Sakura Sumba, Konjil, Bubunik, Buni, SakuraTimor, Mudi (Cassia javanica)

Sakura Sumba,  Konjil,  Bubunik, Buni (Cassia javanica)

 
Tony Djogo

 
Jika sebuah nama sudah dikumandangkan oleh seorang petinggi, tokoh atau banyak orang, maka pasti nama itu akan dipakai orang seterusnya. Walaupun nama tersebut mungkin tidak cocok. Akhir akhir ini banyak sekali pemberitaan tentang “Sakura Sumba” di berbagai media atau wacana lepas. Sebagian orang mengira  Sakura dari Jepang memang tumbuh juga di Sumba.  Atau bahwa  Pulau Sumba juga punya bunga Sakura.  Memang Sakura Sumba sangat indah bunganya dan menjadi daya tarik  yang luar biasa. Sehingga pemerintah  Kabupaten Sumba Timur  dan  Propinsi NTT  ingin  mengembangkan lebih  lanjut dan lebih luas khususnya demi  memperindah kawasan perkotaan dan wilayah  tujuan wisata.

















Bubunik (Cassia javanica ) di Rote (Foto Tony Djogo)

Ini  menjadi salah satu penggerak atau motivasi utama untuk perluasan dan pengembangan  tanaman ini baik di perkotaan atau di destinasi wisata. Gubernur NTT bahkan ingin mengembangkan tanaman ini di seluruh NTT  terutama di kawasan destinasi wisata jika memungkinkan. 

Tulisan ini ingin menyampaikan  beberapa klarifikasi  mengenai tanaman yang semakin populer dengan nama “Sakura Sumba”. 

Soal Sakura, bukan hanya heboh di NTT tetapi juga di Surabaya, karena di sana ada juga “Sakura Surabaya” yang nama aslinya adalah Tabebuya (Tabebuya Chrysotrica) yang berasal dari Brazil. Dan juga uniknya warnanya ada yang kuning dan ada yang pink. Orang kita ada yang menyebutnya sebagai “Sakura Brazil”. Tabebuya ini adalah tanaman tropis namun juga berbunga lebat umumnya pada musim kemarau. 





























Bubunik (Cassia javanica) di Rote (Foto Tony Djogo) 

Sakura asli jelas hanya ada (beradaptasi) di Jepang dan wilayah  beriklim sedang (temperate)  lainnya bukan di daerah tropis apalagi  di wilayah semi rinkai (semi arid) seperti NTT ini.  Sakura nama bunga asli Jepang dengan namanya dalam Bahasa  Inggeris Japanese Cherry. Sakura ini sekarang sudah menyebar luas di beberapa  negara Asia seperti China, Taiwan, Korea dan lainnya yang mempunyai  iklim sedang (temperate). Jadi sulit  Sakura asli jepang bisa tumbuh di NTT.

Sakura Jepang adalah jenis tanaman dari  kelompok ordo/bangsa  Rosales,  family/Suku  Rosaceae dan genus/marga  Prunus dan nama speciesnya Prunus serrulata.  Ada beberapa species  Sakura yang dapat ditemukan di Jepang. Namun ada puluhan species  dari  genus prunus  yang dapat ditemui di berbagai negara beriklim sedang.
















Konjil (Sakura Sumba) di Sumba (Foto Bernhard Yulizhu)

“Sakura Sumba”  adalah  salah satu species dari marga/genus Cassia dengan nama ilmiah Cassia javanica. Tanaman ini termasuk dalam bangsa/ordo Fabales, family/suku Fabaceae, sub-family  Caesalpinioideae, dan nama speciesnya Cassia javanica. Menurut ahli taxonomy tanaman jenis tanaman termasuk dalam kelompok divisi tanaman berbunga (Magnoliophyta) dan  sub-divisi atau class  tanaman dicotyledons (Magnolipsida).  Namun ada perbedaan-perbedaan klasifikasi Cassia javanica antara beberapa lembaga internasional. Mohon klarifikasi lebih lanjut dari  pembaca yang mengetahui  persoalan ini. Dengan demikian sangat jelas bahwa Sakura Sumba berbeda sekali  dari Sakura Jepang.





























Sakura Sumba di Sumba (Foto Bernhard Yulizhu)

Walaupun tanaman ini mulai populer sebagai tanaman hias di Sumba, tanaman ini sebenarnya juga tumbuh liar di alam di Rote, Timor dan Flores serta kemungkinan besar ada di Alor dan Sabu. Bupati Lembata sudah menanam di  sana. Masih perlu kajian lebih lanjut mengenai lokasi penyebaran, adaptasi, populasi pohon, kegunaan menurut masyarakat lokal dan  potensi sumber-sumber benih. Para ahli botani atau biologi dan kehutanan mungkin dapat meneliti apakah jenis yang ada di Sumba sama dengan yang ada di Rote atau Sabu atau  Timor.  Apakah memang species yang sama atau sub species yang berbeda?  Secara sepintas warna bunga yang ada di Sumba lebih cerah  dengan dominasi warna merah muda sedangkan di Rote dan Timor di dominasi warna putih kekuningan dan sedikit merah jambu (pink).  Namun beberapa tempat di Timor juga ada yang mempunyai dominasi bunga yang berwarna merah jambu kombinasi putih kekuningan dan merah tua (crimson) yang sangat cerah. Apakah berbeda sub-species atau perbedaan ini karena adaptasi terhadap kondisi biofisik setempat?  Saat ini ada kurang  lebih tujuh sub-species Casaia javanica yang tersebar di berbagai negara. Perlu kajian lebih lanjut.































Cassia javanica berasal  atau merupakan tanaman asli  atau endemik Asia Tenggara dan tentu saja  Indonesia. Kemungkinan besar juga tanaman ini endemik  di NTT karena bisa ditemui di berbagai pulau di NTT. Sakarang Cassia javanica sudah berkembang atau menyebar ke beberapa negara seperti Cina, Kamboja, Thailand, Myamar; Mauritius dan Amerika Serikat serta negara-negara Kepulauan pasifik, Amerika Tengah dan Selatan.  Tanaman ini mempunyai beberapa nama dalam Bahasa Inggeris yakni Java Cassia, Pink Shower, Apple Blossom Trees dan Rainbow Shower Tree. Di Jawa di sebut Bobondelan  atau Trengguli Wanggang.

Tanaman ini ternyata mempunyai banyak kegunaan lain selain sebagai tanaman hias. Tanaman ini tahan kering dan bisa digunakan dalam program penghijauan atau reboisasi dan pohon pelindung. Berdasarkan penelitian dan pengalaman di negara lain (terutama India), Cassia javanica, mempunyai kasiat untuk menyembuhkan beberapa jenis  penyakit. Polong yang masak dan biji yang sudah tua bisa digunakan untuk obat pencahar (laxative), mual  dan obat penurun panas. Kandungan tanin di dalam batang Cassia ini bisa digunakan untuk penyamakan kulit. Kayunya cukup keras dan kuat  untuk digunakan sebagai bahan bangunan, perabot dan lemari. Namun karena ukuran kayunya yang ada di NTT umumnya kecil dan bercabang banyak maka tidak mudah mengolah bahan bakunya menjadi kayu bangunan atau furniture. Apalagi populasi kayu ini sangat rendah  dalam santu hamparan dan menyebar ke mana-mana.


Di setiap daerah juga pasti ada  kegunaan tanaman ini yang sudah pernah di praktekkan secara tradisional dan lokal. Misalnya  di dalam polong yang sudah tua sering ada ulat yang bisa dimakan  sebagai sumber protein atau sebagai obat untuk mengatasi sariawan dan sakit perut. Di daerah lain ulat tersebut digunakan  sebagai umpan untuk memancing ikan.

Tanaman ini  dapat tumbuh di mana saja di NTT dengan ketinggian ideal sampai dengan 500 m  atau bahkan lebih dari 500m  di atas permukaan laut, curah hujan rendah (seperti yang ditemukan di Eban dan Kapan), tahan terhadap kekeringan dan adaptasi terhadap tanah  gersang, kering, berbatu  dan tandus. Uji coba  yang saya lakukan di Kupang menunjukkan bahwa tanaman ini sangat mudah dibudidayakan dari biji/benih. Namun sebaiknya perlu mengumpulkan benih dari polong yang masih baru. Begitu biji didisemai di bedeng atau polibag dalam satu  atau dua minggu sudah tumbuh kecambah. Saat ini sedang diuji coba penanaman menggunakan stek dan cabutan anakan dari hutan.



Sakura Sumba di Nekamese (Foto Tony Djogo)

Dalam bahasa Indonesia nama tanaman ini adalah Tengguli. Karena tanaman ini adalah tanaman lokal NTT maka pasti sudah dikenal di berbagai daerah di NTT. Cassia javanica mempunyai nama-nama daerah seperti Konjil di Sumba, Bubuni atau Bubunik di Rote, Buni di Timor, Bunga Arus di Belu dan Mudi di Nagekeo Flores.    Di tingkat internasional tanaman ini disebut dengan nama Cassia javanica,  Pink Lady, Pink Shower, Apple Blossom or Rainbow Shower Tree  dan Java Cassia.Orang Helong menamakan tanaman ini Kikili.  

Melihat potensi tanaman ini sebagai tanaman hias maka kini saatnya Kabupaten lain mengikuti apa yang sudah dirintis di Kabupaten Sumba Timur untuk mengumpulkan benih dan membangun pesamaian tanaman ini dalam jumlah besar. Mudah-mudahan Dinas Kehutanan Propinsi  bekerja sama dengan BPSAD HL bisa mulai mengumpulkan benih dalam tahun ini sehingga bisa disemai diharapkan bisa ditanam dalam musim hujan yang akan dimulai akhir tahun 2019. Alangkah indahnya kalau juga dikombinasikan dengan tanaman lokal lainnya yang juga mempunyai bunga dan daun yang sangat indah seperti Nikis atau Cassia fistula, Bungur (Lagerstroemis speciosa) , Kosambi (Schleichera oleosa), Bunga Desember/Sepe (Delonix regia), Kabesak Putih (Acacia leucophloea)  dan sebagainya. NTT memiliki banyak tanaman lokal yang sangat potential untuk digunakan sebagai tanaman  (pohon) hias di perkotaan.

Buni di Nekamase (Foto Tony Djogo)


Apakah kita mau terus pake  nama Sakura Sumba atau pakai nama baru?.  Tentu saja karena tanamam ini  mulai dipopulerkan di Sumba saya pikir pakai nama “Konjil” juga bagus.  Jika kemudian semakin populer dengan nama Sakura Sumba  dan  dipakai secara luas kita tidak bisa menghindari. Teruskan saja. Kata Sakura sendiri dipakai dalam berbagai nama berkaitan dengan urusan bisnis.   Tanaman ini merupakan bunga propinsi untuk salah satu negara bagian di India. Apakah akan dipakai sebagai salah satu bunga/tanaman khas  NTT (Flora of NTT)?.







Cassia javanica di Malaka (Foto Tony Djogo)














Cassia javanica di pesemaian di rumah Jalan Maumere, Nefonaek, Kota Lama Kupang. Cassia javanica  mudah disemai. Benih yang sudah lama tersimpan atau terimbun di  dalam tanah, di dalam polybag bisa muncul lagi setelah setahun kemudian. Daya kecambah mungkin rendah tetapi setelah tumbuh akan sangat tahan. Namun penting untuk merawat  pada tahun pertama dengan penyiraman secara teratur di pesemaian. 


















Cassia javanica yang ditemukan di Sasitamean Kabupaten Malaka (Foto-foto Tony Djogo).






Dalam kunjungan lapangan sampai akhir tahun 2021 saya lihat  Cassia javanica dapat ditemukan di Nagekeo (Tutubhada,), Sabu Barat, Sabu Timur, sedangkan di Timor dapat ditemukan juga di Malaka (Kobalima, Io Kufeu, Sasitamean),  Belu (Halilulik), TTU (Tamkesi dan Eban), TTS  (Kapan) dan Kabupaten Kupang (Camplong, Oekabiti, Ikan Foti,  Nekamese, Pulau Semau  dan  daerah lain di Amarasi).  








Casssia javanica di  Tamkesi TTU (Foto Tony Djogo)



Comments

Popular posts from this blog

Kepemimpinan Lingkungan (Environmental Leadership)

Sejarah Yayasan Mitra Tani Mandiri (YMTM) versus Yayasan Geo Meno (YGM)