Yayasan, Vincensius Nurak, 46 tahun, memulai organisasi dari nol. Saat itu, 1988, ia adalah insinyur pertanian yang bersama teman kuliahnya suka menelusuri desa-desa Kecamatan Boawae, Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Tindakan ini tidak disukai keluarganya, yang ingin dia, seorang insinyur, menjadi pegawai negeri. ”Oleh keluarga, kami dianggap orang gila, karena kuliah sarjana tapi tinggal di desa tanpa penghasilan,” katanya. Saya kira keluarganya suka karena Vinsen curi uang Yayasan untuk dinikmati keluarganya  termasuk Pendidikan ana-anak sampai ada anaknya yang menjadi dokter. 

Ini luar biasa penipuan ini. Vinsen Nurak tidak pernah menelusuri desa-desa di Kecamatan Boawae tahun 1988. Vinsensius Nurak  sudah menyatakan sudah menjadi insinyur pertanian pada tahun 1988 padahal dia baru tamat dari Fakultas Pertanian Undana tahun 1990.  Tahun 1988 dia masih kuliah.

Vincentius memimpikan para petani mendapat penghasilan lebih bagus, dan lingkungan lebih terjaga, dengan pola wanatani—pola yang mencampur tanaman jangka panjang dengan jangka pendek. Ia lalu mendirikan lembaga pendamping petani, Yayasan Geomeno, pada 1988. Setelah mendapat sedikit modal, tiga tahun berikutnya mereka menyeberang ke Pulau Timor, bekerja di desa-desa yang kering dan tandus serta rawan pangan di Kabupaten Timor Tengah Utara. 

Masalah pertama yang dihadapi Vincentius ternyata di luar dugaan: politik. Saat itu pemerintah Orde Baru berada di puncak kekuasaan dan menjelang pemilihan umum. Para petani curiga mereka akan mengajak ke partai oposisi. ”Petani menganggap kami orang PDI yang harus dihindari,” katanya. 

Vinsensius Nurak cs tidak  bekerja dari nol dan tanpa penghasilan sama sekali.  Saya dan orang tua mengeluarkan biaya untuk mendirikan Yayasan Geo Meno. Saya melatih dan memberikan orientasi bagi Vinsen Nurak di Kampus dan beberapa desa. Dia tidak pernah ke desa-desa sendirian. Saya bayar biaya transport dan uang makan. Vinsen Nurak tidak  mendirikan Yayasan Geo Meno. Namanya tidak ada dalam Akte Yayasan Geo Meno. Vinsen Nurak malah mencuri uang Yayasan Geo Meno. Vinsensius Nurak mulai bekerja dengan Yayasan Geo Meno tahun 1990 setelah melalui orientasi yang saya fasilitasi di Kupang dan Timor. Dia sudah terima gaji. Bagaimana mungkin dia  dia mengatakan bahwa pemerintah menganggap petani orang PDI. Ketika saya ke desa-desa petani tidak pernah berpikir demikian. Setelah berhasil mereka tidak pernah menghargai orang yang mendidik mereka. Jangankan menghargai Vinsensius Nurak malah semakin menipu.

Vinsensius Nurak sekarang sudah sangat kaya dengan rumah mobil dan tanah di mana-mana yang tidak mungkin didapat hanya dengan mengandalkan gaji LSM.

Wawancara dengan Wartawan Pos Kupang  (wawancara oleh Alfred Dama): 

Wawancara Jurnalis NTT dengan Vinsensius Nurak, Pos Kupang 28 Juni 2009 :


….Sering ada selentingan bahwa LSM itu cenderung menghabiskan dana bantuan baik dalam negeri maupun luar negeri tapi tidak memberikan laporan. Pekerjaanya menghabiskan dananya?

Vinsensius Nurak: ….Saya kira itu kritikan untuk refleksi bagi pegiat LSM. Saya juga  pernah ketemu sekali dengan sebuah LSM nasional. Bersama-sama kami ketemu Pak Gubernur (Piet Talo), juga Pak Gubernur waktu itu juga berkomentar itu yaitu LSM dari luar selalu datang untuk menipu rakyat NTT. Tapi saya kira ini harus menjadi satu cambuk bagi LSM kita, bagaimana LSM kita menunjukkan pada pihak pemerintah bahwa kita bekerja lebih baik daripada orang lain. Kita harus tunjukkan. Saya kira di TTU, pemerintah paling mengakui kami karena kami bekerja serius untuk apa? Kami bekerja melepaskan diri dari politik. Kalau kami mau masuk politik maka kami harus berhenti dari sini. YMTM punya kekuatan. Kami benar-benar  membebaskan diri dari politik. Bila ada staf kami  yang mau masuk jalur politik harus mengundurkan diri dulu. Oleh karena itu kami bisa kerja dengan siapa saja dan ini tidak mungkin dibatasi karena masalah politik atau apa. Dari segi kepercayaan pemerintah, kami harus jujur bahwa pemerintah TTU paling percaya kami…..

Ini  pernyataan Vinsensius Nurak yang tidak punya etika dan arogan sama  sekali. Semua yang dia katakan di sini sangat bertolak belakang dengan apa yang terjadi dan dilakukan oleh Vinsensius Nurak dan  kawan-kawannya di Yayasan Mitra Tani Mandiri.  Ini hanya salah satu contoh kecil bagaimana Vinsensius Nurak menipu orang seenaknya. Mereka tipu di mana-mana tetapi bilang pemerintah paling percaya mereka. 

Vinsensius Nurak, Josef Maan,  bersama kawan-kawannya saya latih dan didik sejak akhir tahun 1980-an, ketika mereka masih mahasiswa di  Undana, sampai mereka luluas dari Fakultas Pertanian, dengan cita-cita dan harapan bahwa mereka akan  menjadi ujung tombak pembangunan pertanian dan pembangunan masyarakat desa di NTT.  Saya ingin membangun di semua Kabupaten jika mungkin, Namun semua rencana saya hancur berantakan karena Vinsensius Nurak dan kawan-kawan menjadi pencuri, penipu dan pengkianat dalam Yayasan Geo Meno yang saya dirikan. Masyarakat yang berubah atau menjadi lebih baik ekonominya tidak sepadan dengan peningkatan kekayaan dan kesejahteraan Vinsensius Nurak, Josef Maan  dan pengurus atau pengelola Yayasan Geo Meno (YGM)  lainnya  yang kemudian menjadi Yayasan Mitra Tani Mandiri (YMTM). Bukan hanya itu beberapa kali saya ke desa Vinsen Nurak menyuruh petani menipu dan mengejek saya. 

Perlu kita check bersama apakah memang petani dan masyarakat desa dampingan YMTM menjadi lebih baik dan pendapatannya meningkat 25 persen, apakah orang miskin berkurang  sebagaimana diklaim oleh Vinsensius Nurak dan YMTM dan dan apakah stunting rendah? Apakah ekonomi masyarakat Desa Gerodhere, Watugase, Dhereisa, Tengatiba berubah karena Vinsensius Nurak? Fakta menunjukkan bahwa stunting di TTU masih tinggi sekali.
 
Berapa persen peningkatan harta dan kekayaan Vinsensius Nurak dan  Josef Maan di  YMTM saat ini dibandingkan dengan harta dan kekayaan ketika mereka masuk Yayasan Geo Meno tahun 1990? Alangkah baiknya jika yang melaporkan Harta dan kekayaan bukan hanya Pejabat Negara (LHKPN) tetapi juga personel LSM

Di dalam wawancara yang sama Ir. Vinsensius Nurak Juga mengatakan ini. Dengan sombongnya dia mengatakan ketika menjawab pertanyaan wartawan.

Wartawan:  Apa titik perhatian lembaga ini?

Vinsensius Nurak: Sebenarnya kalau pertanyaan ini tentang kenapa kita memberikan perhatian pada pemberdayaan, saya kira kalau dari segi berdirinya, Yayasan ini tidak mulai dari kantor. Kalau teman-teman LSM yang lain merintis kegiatan  kantor baru ke desa, maka YMTN itu terbalik  yaitu dari desa.   Kami mulai dari desa, kantor kami di desa, kami punya kantor di desa. Kemudian karena kebutuhan secara perlahan kami pindah ke kota. Kami berdiri  tahun 1988, tetapi baru punya kantor di kota tahun 1994. Jadi selama enam tahun base kami di desa. Kami lebih mengutamakan pengembangan masyarakat. Kami berprinsip bahwa kalau kami mau membantu masyarakat, apalagi fokus pada pertanian, berarti kami tidak bisa menjadikan desa sebagai desa wisata ,yaitu pagi datang sore pulang.

Ini pernyataan Vinsensius Nurak  yang tidak senonoh sangat bohong dan tidak punya etika sama sekali. Penipu ulung.   Tahun 1988 Vinsensius Nurak masih mahasiswa belum terlibat sama sekali di  Yayasan Geo Meno  (YGM) apalagi Yayasan Mitra Tani Mandiri (YMTM). Baru setahun kerja dengan dana  donor dari YGM Vinsenius Nurak sudah curi uang untuk  urusan pesta  nikah-nya dan untuk beli sapi untuk pribadi dia. Tetapi dia pintar memanipulasi keuangan sehingga tidak ada laporan yang jelas.  Vinsensius pintar membuat laporan palsu.   Yayasan Geo Meno didirikan tahun 1988 dan nama Vinsensius Nurak atau Josef Maan sama sekali tidak ada dalam  Akte Yayasan Geo Meno. Bagaimana Vinsensius Nurak mengatakan bahwa Yayasan Mitra Tani Mandiri mulai tahun 1988 dan baru punya kantor tahun 1994  padahal waktu itu Vinsensius Nurak masih kuliah bekerja sebagai staf Yayasan Geo Meno  (YGM) antara  tahun 1990 - 1997


Di dalam wawancara dengan wartawan di bagian lain juga Vinsen mengatakan  dan mengklaim bahwa  di akhir studinya dia melakukan penelitian tentang ekonomi masyarakat desa yang menjadi dasar untuk dia mulai bekerja di desa dengan insiatif sendiri. Padahal Vinsen Nurak adalah lulusan jurusan agronomi yang meneliti tentang tanaman-tanaman untuk agroforestry,  yang saya tentukan judulnya bukan tentang ekonomi. Saya membantu menentukan judul dan lokasi penelitian berdasarkan analisis atas peta agroeckologi dan agroklimatologi. Teknik survai dibimbing oleh Drs. Vitalis Tanggal.  Benar-benar penipu  yang luar biasa dan tidak punya  malu atau rasa bersalah.

 





Saya membimbing skripsinya  (bersama Drs.Vitalis Tanggal dari FKIP) dan melatih tentang jenis-jenis tanaman lokal, agroforestry, agroekosistem , pembangunan pedesaan sampai mengirim Vinsensius Nurak ke Desa Humusu A. Saya juga mengeluarkan uang pribadi untuk orientasi,  mengumpulkan benih,  mengajak Vinsensius Nurak, Josef Maan  dan kawan-kawannya untuk kunjungan lapangan, orientasi dsb. Apakah Vinsensius Nurak dan orangtuanya memberikan  uang untuk Yayasan Geo Meno atau orientasi sehingga Vinsensius Nurak bisa kunjungi Desa-desa? 

Vinsensius Nurak adalah manusia laknat dan penipu yang bisa mengklaim dia adalah pendiri Yayasan Geo Meno. Padahal Yayasan Geo Meno dirintis  oleh saya dan orangtua saya sejak 1985 dengan dana sendiri.  Saya mengeluarkan dana untuk  orientasi mereka, mengumpulkan benih tanaman kayu bangunan dan tanaman  leguminosa untuk konservasi tanah, untuk mengirim Yosef Asa ke Gerodhere tempat kami mulai kegiatan, membuat akte Yayasan Geo Meno, Vinsensius Nurak sama sekali tidak terlibat dan tidak mengeluarkan uang untuk Yayasan Geo Meno, tetapi malah mencuri uang dan kewenangan di Yayasan Geo Meno. Vinsen Nurak dan Josef Maan mengklaim sebagai tokoh pendiri Yayasan Geo Meno yang mengubungi donor tanpa sepengetahuan Ketua Yayasan dan Wakil Ketua Yayasan. 

Luar biasa bohongnya. Sangat tidak sopan. Saya dan orangtua saya dan keluarga masuk keluar Desa Gero tahun 1984 -1988 bersama Yosef Asa,  untuk merintis pembangunan pedesaan, Vinsen Nurak yang masih mahasiswa tinggal di Kupang bisa mengklaim sebagai pendiri Yayasan Geo Meno.  Luar biasa tahun 1988 Vinsensius Nurak mengklaim sudah jadi insinyur padahal waktu itu masih mahasiswa. tidak sopannya dia  klaim mulai Yayasan Geo Meno dari nol padahal saya sudah mempersiapkan Yayasan Geo Meno dengan dana dan tenaga dan Vinsen Nurak klaim dia yang mendirikan yayasan Geo meno. Luar biasa!


Di dalam laporan ke donor Vinsensius Nurak mengklaim sudah menanam  sebanyak 6,5 juta pohon. Tidak diketahui di mana pohon-pohon ini ditanam. Mudah-mudahan Vinsensius Nurak bisa memberikan data tentang lokasi, jenis, umur dan jumlah pohon yang sudah ditanam

Vinsensius Nurak juga mengatakan bahwa:..

Tapi kami harus melihat desa sebagai bagian dari kehidupan kami. Sehingga kami mengambil strategi sebagai pendamping lapangan. Kami harus tinggal bersama petani di desa, tidak pernah meninggalkan  desa. Yah kita seperti seorang antropolog yang datang ke desa, tinggal bersama orang desa, makan apa adanya degan orang desa, dan hidup susah dengan orang desa sehingga kita tahu kebutuhan orang desa untuk merencanakan bersama mereka dan bekerja dengan mereka, Kami tidak pernah membangun desa mulai dengan program yang sebenarnya dari kami, tapi bagaimana kami mengangkat program atau kebutuhan dari orang desa. Karena itu saya kira partisipasi masyarakat paling utama.

Ini salah satu kebohongan dan kesombongan  yang disampaikan Vinsensius Nurak. Apakah benar Vinsensius Nurak tinggal di desa dengan gaya seorang antropolog? Ir. Vinsensius Nurak adalah Antropolog penipu dan  pencuri.  Vinsen Nurak  memandang LSM sebagai sumber uang. Desa bukan merupakan bagian dari kehidupan Vinsen Nurak, Josef Maan dan kawan-kawan dari YMTM  sebagai tempat mengabdi tetapi tepat mereka cari dan curi yang termasuk memanipulasi data dan dana serta memeras tenaga  dan keringat Petani dan menipu donor.

Dia hidup mewah di kota dengan uang hasil curian dari dana donor. Pakai mobil, rumah bagus makan enak, sementara masyarakat desa binaan hidup dengan rumah tanpa jendela, tanpa tempat tidur, tanpa kasur,  hidup susah sementara Vinsensius Nurak peras keringat mereka untuk keuntungan pribadinya. Ini adalah salah satu cara bagaimana Vinsensius Nurak  mengeksploitasi dan memperalat  dan menjual kemiskinan masyarakat  untuk mengumpulkan harta.

Vinsen juga membuat pernyataan dalam wawancara itu:.. 

Ia menceritakan pengalamannya bekerja di desa yang dimulai dari desa Humusu-A. Menurutnya selama tiga tahun tinggal di desa tersebut dia lebih banyak mendalami aktivitas petani di desa tersebut. “ Saya bekerja di desa selama tiga tahun itu tidak ada gaji, saya makan dan tinggal dengan petani. Waktu di Humusu-A petani yang kasih saya makan.

Benar-benar sebuah penipuan yang luar biasa. Kurang ajar dan licik. Ketika masih menjabat sebagai Ketua Yayasan Geo Meno, saya kirim  Vinsensius Nurak  ke Desa Humusu-A pada tahun 1990 untuk melakukan orientasi sebagai staf Yayasan Geo Meno. Waktu itu Yayasan Mitra Tani Mandiri belum ada. Dia pergi bukan atas inisiatif sendiri tetapi dengan dana Yayasan Geo Meno bahkan uang saya. Kami kemudian mendapat dana dari donor untuk membeli sepeda motor untuk Vinsensius Nurak bekerja di desa. Beberapa kali saya mengunjungi dia dengan uang pribadi saya  dengan menggunakan mobil dinas Politeknik Pertanian. Sombongnya Vinsensius Nurak. Desa Humusu-A adalah salah satu diantara empat desa di Timor  yang saya pilih dalam survei saya antara tahun 1985-1989. Vinsensius Nurak tidak pernah survei untuk memilih desa ini. Sama sekali tidak. Saya yang memilih desa ini karena berdasarkan interpretasi peta dan data agroklimatologis ini adalah salah satu desa paling kering  dan desa yang miskin dan tertinggal di  Kabuaten Timor Tengah Utara.

Di dalam koran yang sama Vinsensius Nurak memperlihatkan kebohongannya bahwa dia ahli agroforestry, ahli Agroekosistem, ahli etnobotani dan pertanian lahan kering.  Dia mengaku sebagai anggota beberapa kelompok penelitian yang tidak pernah ada yang dia ngarang sendiri. Bagaimana Vinsensius Nurak bisa menjadi Anggota Peneliti Profesional padahal tahun 1985 -1990 Vinsensius Nurak masih berstatus sebagai mahasiswa di Fakultas Pertanian Undana di Kupang, NTT.

Apakah ada SK tentang Kelompok-Kelompok Penelitian ini?  Karena pengakuannya akan berbagai keahlian dan keanggotaan ini Vinsen Nurak diangkat menjadi  dosen di Universitas Timor.  Sekarang Vinsensius Nurak sudah dipecat dari Unimor karena ketahuan belangnya sebagai dosen penipu. Dia tidak berani diwawancarai wartawan atau menjawab pertanyaan mahasiswa dan dosen  seputar keahlian-keahlian yang penuh kebohongan dan kesombongan itu. Vinsensius bukan ahli agroforestry, pertanian lahan kering atau agroekosistem dan pembangunan pedesaan.

Dia belajar dari orang lain tipu di tempat lain. Vinsensius Nurak adalah ahli menipu. Dia tipu semua orang bukan hanya masyarakat, petugas lapangan, pemerintah tetapi juga donor dan orang-orang asing, peneliti asing,  Unimor dan bahkan Gereja.   Untuk menutupi belangnya dia mengundang  Bapak Uskup untuk memberkati Kantor YMTM yang baru.  Sedih sekali kantor yang menampung pencuri dan pembohong ini harus diberkati oleh Bapak Uskup. 

Mungkin ada baiknya kalau Vinsensius Nurak kita angkat sebagai Anggota Kelompok Pencuri  atau Manipulator Uang  Donor. Jika kita benar-benar seorang ahli kita tidak perlu pamer gelar dan keahlian kita apalagi dengan menipu orang. Kita buat saja di lapangan bersama petani.  Karena tipu dayanya ini Vinsensius Nurak mendapat penghargaan internasional dan nasional yang seharusnya diperoleh dan dipertahankan  secara bermartabat.

Manajemen dan Politik Yayasan Mitra Tani Mandiri Nagekeo:

Lihat juga  Kelakuan dan Cara Manajemen dan Politik  Ir. Josef Maan Koordinator Yayasan Mitra Tani Mandiri di Nagekeo:

Penipuan, pemerasan tenaga petani dan petugas lapangan serta korupsi sudah dilakukan semasa mereka masih bekerja dengan Yayasan Geo Meno di Flores. Karena laporan petani, masyarakat  dan petugas lapangan saya melakukan  investigasi pada tahun 1997 sertelah mememutuskan untuk membubarkan Yayasan Geo Meno. Laporan investigasi saya  sampaikan dalam tautan ini.  Dalam laporan ini pembaca bisa melihat bagaimana pencuri dan pengkianat-pengkianat dari Timor ini menipu masyarakat dan petugas lapangan dengan  memanipulasi sistem  bagi hasil pemeliharaan sapi. Orang-orang ini ternyata lebih sadis dari tengkulak. Mereka menuduh tengkulak menipu petani ternyata orang-orang ini yang dikendalikan Vinsensius Nurak menipu dan memeras petani dengan sistem pembagian hasil yang tidak adil. Masyarakat petani dan petugas lapangan diperalat  dan diperas untuk memperkaya  staf Yayasan Geo Meno.

Tidak heran staf Yayasan Geo Meno yang kemudian menjadi Yayasan Mitra Tani Mandiri kaya raya dengan uang hasil pencurian dan pemerasan tenaga petani dan petugas lapangan lokal sementara petani di desa binaan tetap miskin. Setelah pembubaran Yayasan Geo Meno saya mengirimkan surat kepada kepala-kepala desa di wilayah dampingan Yayasan Geo Meno dengan surat dalam tautan ini 

Ketika ada pemilihan anggota legislatif pusat, Josef Maan menjadi agen  untuk calon anggota DPR Pusat pada tahun 1999. Hal ini sudah biasa di mana-mana di Ngada atau Nagekeo bahwa Calon DPR akan mencari orang-orang  lokal untuk membantu mendulang suara. Segala cara dilakukan  termasuk dengan dengan menipu rakyat seperti yang dilakukan Josef Maan. Merasa sudah punya kekuasaan sebagai pendiri dan pengurus Yayasan Mitra Tani Mandiri  karena saya bubarkan  Yayasan Geo Meno pada tahun 1997, dia  berperilaku seenaknya. Dengan menjadi agen caleg, Ir. Josef Maan mendapat uang dan digunakan untuk kepentingan pribadi. Koordinator YMTM  wilayah Nagekeo  ini menerima uang untuk memobilisir massa dan menghasut masyarakat sepanjang jalan Aemali – Danga untuk tidak memilih Caleg Pusat asal Ngada tetapi Caleg dari luar Ngada yang mereka katakan mempunyai kemampuan yang lebih tinggi. Josef mengatakan bahwa Caleg  dari luar Ngada sudah terbukti berhasil mendatangkan dana  untuk membangun prasaran fisik di Ngada.

Untuk mendukung kampanye  bagi Caleg ini,  satu bulan sebelum Pileg, Orang YMTM ini bersama caleg dan staf PU mengadakan pengukuran jalan dan membuat tanda sepanjang jalan Aemali ke Danga dan menjanjikan bahwa dalam satu dua hari ini jalan segera di aspal.  Petugas YMTM meminta agar pasir dibersihkan  dan pohon sepanjang pinggir jalan dipotong. Beberapa keluarga di Gero sudah membersihkan pasir dan batu yang tertumpuk di sepanjang pinggiran jalan di depan rumah mereka karena akan segera diaspal. Kenyataan jalan tidak pernah diaspal.   Mereka juga  menjanjikan bahwa listrik akan segera di pasang karena tiang-tiang sudah siap. Kenyatannya tiang listrik tidak pernah di pasang sampai selesai Pileg bahkan sampai tahun 2017.

Di dalam pengelolaan administrasi Yayasan Mitra Tani Mandiri seorang mantan staf Yayasan menceritakan kepada saya jika memerlukan uang…. Maka  Ir. Josef Maan membuat rapat palsu dengan menyiapkan  daftar hadir kosong untuk ditanda tangani suapaya Bendahara bia mengelarkan uang. Padahal tidak ada rapat.

Yayasan Mitra Tani Mandiri Nagekeo  dengan pimpinan Josef Maan dan Instruksi Vinsensius Nurak melakukan manipulasi pengadaan barang, manipulasi harga  bibit tanaman buah-buahan dan ternak dengan menekan staf lokal. Seorang mantan staf lokal di Nagekeo harus kerja keras mencari data palsu membuat kuitansi palsu untuk pembelian barang, benih atau ternak,   sementara pimpinan dan pengurus Yayasan di Nagekeo dan di Timor menikmati uang donor yang dikorupsi,sementara mantan staf lapangan  ini sampai sakit karena kerja melewati batas. Yang aneh juga staf lapangan mengatakan ada anggaran yang donor berikan untuk disalurkan ke Nagekeo dipindahkan ke Timor dengan alasan yang tidak jelas atas instruksi Vinsensius Nurak dan ulah Josef Maan. 

Seorang anggota masyarakat Desa Tedakisa mengatakan bahwa dana bantuan Plan Internasional yang diberikan untuk pembelian kambing dimanipulasi harganya, di mana harga sebenarnya adalah Rp.450.000 di dalam kuitansi ditulis Rp.650.000.- Seorang  mantan petugas lapangan menyampaikan  bahwa dia harus membuat data palsu dan kuitansi palsu untuk pembelian bibit/anakan mangga.

Seorang Staf Kantor Desa mengatakan jika ada raopat di Kantor Desa yang seharusnya menjadi rapat pemerintah dan masyarakat desa Staf Yayasan Mitra Tani Mandiri (YMTM)  akan mengedarkan daftar hadir rapat Yayasan  dengan peserta yang sama tetapi daftar hadir yang berbeda. Artinya mareka akan membuat pengeluaran keuangan untuk rapat desa yang sebenarnya dibiayai dengan anggaran desa. Luar biasa.

Josef Maan ternyata punya anak banyak. Seorang staf menanyakan  banyak juga anaknya. Josef Maan dengan sombongnya “ kita harus punya banyak anak kalau kita punya uang”. Dia tidak  sadar bahwa dia hidup dengan uang korupsi untuk menghidupkan anak-isterinya yang sombong setelah menjadi kaya.

Orang Nagekeo terheran-heran bahwa Josef Maan beli tanah di mana mana termasuk beli sawah di Mbay. Seorang staf mengatakan bahwa Josef  Maan menggunakan uang yang diperoleh atas nama Yayasan tetapi beli tanah dengan nama pribadi. Josef Maan juga menghabiskan banyak uang untuk mencalonkan diri sebagai Wakil Bupati Nagekeo.

Staf lapangan diperas tenaganya ditipu dan diperalat. Sedikit salah Vinsensius Nurak dengan luar biasa sombongnya mengatakan bahwa orang Flores susah maju kalau cara kerja begini. Artinya orang Timor lebih hebat. Padahal Vinsensius Nurak dilatih, dibimbing oleh orang Flores sampai dimasukkan ke dalam Yayasan tetapi Vinsensius Nurak dan Josef Maan menggunakan Yayasan untuk memperkaya diri dengan mencuri uang Yayasan bahkan mengklaim bahwa dia yang mendirikan Yayasan Geo Meno, padahal namanya tidak ada dalam Akte Yayasan Geo Meno  tetapi mengklaim sebagaiu pendiri Yayasan geo Meno dan merasa lebih hebat dari orang Flores.  

Seorang staf  YMTM mengatakan Vinsensius Nurak bahkan mengancam bahwa kalau tulisan saya di internet tidak dihapus tidak ada dana yang akan disalurkan ke Flores. Luar biasa. Rupanya orangtua mereka dari Timor,  sepertinya  tidak punya tata krama dalam hidup ini  yang tidak bisa mendidik anak-anak mereka ini sehingga menjadi pencuri, pengkianat dan penipu yang sangat tidak senonoh. Saya sudah mendokumentasikan banyak politik,  manipulasi, korupsi dan pemutarbalikan  data dan dana  yang dilakukan Vinsensius Nurak dan Josef Maan di Flores berdasarkan wawancara saya dengan petani, anggota masyarakat, mantan petugas Yayasan Geo Meno  (YGM) dan  Yayasan Mitra Tani Mandiri (YMTM) yang diberhentikan.

Staf Yayasan Mitra Tani Mandiri di Flores mengeluh bahwa staf yang memberikan pelatihan bagi desa-desa lain tentang pertanian berkelanjutan, dan mendapat honorarium, tetapi honorariumnya dipotong untuk pimpinan Yayasan Mitar Tani Mandiri (Josef Maan) . 

Yayasan Mitra Tani Mandiri membuat rapat palsu dengan daftar hadir yang dikarang-karang untuk mengeluarkan uang Yayasan.  Seorang mantan staf YMTM mengeluh bahwa mereka bekerja di lapangan dengan uang operasional (transportasi dll) yang harus dipakai dari gaji sendiri. Luar biasa tidak sopan.  Pantas pimpinan Yayasan mitra Tani Mandiri di Flores terutama Josef Maan bisa kaya raya beli tanah di mana-mana, rumah, sawah dan isteri bergaya dengan pakaian sepatu dan tas mahal seperti isteri seorang pejabat. Mudah-mudahan merak dan anak isteri bisa hidup sehat dan selamat dengan makan uang curian.

Lihat beberapa cuplikan wawancara saya dengan masyarakat dan petugas lapangan yang ditulis dalam laporan kunjungan saya ke beberapa desa  di Flores tahun 1997:

 ……..Di Gero sekarang ada pemberian bantuan  kredit sapi sebanyak (9) sembilan ekor. Sapi  milik Yayasan ada  5 (lima) ekor, yang empat ekor masing-masing dibeli dengan harga Rp.350.000. per ekor sedang satu ekor di beli dengan harga Rp.550.000. Sapi ini dibeli dengan dana Yayasan yang diperoleh dari donor (masyarakat tidak tau dari CUSO atau dari FADO).  Menurut petugas lapangan (Willy, Lorens dan Galus) sapi ini dibeli dengan dana UB yang dibentuk oleh sesama staf YGM. Menurut beberapa anggota masyarakat mereka mengetahui bahwa sapi yang dibeli dengan harga Rp.350.000 tetapi di kuitansi ditulis Rp.450.000.-

Pada awalnya masyarakat  dijanjikan akan mendapat Rp.100.000 kalau sapi sudah dijual. Tetapi masyarakat protes bagaimana ini, kami  kerja setengah mati harganya Cuma itu untuk kami. Yang lain untuk siapa?....Menurut Yosef Asa dan Hilarius Atok ini adalah kesepakatan mengikuti pola  di Timor yang dijelaskan oleh orang Timor bernama Vinsen Nurak. Tetapi karena masyarakat tidak setuju  akhirnya disepakati masyarakat akan mendapat Rp.200.000.- Namun peraturan dan kesepakatan yang dibuat tidak jelas.

Akhirnya disepakati  ulang bahwa kalau sudah dijual harga dibagi sebagai berikut: masing-masing (petani dan yayasan) pokok dikembalikan kepada Yayasan sedangkan sisanya dibagi dengan perimbangan 20:30. Artinya 20/50 untuk petani sedangkan 30/50 untuk Yayasan. Masyarakat masih merasa bahwa cara ini memeras tenaga masyarakat. Kemudian disepakati lagi bahwa hasil penjualan  dibagi sebagai berikut: masing-masing (Petani dan Yayasan) akan mendapatkan 49 % dari hasil penjualan dipotong harga pokok sedangkan sisanya 2 persen untuk tabungan kelompok. Sampai akhir saya melakukan kajian   banyak anggota masyarakat  yang tidak mengerti dan belum tau pasti aturan pembagian keuntungan ini.

Namun anggota masyarakat diharuskan memelihara dengan berbagai peraturan seperti buat kandang, paron, penyediaan pakan ternak yang harus dicar isetiap hari dan tidak boleh lepas. Juga biaya pemeliharaan kesehatan berupa obat-obatan menjdi tanggung jawab petani. Kalau petani mau sapinya disuntik oleh Petugas  Peternakan dari Yayasan (Ir. Hilarius Atok) biayanya harus ditanggung masyarakat. Ternyata Ir Hilarius Atok tidak tau cara menyuntik sapi karena waktu dia suntik,  obat tumpah semua keluar dari tubuh sapi. Masyarakat bertanya-tanya apakah kredit sapi menguntungkan petani  atau Staf Yayasan dari Timor?   Apalagi mereka tahu bahwa ada sapi dari UB yang dibentuk dengan memotong gaji petugas lapangan. Ini salah satu model pemerasan tenaga petani  oleh Yayasan Mitra Tani Mandiri yang dirancang Vinsensius Nurak dan Josef Maan.

Lihat juga laporan kunjungan seorang Dosen Unimor ke Desa dampingan YMTM tahun 2017:

…….Pola eksploitasi angota masyarakat  juga bisa dilihat di Timor. Antara lain dalam upaya pengembangan penangkaran jagung  di mana masyarakat diperas tenaganya oleh Yayasan Mitra Tani Mandiri sedangkan keuntungan diperoleh Yayasan dan masyarakat hanya dapat sedikit.

Soal program RHL tahun 2008 dan 2009 BPDAS dan YMTM adakan kerja sama rehabilitasi lahan kritis bertempat di Desa Tasinifu,  Kecamatan Mutis dengan melakukan penanaman anakan sebanyak 20.000  bibit yang terdiri dari jenis anakan jambu air, ampupu dan cemara. Tapi tidak ada perawatan lanjutan akibatnya hingga saat ini semua tanaman mati tidak ada yang berkembang...  Dosen Unimor  ini sudah cek ke kebun masyarakat tidak ada bibit yang diberikan  oleh YMTM...

Yang ada itu bibit yang dikasih BPDAS PROP NTT dan YMTM hanya fasilitasi karena berada pada desa binaan YMTM...tapi hasil yang ada anakan itu tidak ada yang berkembang dan semua mati tidak ada perawatan lanjutan..  Yang terjadi sekarang ini masyarakat dengan niat murni yang mulai buat persemaian di tingkat kelompok  tetapi YMTM dapat nama.... Luar biasa penipuan yang dilakukan oleh YMTM.

Masyarakat dikasih dari BPDAS per KK 20 anakan ada jenis mahoni, jati putih, jeruk..yang bertahan hanya jeruk yang lainnya mati   karena tidak ada perawatan sama sekali

Dari segi bantuan yang dirasakan masyarakat bantuan dana tunai berupa pembiayaan modal usaha tidak ada sama sekali..Yang dibuat yaitu masyarakat dikasih sapi untuk dijdikan modal dan saat penjualan sapi masyarakat dikenakan potongan harga sesuai harga sapi saat diberikan. Misalkan harga sapi awal 5 juta saat dijual masyarakat harus mengembalikan uang 5 juta kepada YMTM untuk membayar harga sapi tadi.

Masyarakat juga  merasa tidak puas dengan YMTM dengan program desa penangkar benih jagung..Yang janggal buat saya masyarakat disuruh menanam jagung jenis Srikandi secara gratis kemudian dijual ke YMTM  dengan harga Rp. 4.500 /kg namun pihak YMTM menjual lagi kemasyarakat dengan harga Rp. 15.000. Tengkulak atau  pemeras atau rentenir ini?

Ide penangkaran itu murni ide masyarakat scara inisiatif tanpa ada arahan dari Yayasan Mitra Tani Mandiri , lalu  karena melihat peluang bagus YMTM mulai promosi dan datangkan donatur ke lokasi dan mempubklikasikan kalau merekalah inisiatornya.. Hasilnya ada masyarakat kecewa...Untuk saat ini kepercayaan dan antusiasme masyarakat sdh menurun.... Yayasan Mitra Tani  terlalu senang diatas penderitaan masyarakat, plagiat ide masyarakat dan dinas pemerintah, penipu ulung…….

Tidak heran Vinsensius Nurak dan kawan-kawan kaya raya sedangkan masyarakaat desa dampingan di Timor miskin dengan rumah sedernana

Manipulasi Data dan Klaim  YMTM  di dalam Laporan Studi Kasus UNDP

Coba lihat  juga tulisan dalam Laporan Studi Kasus Equator Initiative dari UNDP (United Nation Development Program) di mana Vinsensius Nurak dan Josef Maan menipu dengan memutarbalikkan fakta dan data di bawah ini.   Mereka mengklaim berbagai hasil yang tidak pernah tercapai.  Vinsensius Nurak dan Josef Maan tidak punya rasa malu untuk menipu lembaga internasional yang besar ini.

1.   Pada tahun 1996, tujuh lulusan perguruan tinggi di Indonesia bidang pertanian secara antusias membentuk Yayasan untuk Kemitraan dengan Petani (Yayasan Mitra Tani Mandiri, atau YMTM) di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tujuan utama para lulusan ini adalah untuk mengembangkan kegiatan pertanian, kehutanan dan sistem peternakan berkelanjutan di masyarakat pedesaan dalam satu kabupaten, dengan harapan dapat meningkatkan produktivitas, memberikan alternatif sumber pendapatan dan memperluas kapasitas penduduk setempat dalam bidang pembangunan ekonomi.

Ini sebuah penipuan yang luar biasa oleh Vinsensius Nurak dan Josef Maan. 

Tahun 1996 Yayasan Mitra Tani Mandiri belum dibentuk karena waktu itu  mereka berdua masih bekerja di bawah Yayasan Geo Meno. Yayasan Mitra Tani Mandiri dibentuk tahun 1997 setelah saya membubarkan Yayasan Geo Meno karena korupsi, politik, manipulasi data dan dana. Vinsensius  Nurak Yayasan Mitra Tani Mandiri dibentuk oleh tujuh lulusan perguruan tinggi.

Siapa tujuh lulusan perguruan tinggi ini? Yang membentuk Yayasan Mitra Tani Mandiri pada tahun 1996, padahal waktu itu Vinsensius Nurak  dan Josef Maan masih bekerja di Yayasan Geo Meno? Mereka bukan perintis dan bukan antusias untuk membangun masyarakat tetapi antusias untuk melahap dana-dana dari donor tanpa rasa malu atau rasa bersalah.

Vinsen klaim bahwa pada pertengahan tahun 1990 an, anggota pendiri YMTM melakukan survei terhadap mata pencaharian dan pengelolaan pertanian di kabupaten Timor Tengah Utara. Dalam survei ini terungkap bahwa angka kemiskinan cukup tinggi. Pertanian merupakan pekerjaan utama penduduk yang masih melakukan praktek ladang berpindah dan tehnik “tebas-bakar” yang melibatkan saprodi dan teknologi yang minim.

Penipuan dan manipulasi yang luar biasa hebat. Tahun 1990 Vinsen Nurak baru masuk untuk orientasi di Yayasan Geo Meno dan ditempatkan di Humusu A dengan dana dari Yayasan Geo Meno yang diterima dari World Neighbors (WN). Yayasan Mitra tani Mandiri belum dibentuk. Bagaimana pendiri YMTM bisa melakukan penelitian? Apakah betul mereka melakukan survei tentang ekonomi dan kemiskinan? Tukang tipu.  Apakah ada laporan  hasil penelitian ini? Saya yang melakukan penelitian di TTU sejak tahun 1985 di beberapa desa di TTU sampai memilih empat desa untuk kegiatan Yayasan Geo Meno yang dimulai di Humusu-A. Vinsensius Nurak dan Josef Maan sama sekali tidak pernah melakukan penelitian ini. Mereka malah mencuri uang Yayasan dan menipu donor dan Petani sampai mereka menjadi kaya raya.

Kepedulian terhadap lingkungan dan keinginan untuk meningkatkan kualitas hidup desa-desa di kabupaten memacu tujuh pelopor YMTM untuk secara sukarela mulai bekerja pada tahun 1993, membantu petani di Kabupaten Timor Tengah Utara dalam menerapkan system wanatani (agroforestry) yang berkelanjutan dengan memprioritaskan pengembangan sistem pertanian terpadu yang berkelanjutan yang mencakup tanaman pangan, tanaman tahunan, tanaman jangka panjang dan ternak.

Benar-benar penipuan yang luar biasa oleh para pembual ini. Tahun 1993 Yayasan Mitra Tani Mandiri belum terbentuk bagaimana mereka bisa bekerja secara sukarela membantu petani di TTU? Siapa tujuh pelopor ini? Apa benar Vinsensius Nurak  dengan tujuh anggota mulai membantu masyarakat secara sukarela? Tahun 1990 Vinsensius Nurak sudah bekerja dengan Yayasan Geo Meno dan sudah mulai mencuri uang Yayasan Geo Meno untuk pesta pernikahannya dan untuk membeli sapi untuk pribadi dia.

Vinsensius Nurak mengklaim bahwa selama tiga tahun YMTM bekerja dengan petani tanpa dukungan pendanaan dari luar. Namun setelah pembentukan YMTM sebagai yayasan resmi pada tahun 1996 itu YMTM mulai menerima dana, awalnya dari World Neighbors Indonesia dan kantor LSM Vredeseilanden dari Belanda di Indonesia. Tahun 1993, Vinsensius Nurak dan Josef Maan sudah makan gaji di Yayasan Geo Meno.

Luar biasa penipu dan sakit jiwa. YMTM baru dibentuk tahun 1997 dan mereka sudah ada dana yang dipakai dari hasil pembubaran Yayasan Geo Meno. Sebagai staf Yayasan  Geo Meno Vinsensius Nurak sudah menerima dana dari World Neighbors sejak tahun 1990.

Dari tahun 1998 hingga 2010, YMTM telah memfasilitasi penanaman 6,5 juta pohon, sehingga diperkirakan jumlah penyerapan karbon sebesar 7,565 ton. Penanaman pohon juga telah meningkatkan pengembangan konservasi 13 mata air alami, serta menyediakan habitat bagi lebah dan burung.

Luar biasa ada  enam setengah juta pohon yang ditanam? Dimana? Jangan hitung pohon yang sudah ditanam dalam masa Yayasan Geo Meno. Saya mengharapkan Vinsensius Nurak bisa menyampaikan laporan terbuka ke publik berapa pohon yang ditanam di setiap desa.

Jumlah pohon yang ditanam, dimana, bagaimana cara perhitungan carbon yang diserap dan di mana?

Vinsensius Nurak mengatakan bahwa kegiatan-keguatan YMTM  ini telah mempengaruhi perkembangan kebijakan dan strategi pertanian berkelanjutan di tingkat provinsi, kecamatan, dan tingkat desa. Di tingkat provinsi, draft regulasi pertanian berkelanjutan sedang dikonsultasi pada tahun 2010, terutama sebagai akibat dari partisipasi aktif dari pejabat provinsi dalam pertemuan petani yang diadakan enam kali setahun. Kegiatan YMTM telah memperoleh visibilitas tinggi di provinsi Nusa Tenggara Timur, dan akan digunakan sebagai model kebijakan pembangunan pedesaan.

Sangat manipulatif dan arogan. Tidak ada kebijakan dan strategi pembangunan berkelanjutan yang dibuat di propinsi, kecamatan dan desa oleh karena kegiatan Yayasan Mitra Tani Mandiri. Dampak Yayasan Mitra Tani Mandiri untuk pembuatan kebijakan tidak ada. Kalau bisa Vinsensius Nurak membagi laporan tentang proses perkembangan kebijakan yang sudah ada. Apakah regulasi pertanian berkelanjutan sudah dibuat dan diterapkan sejak tahun 2010? Lembaga pemerintah mana yang menerapkannya?

YMTM mengklaim bahwa sejak awal tahun 1990 an, Yayasan Mitra Tani Mandiri telah bekerja di 40 desa dari 177 desa di Kabupaten Timor Tengah Utara. Beberapa aspek dari kegiatan YMTM telah membantu  memastikan keberhasilannya dan serapan yang cepat, terutama tingkat keberlanjutan sosial yang cukup tinggi. Penekanan pada kepemimpinan lokal dan teknis pelatihan keterampilan telah memungkinkan kelanjutan kemandirian penerima manfaat setelah intervensi dan dukungan YMTM berakhir.

Luar biasa bohong. Yayasan Mitra Tani Mandiri belum bekerja tahun 1990. Belum ada. Vinsensius Nurak masih bekerja dengan Yayasan Geo Meno sampai tahun 1997. Vinsensius Nurak memanipulasi data dan pernyataan bahwa ada keberlanjutan program secara sosial yang cukup tinggi. Tidak terbukti di lapangan. Lihat juga demplot pertanian konservasi untuk sekolah lapangan di Desa Fafinesu B, TTU, kerjasama dengan FAO berantakan tidak terawat. Demplot-demplot yang dibangun dengan dana USAID melalui FAO di Desa Fafinesu B, tidak berfungsi  lagi setelah mereka makan uang bantuan donor. Dalam kunjungan saya ke  TTU tahun 2018   saya pergi ke Humusu dan Fafinesu serta Manamas. Ternyata demplot demplot yang dibangun dengan dana donor (FAO) sudah tidak ada.  Rumput liar tumbuh di mana-mana. Lihat  foto-fotonya di bwah ini.

 






Di Mutis YMTM memeras tenaga petani untuk menjadi penangkar benih dan memaksa petani menjual murah kepada YMTM. Banyak masyarakat sudah tidak melanjutkan kegiatan karena tidak percaya pada YMTM. Masyarakat desa yang dikatakan Vinsensius Nurak bisa menanam jagung sampai empat kali setahun dan ekonomi mereka meningkat 25 persen tidak terbukti. Lihat foto-foto rumah dan kondisi masyarakat yang tetap miskin yang diperalat dan diperas tenaganya oleh YMTM.

Masyarakat desa di Manamas dan di Kefa bilang Yayasan sudah mati. Vinsensius Nurak mengeksploitasi kepemimpinan lokal dan petugas lapangan. Dia membeda-bedakan orang Flores dan orang Timor. Vinsensius Nurak berpolitik di desa dan di dalam Yayasan. Staf Yayasan yang kritik kepemimpinan Vinsensius Nurak atau Josef Maan ditekan, diturunkan gajinya dan dipaksa untuk mundur. Tidak ada keberlanjutan.

POS KUPANG Rabu, 20 April 2011

Lihat juga Wawancara dengan  Vinsensius Nurak yang  dimuat di  Harian POS KUPANG Rabu, 20 April 2011 dengan judul : Bermula dari Rasa:

Rasa itulah yang membidani lahirnya Yayasan Mitra Tani Mandiri Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Yayasan yang berkantor pusat di Kota Kefamenanu, ini lahir dari rasa keprihatinan sekelompok mahasiswa dan seorang dosen Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang saat melakukan penelitian dan pengkajian pembangunan pedesaan di Timor Barat, Sumba dan Flores tahun 1985 silam.

Mereka tergerak untuk membangun sebuah organisasi menindaklanjuti hasil penelitian yang mereka lakukan. Pemikiran itu muncul dari kenyataan dan pengalaman bahwa banyak hasil penelitian dengan biaya jutaan rupiah tetapi tidak memberi manfaat apa-apa bagi masyarakat di pedesaan karena tidak ditindaklanjuti dengan penjabaran di lapangan. Hasil penelitian lebih banyak disimpan di lemari sebagai pelengkap dokumen.

Kenyataan lainnya, berbagai proyek atau program pembangunan yang masuk ke desa tidak berhasil mengubah taraf hidup orang desa karena mengabaikan pendekatan pemberdayaan. Masyarakat miskin di pedesaan masih dianggap sebagai obyek pembangunan yang harus diperbaiki. Pendekatan seperti itu melemahkan pertahanan masyarakat desa, mengurangi kemandirian petani dan menimbulkan ketergantungan rakyat terhadap bantuan atau proyek.

Pernyataan ini memperlihatkan bahwa Vinsensius Nurak adalah penipu, pembual, sangat tidak tau diri, tidak senonoh dan tidak sopan, dan dengan sombongnya mengklaim bahwa dia yang punya inisiatif untuk mulai  tinggal di desa, melakukan penelitian dan merintis pembangunan masyarakat desa, dia yang punya keprihatinan terhadap persoalan pedesaan sampai mendirikan Yayasan Geo Meno. Vinsensius Nurak tidak punya rasa kemanusiaan. Hanya rasa dan  keserakahan untuk menggaruk dana-dana dari donor.

Bagaimana mungkin Vinsensius Nurak melakukan penelitian tahun 1985? Padahal waktu itu Vinsensius Nurak baru masuk Fakultas Pertanian Undana dan baru tingkat satu bagaimana mungkin melakukan penelitian untuk membangun Yayasan Geo Meno? Vinsensius Nurak tidak mungkin melakukan penelitian, tidak ada kemampuannya. Apalagi dengan hebohnya dia mengatakan bahwa dia melakukan penelitian dengan teman-teman mahasiswa serta  dosen sampai di Sumba? Kami tidak pernah melakukan penelitian di Sumba. Luar bisa penipu. Saya yang melakukan penelitian bukan Vinsensius Nurak pencuri uang Yayasan  dan penipu dari Timor ini. Atau ada dosen lain yang pergi melakukan penelitian bersama Vinsensius Nurak ke  Sumba?

Vinsensius tidak pernah melakukan penelitian dan dengan angkuhnya menjelekan penelitian orang lain yang tidak bermanfaat bagi masyarakat. Fakta sangat jelas menunjukkan bahwa Vinsensius Nurak dan kawan-kawan asal Timor yang dibesarkan oleh orang Flores, sementara itu sampai hari ini dia menjelek-jelekan orang Flores.  menggunakan masyarakat sebagai obyek eksploitasinya untuk mendapatkan uang dari donor dengan menjual kemiskinan masyarakat dan memanipulasi atau membesar-besarkan kehebatannya yang penuh dengan kebusukan dan kelicikan dan sangat rakus melahap dana donor untuk kepentingan pribadi.  Coba kalau ada yang bisa chek kekayaan Vinsensius Nurak dan Josef Maan.

Vinsensius Nurak juga melakukan penipuan  kepada World Neighbors, lembaga yang memberikan dana kepada Yayasan Geo Meno pertama kali yang ada dalam KATALOG Mitra World Neighbors:

Prakarsa untuk membantu masyarakat kecil di pedesaan dimulai sejak tahun 1985 dimana sekelompok mahasiswa dan seorang Dosen Fakultas Pertanian Undana (Ir. Tony Djogo) melakukan berbagai Penelitian dan pengkajian pembangunan pedesaan di wilayah Nusa Tenggara Timur yang meliputi Timor Barat, Sumba dan Flores. Banyak hasil pengkajian dan penelitian yang menarik. Tetapi pada akhirnya setelah dianalisa ternyata masyarakat di pedesaan tidak banyak memperoleh manfaat dari hasil-hasil penelitian tidak banyak dijabarkan pelaksanaannya di lapangan.

Di sini Ir. Vinsensius Nurak mengklaim bahwa dia dan sekelompok mahasiswa bersama seorang Dosen Fakultas Pertanian Undana mulai melakukan penelitian sejak tahun 1985 di Sumba, Flores dan Timor. Kesannya mahasiswa yang punya inisiatif bersama dosen. Luar biasa tahun 1985 Vinsensius Nurak baru mahasiswa tingkat 1 Fakultas Pertanian dan sama sekali tidak punya kemampuan riset sudah membuat inisiatif dan mengajak dosen?. Saya juga tidak pernah melakukan penelitian sampai ke Sumba. Apakah Vinsensius Nurak punya laporan-laporan penelitian sampai ke Sumba? Saya tidak pernah mengajak Vinsensius Nurak untuk melakukan penelitian di Timor.

tidak sopannya dia mengklaim bahwa  hasil riset ini yang menjadi landasan untuk membindani pendirian Yayasan Mitra Tani Mandiri. Padahal Yayasan Mitra Tani Mandiri didirikan dengan seluruh dana hibah dan fasilitas, pengalaman  dan personel dari Yayasan Geo Geno pada tahun 1997 bukan tahun 1985. Vinsensius Nurak dan kawan-kawan saya pecat dari Yayasan Geo Meno  tahun 1997, karena sudah rusak moralnya, serakah  korupsi dan tidak punya tata krama, dan  memanipulasi pengabdian pada masyarakat yang mereka gembar-gemborkan. Apakah mereka melakukan penelitian sejak tahun 1985 sampai tahun 1987? Luar biasa. Tidak pernah ada itu! Mereka masih mahasiswa saat itu. Bagaimana mungkin mereka bisa melakukan penelitian professional dan ilmiah? Kecuali mereka  berbohong. Apakah ada laporan penelitian itu?

Melihat kenyataan itu, pada tahun 1988 mahasiswa dan dosen Fakultas Pertanian Undana tersebut mendirikan Yayasan Geo  Meno dengan mengambil basis di wilayah Kabupaten Ngada. Pada tahun 1990 kelompok ini memperluas kegiatannya di Kabupaten TTU dengan fokus program pengembangan wanatani yang mengedepankan aspek pemberdayaan masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup.

Ini klaim yang luar biasa tidak sopan dan kurang ajar! Vinsensius Nurak dan mahasiswa  lainnya tidak pernah dilibatkan dalam pembentukan Yayasan Geo Meno pada tahun 1988. Vinsen Nurak mengklaim bahwa dia bersama dosen mendirikan Yayasan Geo Meno.  Saya dan orangtua saya yang mendirikan Yayasan kemudian mengajak mereka yang sudah lulus untuk bergabung dengan Yayasan Geo Meno. Nama mereka tidak ada dalam daftar pendiri Yayasan Geo Meno.  Saya mengajak Yosef Asa yang saya masukan  ke dalam Akte Yayasan karena menghormati dia sebagai perintis kegiatan lapangan di Gerodhere. Yang lain adalah pengumpul benih sampai mereka lulus, saya latih dan libatkan dalam Yayasan Geo Meno. Kami sudah mulai kegiatan di Desa sejak tahun 1986/1987 dimulai dengan kunjungan awal dan pendekatan di Gero dan Desa-Desa sekitar sejak tahun 1985/1985. Orangtua saya sendiri turun ke lapangan dan terlibat langsung dalam pemilihan lokasi pesemaian dan kegiatan awal.  Tahun 1988 Vinsensius Nurak masih mahasiswa.

Orang-orang ini sangat tidak punya etiket, tata krama atau sopan santun walaupun mereka mengaku sebagai anggota Dewan Gereja dan bergelar sarjana pertanian. Lebih dari tiga puluh tahun lalu saya ingin membangun masyarakat desa dengan sederhana tetapi dihancurkan oleh ketamakan dan tata krama serta korupsi dan manipulasi oleh Vinsensius Nurak dan Josef Maan dan kawan-kawan. Orangtua saya berhenti  bekerja dalam kesederhanaan dan kemiskinan tetapi Vinsensius Nurak, Josef Maan dan kawan-kawan  kaya raya dengan uang curian dan penipuan. Dan, Vinsensius Nurak tidak berhenti menghina saya dan keluarga saya.

 




Lihat kebun Vinsensius Nurak yang mewah, Kebun Vinsen ada embung  (penampungan air) sendiri dengan alat berat yang dibeli dari hasil korupsi uang Yayasan yang diberikan donor. Vinsensius Nurak membual dengan mengatakan bahwa penduduk desa dampingan berhasil meningkat ekonominya. Padahal kebanyakan masih tetap miskin dan tidak sanggup menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi. Sementara Vinsensius Nurak kaya raya mengirim anaknya sampai kuliah di Fakultas Kedokteran.

Media Indonesia, 14 September 2010

Di dalam wawancara dengan Media Indonesia, 14 September 2010 dengan judul Segenggam Kehidupan di Lahan Gersang.  Vinsensius Nurak kembali mengobral kehebatan dan keangkuhan dengan membual dan memutarbalikan data dan fakta:

Pada 1991, lelaki yang akrab disapa Vinsen itu datang ke Desa Hamusu A di Kecamatan Insana, Timor Tengah Utara. Itulah desa paling miskin di kabupaten tersebut. Setiap tahun, curah hujan di desa itu hanya 727 milimeter. Tanah terbelah dan nyaris tidak ada tumbuhan hijau. Cuma pohon bidara dan semak. Untuk bertahan hidup, masyarakat membuka ladang di kawasan hutan untuk menanam jagung. Ladang itu berpindah tempat pada satu atau dua musim tanam berikutnya.

Menurut Vinsen, ladang berpindah harus dihentikan. Bila dibiarkan, seluruh areal hutan menjadi gersang karena dibuka untuk ladang.  Untuk menghentikannya, Vinsen mulai membuat sistem konservasi tanah dengan wanatani. Semula, masyarakat di sana tidak percaya bahwa lahan gersang bisa ditanami berbagai tanaman produktif. Maklum, kendala air menjadi masalah utama pertanian di NTT. Kepala daerah setempat yang sempat menengok kerja Vinsen juga meragukan keberhasilannya.

Namun sejak 2002, usaha Vinsen mengembangkan pengelolaan lahan—disebut wanatani- membuahkan hasil. Kemarau panjang yang melanda NTT saat itu seperti tak mampir di Desa Humusu A. Malah warga di sana bisa panen jagung dan kacang sampai empat kali, sebuah kondisi yang jarang ditemui. ……….

Sekali lagi, di sini bisa kita lihat bagaimana Vinsensius Nurak melakukan penipuan dan manipulasi sejarah dan data untuk memperlihatkan kehebatannya dengan arogan serta tidak berdasar sekali. Tidak ada dasar ilmiah dan data yang menunjukkan bahwa dia merubah curah hujan.  Padahal dia sarjana lulusan  Fakultas Pertanian serta menjadi Dosen Fakultas Pertanian di Unimor. Apakah Vinsensius Nurak bisa membuktikan dengan data  hasil pengukuran cuaca atau data klimatologi dan kajian ilmiah untuk membuktikan bahwa hasil penanaman pohon serta konservasi tanah dan air bisa merubah iklim dalam waktu singkat? Apakah benar kemarau panjang tidak pernah datang karena Vinsensius Nurak menanam pohon di Humusu A?

Luar biasa Vinsensius Nurak berhasil merubah sehingga warga di sana bisa panen jagung dan kacang sampai empat kali? Dalam setahun? Aneh bin ajaib. Coba tanya Kepala Desa dan masyarakat di Desa Humusu A.

The Jakarta Globe: Corn Crop Idea Changes Communities in Eastern Indonesia

Ini adalah beberapa petikan berita yang ditulis di koran  The Jakarta Globe: Corn Crop Idea Changes Communities in Eastern Indonesia

Vinsensius Nurak, the Executive Director of local NGO Yayasan Mitra Tani Mandiri, whose working area includes the village, echoed the sentiment. “In 1991, there weren’t any trees here as the strong wind destroyed farmers’ houses  in the village,” Vinsensius said. Vinsensius explained that from 1991 through to 1997, the YMTM had been working on a green project by adopting agro-forestry concepts.

Ini kurang lebih terjemahannya:

Visensius Nurak, Direktur Eksekutif sebuah LSM lokal Yayasan Mitra Tani Mandiri, yang wilayah kerjanya adalah kawasan pedesaan, menyampaikan: “ Tahun 1991, tidak ada pohon di sana dan angin kencang menghancurkan rumah-rumah petani  di desa. Vinsensius menjelaskan bahwa dari tahun 1991 -1997 YMTM sudah bekerja dengan proyek penghijauan dengan menerapkan konsep agroforestry (wanatani).

Ini penipuan dan manipulasi data dan fakta yang tidak senonoh. Antara tahun 1991 – 1997 Vinsensius Nurak dan kawan-kawan masih bekerja dengan Yayasan Geo Meno. Antara tahun itu Yayasan Mitra Tani Mandiri belum dibentuk. Vinsensius Nurak bukan ahli perintis  pembangunan masyarakat, konservasi tanah dan air, pengembangan agroforestry atau wanatani di Timor.

Thousands of trees were planted with a hope that this would produce a “terrace” to protect homes and the corn plantations from strong winds. “Now, we have the green terrace to protect corn fields as the farmers practice CA (Climate Change Adaptation).  “As a bonus the rainfall has increased too, although not significantly,” Vinsensius said. “Another important aspect about CA is that it’s environmentally friendly as it prevents farmers from burning anything like crop residues."

Ini kurang lebih terjemahannya:

Ribuan pohon sudah ditanam oleh Yayasan Mitra Tani Mandiri dengan harapan menghasilkan teras-teras untuk melindungi rumah dan tanaman jagung. Sekarang kami sudah punya teras-teras hijau untuk melindungi ladang jagung karena petani telah menerapkan adaptasi iklim. Sebagai bonus, curah hujan meningkat walaupun tidak begitu nyata.

Ia juga dibantu 38 tenaga pendamping. Selama menjalankan program pemberdayaan, Vinsen mengaku sudah menanam 6,5 juta pohon (sampai tahun 2010) yang terkait langsung dengan salah satu target pembangunan abad milenium (Millennium Development Goals/ MDGs), yakni menjamin kelangsungan lingkungan. 

Pada tahun 2015 Vinsen mengklaim sudah tanam 8,5 juta pohon artinya ada penambahan 2 juta pohon dalam lima tahun atau 400.000 pohon per tahun sejak tahun 2010 (lihat hasil wawancara dengan Roger Montgomery dari London School of Economics).   Berapa hektar yang ditanam dalam lima tahun? Apakah ada di lapangan?

Sebagaimana biasa Vinsensius Nurak selalu menceritakan hal hal yang berbeda pada donor yang satu dan donor yang lain.  Apakah benar YMTM sudah menanam 8,5 juta pohon? Apakah ada lembaga yang sudah pernah menghitung jumlah pohon ini? Vinsen Nurak juga cocok jadi dukun untuk bikin hujan. Vinsen yang tanam? Coba lihat peta Google Earth! Apakah ada banyak pohon di Humusu A?  Tidak banyak pohon yang tumbuh di sana. Vinsen menceritakan yang hebat-hebat (membual dan menipu) ke dunia luar yang  tidak sesuai dengan fakta di lapangan.

Di dalam  Media Indonesia, 14 September 2010: Segenggam Kehidupan di Lahan Gersang tertulis:

Ia akan menerima penghargaan pada United Nations General Assembly and Millennium Review Summit pada 20-24 September mendatang di Amerika Serikat. VINSENSIUS NURAK Semangat untuk membantu mengentaskan warga dari kemiskinan membuatnya rela berjalan kaki puluhan kilometer bersama masyarakat untuk mencapai desa-desa tersebut. Di tiga desa itu, Vinsen punya pengalaman yang tidak akan dilupakan. “Warga desa yang umumnya miskin menebang pohon sagu pada siang hari dan bekerja semalaman untuk mengolahnya,” kata Vinsen. Untuk bisa merasakan penderitaan rakyat, ia berbaur bersama masyarakat dan terjun mengolah sagu yang akan disajikan untuk bahan makanan.

Dengan sombong dan bohongnya Vinsensius Nurak mengklaim bahwa dia rela jalan kaki puluhan kilometer bersama masyarakat. Padahal Vinsensius Nurak menerima sebuah Sepeda Motor dan menerima gaji dari Yayasan Geo Meno yang didukung oleh  World Neighbors (WN).

Keberhasilan itu memicu lembaga donor untuk mengucurkan bantuan, seperti Vredeseilanden Country Office (Veco), lembaga donor asal Belgia yang mengucurkan bantuan mulai 1992. Dua tahun kemudian, warga desa lain mendatangi Vinsen agar dapat membantu mengolah lahan kering di desa mereka. Vinsen pun hijrah ke Desa Fafinesu C di Kecamatan Insana, Desa Manamas di Kecamatan Miomafo Timur, dan Desa Manuulan di Kecamatan Biboki Utara. Segenggam Kehidupan di Lahan Gersang Vinsensius Nurak berhasil menghidupkan lahan kering.

Jika Berita ini benar artinya Vinsen Nurak berhubungan dan mendapatkan dana dari donor (VECO) tanpa sepengetahuan Pimpinan Yayasan Geo Meno pada tahun 1992. Di sini dia mengaku datang ke Humusu-A  dengan inisiatif sendiri pada tahun 1991. Padahal dia dikirim ke sana tahun 1990 untuk memulai masa orientasi di bawah Yayasan Geo Meno. Dan Ketua yayasan yang mengiurimkan dia ke sana untuk orientasi.

Tahun 1991- 1997 Yayasan Mitra Tani Mandiri belum ada! Semua kegiatan masih dilakukan di bawah Yayasan Geo Meno. Ketika kami melakukan kegiatan melalui Yayasan Geo Meno tidak ada nama proyek hijau atau adaptasi perubahan iklim.

Fokus utama Yayasan Geo Meno ketika itu adalah  kegiatan pertanian lahan kering melalui upaya konservasi tanah dan air, penanaman pohon  penghasil kayu dan semak (tanaman serba guna dan cepat tumbuh) untuk hutan keluarga dan wanatani (agroforestry). Tidak ada rencana sama sekali bahwa penanaman pohon adalah sebagai penghalang angin atau merubah curah hujan.  Tujuan kami adalah untuk membangun masyarakat desa membangun sistem pertanian mereka yang subsisten dengan produktivitas lahan yang rendah menjadi lebih baik.  Benar-benar penipuan dan manipulasi oleh Insinyur Vinsensius Nurak yang mengatakan bahwa Yayasan bekerja dengan proyek hijau untuk menahan angin dan melakukan adaptasi iklim sejak tahun 1991. tidak senonoh!

Vinsensius Nurak mengejar popularitas untuk mendapat dukungan dana dari berbagai sumber termasuk pencapaian tujuan MDG, SDG, adaptasi perubahan iklim dan lain-lain dengan cara menipu dan memanipulasi data  di mana dia membesar-besarkan hasilnya agar dipuji dan terus mendapatkan dana dari lembaga internasional.

Dengan cara ini pula dia bisa berangkat ke luar negeri menerima penghargaan di Amerika, sementara masyarakat desa di Timor dan Flores menderita  dalam kemiskinan. Coba check ke Desa Gero, Dhereisa, Tengatiba, Rendubutowe, Raja (Di Flores), atau Desa Humusu-A, Manamas, Fafinesu A, B, C, Desa Oenain, Banuan, Sainiup,  masyarakat di Eban atau Tasinifu di Mutis (Timor) dan lain-lainnya. Berapa persen orang yang ekonomiya menjadi lebih baik?

Tidak jelas di mana Vinsen dan kawan-kawan menanam pohon  atau meningkatkan  ekonomi  masyarakat sampai meningkat  25 persen dan merubah curah hujan. Seorang ibu yang saya temui di lapangan mengatakan Yayasan sudah mati. Tidak ada perubahan ekonomi karena  kerjaan Vinsensius Nurak di Desa Humusu-A dan Manamas.

Coba lihat juga cuplikan  di bawah ini, dari wawancara dan hasil penelitian ilmiah yang dilakukan oleh  Roger Montgomery  dari London School of Economy (LSE). London School of Economy adalah sebuah Lembaga Penelitian dengan reputasi internasional yang sangat tinggi di Inggeris dan bahkan sangat terkenal di seluruh dunia.   Sebuah kisah manipulatif dan pemutarbalikan fakta yang dikutip oleh sebuah lembaga ilmiah bergengsi dan menjadi sebuah tulisan ilmiah dari hasil wawancara dengan si pembual  dan penipu Ir. Vinsensius Nurak  Ahli Etnobotani, Agroforestry dan Antropologi serta Ekonomi  Pertanian Pedesaan, yang memberikan data dan informasi palsu dan manipulatif. Vinsensius Nurak  sudah tipu orang dari berbagai lembaga termasuk lembaga ilmiah ini, Asian Research Centre, London School of Economics dari Inggeris. Hebat sekali.

In its initial years, YMTM NGO had no funding whatsoever; volunteer workers lived in villages on no salary. By about the year 2000 YMTM had drawn attention from several international NGOs who made small grants to YMTM. In 2007, Australian Aid (AUSAID) provided YMTM with a more substantial budget to cover the inclusion of 1,000 farm families in various income generating activities including soil conservation, upland agriculture and especially tree planting.

Luar biasa, kembali lagi, Vinsensius Nurak mengklaim bahwa YMTM sama sekali tidak punya uang di tahun-tahun awal pendiriannya, dan para pendamping masyarakat tinggal di desa tanpa gaji sama sekali. Padahal Vinsen Nurak sudah terima  gaji dan fasilitas  dan korupsi  uang  Yayasan Geo Meno sejak dia masuk Yayasan Geo Meno tahun 1990 sampai dia dipecat dari Yayasan Geo Meno tahun 1997. Benar-benar  tidak sopan! 

Penipuan lain yang juga dilakukan oleh Ir. Vinsensius Nurak adalah bahwa Vinsensius Nurak biasa jalan tanpa sepatu atau  sandal: Benarkah? Ketika Vinsensius Nurak ke Istana presiden  untuk menerima Kalpataru untuk kegiatannya di Kelurahan Kefa Selatan, dia dan isterinya tidak memakai sandal atau sepatu sama sekali.

Dia menceritakan kepada wartawan bahwa dia sudah biasa. Benar-benar bohong. Saya tidak pernah melihat Vinsen Nurak kuliah atau kerja di desa dan jalan-jalan di Kupang atau naik pesawat tanpa pakai sandal sama sekali. Benar-benar seorang pembual dan penipu ulung!  Petani di berbagai desa di Timor dan Flores  masih ada yang tidak punya sepatu, sementara Vinsensius Nurak naik mobil mewah dengan sandal  atau sepatu yang bagus. 

Vinsensius Nurak berhasil membangun kekayaan sampai mempunyai kebun dengan embung dan alat berat sendiri.

Di lain kesempatan dia menceritakan kepada orang  bahwa dia anak seorang petani atau dia adalah seorang petani padahal dia adalah anak seorang pedagang keturunan Cina. Semakin berhasil kerjanya di lapangan dia semakin hebat dia membual dan menipu.

Info Sergap: Yayasan Mitra Tani Mandiri Diduga Gelapkan Sapi dan Kambing Bantuan Australia

Koran lokal ini menulis  

Kepada SERGAP per telepon pada Kamis (29/9/19), Yos Man, mengaku, pihaknya hanya sebagai saksi saat Aus Aid menyerahkan bantuan tersebut kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nagekeo.

“Tidak ada MoU antara Yayasan Mitra Tani Mandiri dengan Pemda Nagekeo terkait dana hibah dana dari AUS AID”, terangnya.

Namun temuan Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi NTT tahun 2019 menyebutkan, sebagian sapi dan kambing yang digulirkan kepada masyarakat telah dikembalikan oleh masyarakat kepada Yayasan Mitra Tani Mandiri.

Dari hasil uji petik pada enam desa di Kecamatan Aesesa dan Boawae, diketahui hewan tersebut banyak yang tidak diketahui keberadaannya.

Dari 50 sapi diketahui hanya tersisa 19 ekor, 29 ekornya sudah digulirkan dan 2 hilang.

Sedangkan hasil uji petik terhadap 30 kambing terkuak 13 ekor mati, 17 ekor lainnya sudah digulirkan kepada Yayasan Mitra Tani Mandiri.

Dalam Kartu Inventaris Barang (KIB) Badan Keuangan Daerah ( BKD) Kabupaten Nagekeo tercatat hibah AUS AID tersebut berupa sapi sebanyak 135 ekor dan kambing sebanyak 193 ekor.

Pagu dana untuk pengadaan sapi sebesar Rp367.040.003, 91 dan kambing senilai Rp63.417.225,31.

Sapi dan kambing tersebut merupakan hibah dari AUS AID yang disalurkan oleh Yayasan Mitra Tani Mandiri.

Menurut Kepala Bidang Aset BKD Kabupaten nagekeo, sapi dan kambing tersebut di gulirkan kepada masyarakat di empat kecamatan, yakni sapi pada:

1.    Desa Ratongamobo, Kecamatan Boawae jumlah sapi 17 ekor.

2.    Desa Ngegedhawe, Kecamatan Aesesa jumlah sapi 8 ekor.

3.    Desa Labolewa , Kecamatan Aesesa jumlah sapi 13 ekor.

4.    Desa Bidoa, Kecamatan Nangaroro, jumlah sapi 15 ekor.

5.    Desa Rega, Kecamatan Boawae, jumlah sapi 11 ekor.

6.    Desa Kelimado, Kecamatan Boawae, jumlah sapi 6 ekor.

7.    Desa Wolowea, Kecamatan Boawae, jumlah sapi 9 ekor.

8.    Desa Solo, Kecamatan Boawae, jumlah sapi 8 ekor.

9.    Desa Rigi, Kecamatan Boawae jumlah sapi 9 ekor.

10.   Desa ulupulu, Kecamatan Nangaroro jumlah sapi 15 ekor.

11.   Desa Raja, Kecamatan Boawae jumlah sapi 11 ekor

12.   Kota Keo, Kecamatan Nangaroro jumlah sapi 13 ekor.

Sementara kambing diberikan kepada masyarakat di :

1.    Desa Langedhawe, Kecamatan Aesesa jumlah kambing 48 ekor.

2.    Desa Tengatiba, Kecamatan Aesesa selatan jumlah kambing 19 ekor.

3.    Desa Gero, Kecamatan Boawae jumlah kambing 2 ekor.

4.    Desa Ngegedhawe , Kecamatan Aesesa jumlah kambing 10 ekor.

5.    Desa Labolewa, Kecamatan Aesesa jumlah kambing 16 ekor.

6.    Desa Bidoa, Kecamatan Nangaroro jumlah kambing 13 ekor.

7.    Desa rega, Kecamatan Boawae jumlah kambing 6 ekor.

8.    Desa Solo, Kecamatan Boawae jumlah kambing 14 ekor.

9.    Desa Ulupulu, Kecamatan Nangaroro jumlah kambing 55 ekor.

10.   Desa Raja, Kecamatan Boawae jumlah kambing 10 ekor.

Wakil Bupati Nagekeo, Marianus Waja, SH  kepada SERGAP Jumat (6/9/19) siang, mengaku baru tahu ada aset Pemerintah Nagekeo yang dikelola oleh Yayasan Mitra Tani Mandiri.

“Saya akan segera memanggil Kabid Aset untuk mengecek semua data dan aset milik Pemda Nagekeo yang belum di catat. Ini penting agar ke depannya lebih tertib lagi,” katanya.

“Saya juga akan mengundang Direktur Yayasan Mitra Tani Mandiri untuk melakukan klarifikasi terkait masalah Ini,” tutupnya. (sg/sg)

https://www.sergap.id/yayasan-mitra-tani-mandiri-diduga-gelapkan-sapi-dan-kambing-bantuan-australia/

Ringkasan Beberapa Penipuan, Pencurian dan Manipulasi yang tidak patut ditiru:

Berikut adalah ringkasan beberapa cerita manipulatif dan dibuat-buat yang diceritakan atau diklaim oleh Vinsensius Nurak dan kawan-kawannya dari Yayasan Mitra Tani Mandiri:

1. Vinsensius Nurak mengklaim bahwa dia pergi ke Desa Humusu A pada tahun 1990, dengan inisiatifnya sendiri menggunakan uangnya sendiri yang tinggal di sana tanpa fasilitas. Padahal Vinsensius Nurak  pergi ke desa karena diutus oleh Yayasan Geo Meno untuk memulai dengan proses orientasi di desa yang saya pilih berdasarkan penilaian awal saya menggunakan penilaian cepat  (rapid appraisal)  kondisi Desa  Humusu. Desa ini adalah salah satu  dari empat desa  yang saya pilih untuk perluasan Yayasan Geo Meno yang telah dimulai dirintis di dataran Flores. Saya membiayai perjalanan awalnya tinggal di desa dan kemudian mendapat dana dari Yayasan Geo Meno.  Ia mendapat sepeda motor dari Yayasan Geo Meno yang dibeli dengan dana dari World Neighbors. Begitu ada dana dari World Neighbors melalui Yayasan Geo Meno,  Vinsensius pakai atau curi uang ini untuk beli sapi untuk kepentingan pribadinya.

2. Vinsensius Nurak mengklaim bahwa selama tiga tahun dia bekerja di sana, berjalan kaki dari satu desa ke desa lain, padahal tahun 1990 dia mendapat sepeda motor. Dia mengklaim bahwa dia tinggal di sana tanpa gaji dan fasilitas, padahal  ia menerima gaji dengan dana dari Yayasan Geo Meno, di  yang berasal dari hibah yang diberikan oleh World Neighbors (WN).

3. Vinsensius Nurak mengklaim bahwa dia adalah putra seorang petani, tetapi dia adalah putra dari keluarga Tionghoa yang menjalankan toko kelontong di Boas, Belu. Vinsensius Nurak bukan benar-benar anak miskin sebagaimana yang dia klaim dan sampaikan kepada para donor untukmendapatkan uang.

4. Dia mengaku biasanya berjalan tanpa sandal atau sepatu, seperti yang ia sampaikan kepada wartawan saat menerima Kalpataru Award pada 2013 dari Presiden SBY di Istana Kepresidenan atas karyanya di Kelurahan Kef Selatan, Kec. Kota Kefamenanu, Kab. Timor Tengah Utara, NTT, cerita yang dibuat-buat dan munafik.

5. Vinsensius Nurak mengklaim bahwa dia adalah seorang petani yang menanam pohon dan bekerja dengan agroforestri , konservasi tanah dan air tetapi pada kenyataannya  yang menanam pohon adalah petani  lokal di desa, bukan Vinsesnius Nurak.  Vinsensius  juga mengklaim bahwa dia menanam jutaan pohon (6,5 juta pohon pada tahun 2010 dan 8,5 juta pohon pada tahun 2015). Artinya ada penambahan 2 juta pohon dalam lima tahun atau 400.000 pohon tiap tahun.

6. Prinsip pembangunan berpusat pada manusia  (people centered development process) atau proses pengembangan berbasis masyarakat diubah menjadi Vinsensius Nurak centered development process, dimana hampir semuanya tentang Vinsensius Nurak. Dalam semua berita atau pekerjaan di lapangan, Vinsen adalah pusat pembangunan, bukan para petani. Jadi dia memanfaatkan orang-orang miskin setempat untuk ketenaran dan membangun kekayaannya sendiri.

7. Ia mengaku merupakan penggagas pengembangan sistem pertanian lahan kering, agroforestri. Tidak, dia pembohong. Kami mulai dengan kegiatan Yayasan Geo Meno di Flores, pada tahun 1985 di mana kami juga belajar dari Yayasan Tana Nua (YNTN) dan World Neighbors (WN). Vinsensius Nurak belajar dari proses ini tidak berdasarkan idenya sendiri atau dari inisiatifnya sendiri.

8. Vinsensius Nurak mengaku bahwa ia dan rekan-rekannya melakukan penelitian di Flores, Timor dan Sumba untuk mendapatkan data dasar pendirian Yayasan Mitra Tani Mandiri (YMTM). Ia tidak pernah melakukan penelitian apapun pada pertengahan tahun 1980-an dan 1990-an. Yayasan Mitra Tani Mandiri merupakan kelanjutan dari Yayasan Geo Meno sejak YGM diberhentikan pada tahun 1997. YMTM belum berdiri sejak tahun 1980-an. Saya tidak pernah melakukan penelitian di Sumba hanya di Flores dan Timor. Vinsenius Nurak menipu.

9. Dia mengklaim bahwa antara tahun 1986-1990 Vinsensius Nurak terlibat dalam penelitian tentang sistem pertanian lahan kering, agroforestri dan etnobotani dan dia mengklaim bahwa dia adalah anggota dari beberapa kelompok penelitian yang dilakukan terkait dengan bidang-bidang ini. Ia mengatakan bahwa beliau adalah anggota dari Research Group on Dryland Agroecosystem, Research Group on Multipurpose Trees and Shrubs for Agroforestry and Research Group on Ethnobotany. Tidak ada satu pun dari kelompok penelitian ini yang pernah ada seperti yang dia klaim dan dia tidak pernah terlibat dalam penelitian ini.

10. Dia menuduh bahwa tengkulak atau pedagang perantara  menipu petani ketika mereka membeli ternak dari petani, bahkan Vinsensius Nurak dan teman-temannya juga menipu petani lokal saya menandai harga ternak. Vinsen dan rekan-rekannya mendirikan koperasi di Flores; mereka menjadi pengelola dan penerima manfaat dari koperasi-koperasi ini. Mereka menipu petani dan mencuri uang Yayasan yang berasal dari donor.

11. Vinsen Nurak mengklaim bahwa pada tahun 1988 ia dan kawan-kawan mendirikan dan bergabung dengan Yayasan Geo Meno, ini bohong, dan Vinsen Nurak mulai bekerja dengan Yayasan Geo Meno pada tahun 1990. Vinsensius Nurak tidak pernah mendirikan Yayasan Geo Meno tahun 1988. Namanya tidak ada dalam Akte Yayasan Geo Meno.

12. Vinsen mengklaim bahwa curah hujan di Desa Humusu A adalah 727 mm. Ini adalah cerita yang dibuat-buat dan manipulasi data. Saya memilih desa Humusu karena merupakan desa yang berada di Ekosistem atau wilayah agroiklimat yang sangat kering di Timor sebagai salah satu yang menjadi pilihan awal untujk pengembangan Yayasan Geo Meno di Timor

13. Dia mengklaim bahwa pada tahun 1991 tidak ada pohon; tanah retak, dan hampir tidak ada pohon di Humusu A. Hanya semak dan beberapa pohon seperti Zizyphus. Ini bohong. Saya punya beberapa foto dari Humusu A.

14. Dia mengklaim bahwa pohon-pohon itu ditanam pada tahun 1990-an untuk melindungi pertanian dan rumah-rumah dari angin kencang. Luar biasa, kegiatan Yayasan Geo Meno dimulai pada tahun 1990 untuk konservasi tanah dan air bukan untuk adaptasi perubahan iklim.

15. Vinsen mengatakan bahwa orang-orang mengandalkan sagu ketika tidak ada makanan. Apakah itu benar-benar sagu tumbuh di wilayah terkering di Timor Barat sementara sagu seharusnya hanya layak untuk tumbuh di zona agroklimat basah di Indonesia? Pohon sagu, Metroxylon sagu, ditemukan di hutan dataran rendah tropis dan rawa-rawa air tawar. Kebohongan mutlak.

16. Vinsen mengatakan bahwa jika seseorang di Yayasan Mitra Tani Mandiri staf harus mengundurkan diri sebenarnya Josef Maan mencalonkan diri sebagai Wakil Kepala Pemerintah Kabupaten Nagekeo dan menghabiskan banyak uang tidak pernah mengundurkan diri dan kemudian menjadi Direktur Yayasan Mitra Tani Mandiri. Di mana mereka mendapat ratusan juta rupiah untuk mencalonkan diri untuk posisi politik ini?

17. Dia mengklaim bahwa selama tiga tahun YMTM beroperasi tanpa uang sama sekali pada awalnya. Benar-benar penipu ulung. YMTM terus beroperasi dengan dana dan fasilitas dari Yayasan Geo Meno. Bahkan pada waktu mendapatkan dana dari World Neighbors (WN) untuk operasional kegiatan Yayasan Geo Meno di Desa Humusu  A, Vinsensius Nurak manipulasi dan curi uang Yayasan untuk membeli sapi untuk pribadinya termasuk untuk urusan pernikahannya.

18. Vinsen mengklaim bahwa karena menanam pohon ia mengubah pola curah hujan di Humusu A. Unbelievable. Apakah ada pengukuran curah hujan di Humusu-A sebelum dan sesudah Yayasan Geo Meno dan Yayasan Mitra Tani Mandiri bekerja di desa itu? Adakah pengukuran data dan perubahan pola curah hujan karena kegiatan yang dilaksanakan oleh Vinsensius Nurak? Adakah pembenaran ilmiah? Pembaca tentu ingin melihat data itu.

19. Vinsensius Nurak dan rekan-rekannya memanipulasi data hasil dan pencapaian di beberapa desa di Flores. Vinsensius Nurak bahkan manipulai dana proyek yang berasal dari Dinas Kehutanan.

20. Di dalam rapat desa yang dikelola oleh Ibu-Ibu desa orang-orang Yayasan Mitra Tani Mandiri bahkan manipulasi uang yang seharusnya diberikan kepada ibu-ibu untuk dikelola untuk membeli konsumsi dan kebutuhan rapat.

20. Dalam buku yang ditulis bersama oleh Arnold Klau Berek, Vinsen Nurak, Yosef Sumu dan dan Yosef Asa, berjudul Emas Hijau Lahan Kering: Refleksi Pengalaman Yayasan Mitra Tani Mandiri (Diterbitkan tahun 2010), ringkasan buku ini menyajikan beberapa informasi bohong  hasil manipulasi Vinsensius Nurak, Josef Maan  dan YMTM:

Yayasan Mitra Tani Mandiri (YMTM) adalah lembaga swadaya masyarakat yang didirikan sejak tahun 1988. Pendirian lembaga ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan dan kepedulian para penggagas dan perintis lembaga ini akan kehidupan masyarakat miskin yang menggantungkan penghidupannya pada lahan kering.  Dalam bekerja selama hampir 22 tahun belakangan ini, YMTM telah memperkaya dan melestarikan nilai-nilai perjuangan para pendirinya sehingga semakin kuat mengakar dan menjadi landasan yang kokoh seiring dengan kemajuan-kemajuan yang dicapai melalui proses belajar sambil bekerja (learning by doing) di lahan petani.

Buku ini tidak menyebutkan proses dan sejarah pendirian Yayasan Geo Meno sejak orientasi awalnya, pendekatan kepada masyarakat setempat di Desa Gerodhere pada tahun 1984/1985, kegiatannya, hasil awal yang seharusnya menjadi dasar bagi  pendirian YMTM. Vinsen Nurak dan rekan-rekannya dari YMTM menghilangkan atau menyembunyikan nama-nama para perintis, pendiri dan asal usul Yayasan Geo Meno dan Yayasan Mitra Tani Mandiri. Yayasan Mitra Tani Mandiri belum berdiri sejak tahun 1988. Selama waktu itu Vinsen Nurak masih menjadi mahasiswa di Fakultas Pertanian. Yayasan Mitra Tani Mandiri didirikan pada tahun 1997 dengan seluruh aset, uang  dan personalia serta manajemen yang diserahkan oleh Yayasan Geo Meno. Semua kegiatan yang dilakukan antara tahun 1985 - 1997 (termasuk pendekatan awal, orientasi, penilaian dan survei) dilakukan selama periode Yayasan Geo Meno bukan  Yayasan Mitra Tani Mandiri. Tahun 1985 - 1990 Vinsen Nurak belum kerja dengan Yayasan Geo Meno.

21. Staf Yayasan Mitra Tani Mandiri bahkan memanipulasi dan menggasak uang yang seharusnya dikelola oleh kelompok perempuan setempat untuk menyelenggarakan pertemuan masyarakat di tingkat desa.

22. Yayasan Mitra Tani terlibat dalam penggelapan sapi dan kambing yang dibeli dengan dukungan dari pendanaan Pemerintah Australia.  Paparan media lokal pada tahun 2019 : Yayasan Mitra Tani Mandiri (Yayasan Mitra Tani Mandiri) Diduga Menggelapkan Sapi dan Kambing yang Disumbangkan dari Australian Aid. Josef Maan perwakilan YMTM di Flores membantah tuduhan itu. Namun, temuan Badan Audit Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi NTT pada 2019 menyatakan bahwa sebagian sapi dan kambing yang disumbangkan kepada masyarakat telah dikembalikan oleh masyarakat kepada Yayasan Mitra Tani Mandiri. Dari hasil penyelidikan dari sampel yang diambil di enam desa di kecamatan Aesesa dan Boawae, ditemukan bahwa banyak dari hewan-hewan ini tidak diketahui di mana mereka berada. Dari 50 ekor sapi yang diberikan kepada masyarakat hanya tersisa 19 ekor, 29 ekor sudah disumbangkan dan 2 ekornya hilang. Sementara hasil pemeriksaan terhadap 30 ekor kambing terungkap bahwa 13 ekornya sudah mati, 17 ekor lainnya telah dikembalikan ke Yayasan Mitra Tani Mandiri.

23. Saya betul-betul terkejut ketika menemukan sebuah artikel di Majalah Tempo, 4 Oktober 2010 berjudul TAK LAGI TEBAS BAKAR (NO MORE SLASH AND BURN), Di mana Vinsensius Nurak mengklaim bahwa dia sudah menjadi insinyur pertanian pada tahun 1988 dan telah melakukan perjalanan ke Flores untuk penilaian masalah pendirian Yayasan Geo Meno.  Padahal ia  baru lulus dari Fakultas Pertanian pada tahun 1990. Dalam wawancara lain dia mengatakan bahwa dia adalah putra petani miskin. Jadi dia seharusnya tidak menjadi orang miskin jika dia bisa melakukan perjalanan ke Flores pada tahun 1988. Yayasan Geo Meno adalah nama sebuah dusun di Flores tempat nenek moyang ayah saya berasal. Tidak di Timor sehingga Vinsen Nurak dapat mengklaim untuk memilih untuk mendirikan Yayasan Geo Meno. Vinsen Nurak mungkin adalah  dukun anjing gila yang juga bisa berada di Flores pada tahun 1988 untuk survei desa sementara pada saat yang sama dia adalah seorang siswa di Kupang. Menakjubkan.

Lihat kutipan dari wawancara  oleh Wartawan Majalah tempo:

Bukan hal gampang bagi Yayasan Mitra Tani Mandiri untuk mendapat pengakuan keberhasilan. Pemimpin Yayasan, Vincentius Nurak, 46 tahun, memulai   organisasi dari nol. Saat itu, 1988, ia adalah insinyur pertanian yang bersama teman kuliahnya suka menelusuri desa-desa Kecamatan Boawae, Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Tindakan ini tidak disukai keluarganya, yang ingin dia, seorang insinyur, menjadi pegawai negeri. ”Oleh keluarga, kami dianggap orang gila, karena kuliah sarjana tapi tinggal di desa tanpa penghasilan,” katanya.

Vincentius memimpikan para petani mendapat penghasilan lebih bagus, dan lingkungan lebih terjaga, dengan pola wanatani—pola yang mencampur tanaman jangka panjang dengan jangka pendek. Ia lalu mendirikan lembaga pendamping petani, Yayasan Geomeno, pada 1988. Setelah mendapat sedikit modal, tiga    tahun berikutnya mereka menyeberang ke Pulau Timor, bekerja di desa-desa yang kering dan tandus serta rawan pangan di Kabupaten Timor Tengah Utara.

Masalah pertama yang dihadapi Vincentius ternyata di luar dugaan: politik. Saat itu pemerintah Orde Baru berada di puncak kekuasaan dan menjelang pemilihan umum. Para petani curiga mereka akan mengajak ke partai oposisi. ”Petani menganggap kami orang PDI yang harus dihindari,” katanya.

Ini semua adalah cerita yang dibuat-buat. Vinsen Nurak bukanlah pendiri Yayasan Geo Meno tetapi pembohong terbesar, kepala pencuri dan manipulator ulung. Dia tidak pernah melakukan perjalanan ke desa-desa di kecamatan Boawae (selama era itu adalah bagian dari distrik Ngada, di NTT pada tahun 1988. Tidak mungkin. Dia adalah seorang siswa selama waktu itu. Vinsen Nurak mulai bekerja sama dengan Yayasan Geo Meno pada tahun 1990 di Timor Barat.

Vinsen mengarang cerita bahwa keluarganya tidak suka dia bekerja di desa tetapi ingin Vinsen menjadi seorang pegawai negeri. Faktanya Vinsen korup dan keluarganya menikmati hasil curian uang dari donor. Vinsen menjadi kaya di mana dapat mengirim anaknya untuk mendaftar di Universitas,  menjadi dokter, membeli beberapa bidang tanah pertanian dan mempunyai kebun dengan embung atau danau buatan  atau cek dam sendiri untuk menampung air dan ada alat berat/ekskavator untuk membangun kebun dan embung.Kebanyakan masyarakat petani pedesaan di desa dampingan YMTM masih miskin.

Menakjubkan. Bagaimana  bisa seorang pria dengan gaji dari sebuah LSM mampu membeli semua properti semacam itu? Sementara kebanyakan Petani yang dibina adalah masyarakat miskin dengan rumah sederhana dan tidak mampu membiayai anak kuliah di perguruan tinggi. Tetapi dalam wawancara dengan wartawan Vinsen Nurak mengklaim berhasil meningkatkan pendapatan masyarakat sebedar 25 persen.

24. Saya kembali kagum, terperangah, ketika saya baru-baru ini menemukan artikel lain  dalam Bahasa Inggeris di sebuah Blog,  di internet "Sehari dalam hidup: Antonius Pati " sebuah cerita tentang Bapak Anton Pati, seorang petani yang rajin dan Petani kunci dari Desa Rendubutowe yang dulu dibina oleh Yayasan Geo Meno.  Lihat ringkasannya di bawah ini.

Recognizing similar struggles in other villages in the Ngada District, Yayasan Mitra Tani Mandiri, a nongovernmental organization (NGO) supported by World Neighbors, began working with various villages in 1989. The group’s main focus areas have been agro-forestry, economic development and conservation management. YMTM has since helped 2,300 families in 18 villages learn to terrace their farmland and plant family forests.

Menyadari  pentingnya untuk melakukan perjuangan serupa di desa-desa lain di Kabupaten Ngada, Yayasan Mitra Tani Mandiri, sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang didukung oleh World Neighbors, mulai bekerja sama dengan berbagai desa pada tahun 1989. Fokus utama kelompok ini adalah Wanatani (agroforestry) atau agro-kehutanan, pembangunan ekonomi, dan konservasi. YMTM sejak itu telah membantu 2.300 keluarga di 18 desa yang belajar membangun terasering di lahan pertanian mereka dan menanam hutan keluarga.

Vinsensius Nurak dan kawan-kawannya yang pencuri dan penipu  dari Yayasan Mitra Tani Mandiri tidak pernah mendirikan Yayasan Mitra Tani Mandiri tahun 1989. Yayasan Mitra Tani Mandiri baru didirikan tahun 1997 dengan hibah dana, fasilitas dan personel dari Yayasan Geo Meno. Vinsensius Nurak tidak pernah merintis pengembangan agroforestry di Flores pada tahun 1988/1989. Luar biasa penipuan ini.

25. Dalam wawancara saya dengan mantan staf Yayasan Mitra Tani Mandiri, terungkap  bahwa pimpinan Yayasan Mitra Tani Mandiri di Nagekeo melakukan manipulasi keuangan, dan aset,  membeli lahan pertanian untuk pribadi dengan uang Yayasan.

26 .Salah satu contoh yang terungkap adalah  bahwa pimpinan Yayasan Mitra Tani Mandiri Nagekeo,  mengadakan rapat fiktif, membuat daftar hadir fiktif untuk mengeluarkan uang Yayasan. Karena biasa menipu tidak heran jika mreka tidak malu untuk menggelapkan bantuan  donor untuk pengadaan ternak bagi masyarakat di  Nagekeo.  Luar biasa.

Ini adalah sebagian  penipuan, manipulasi, korupsi yang dilakukan oleh Yayasan Mitra Tani Mandiri di bawah komando Vinsensius Nurak dan Josef Maan

Semoga LSM  atau organisasi lain tidak meniru cara kerja yang kotor ini ketika bekerja dengan masyarakat desa dengan dana yang diterima dari donor.

Saya menunggu tanggapan dari  Vinsensius Nurak, Josef Maan dan teman-temannya di Yayasan Mitra Tani Mandiri. Sampai hari ini saya tidak pernah mendapatkan tanggapan dari Vinsensius Nurak atau Josef Maan. Saya sangat ingin berdebat dengan Vinsensius Nurak. Pendiri YGM mengharapkan reaksi dan tanggapan Vinsensius Nurak, Josef Maan dan kawan-kawannya. Silahkan menulis ke email Tony Djogo atau mengirim surat tertulis ke alamat rumahnya. Kami  tunggu Vinsen Nurak cs di rumah saya.

Silahkan kontak Tony Djogo salah satu Pendiri Yayasan Geo Meno Mantan Dosen Pembimbing Skripsi Vinsensius Nurak, 
Yosef Asa dan Josef Maan dan Paschalis Nai di Fakultas Pertanian Undana
Email: tdjogo@gmail.com dan tdjogo@hotmail.com
Jalan Maumere No 18. Nefonaek,  Kota Lama,  Kupang 85229

Comments

Popular posts from this blog

Kepemimpinan Lingkungan (Environmental Leadership)

Sakura Sumba, Konjil, Bubunik, Buni, SakuraTimor, Mudi (Cassia javanica)