Lingkungan, Informasi Lingkungan dan Rakyat Kecil

Tony Djogo 

Persoalan kerusakan dan dampak negatif pada lingkungan sudah lama dibicarakan dan semakin santer dibahas. Apalagi dengan adanya kecemasan akan persoalan pemanasan muka bumi yang dibahas secara serius di berbagai belahan muka bumi. Tokoh-tokoh dunia, nasional dan lokal banyak yang mempersoalkan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mengurangi dampak negatif kerusakan lingkungan atau bahkan kehancuran planet ini. 

Dampak kerusakan lingkungan bisa dilihat dalam berbagai aspek dan jika disimak dengan saksama akan sangat menakutkan karena menyangkut perubahan-perubahan ekosistem dan lingkungan muka bumi ini yang tidak hanya merusak ekosistem itu saja tetapi juga seluruh tatanan kehidupan di muka bumi yang memberikan dampak negatif bagi kesehatan manusia, perubahan tata ruang, sosial dan ekonomi manusia. Kerusakan muka bumi dapat dilihat dan dirasakan dengan jelas baik dalam ruang lingkup atmosfer, ekosistem sungai, danau dan laut, berkurangnya lapisan es di kutub dan dipegunungan, kerusakan ekosistem bagi miroorganisme, keanekaragaman hayati, polusi genetik tanaman dan hewan, system produksi pertanian dan sebagainya. 

Salah satu frnomena yang menarik untuk dilihat dalam dua puluh tahun terakhir adalah semakin gencar kalangan peneliti dan kalangan masyarakat madani (LSM, lembaga nirlaba, sektor ketiga dan sejenisnya) mengangkat masalah-masalah lingkungan dalam penelitian dan diskusi kebijakan dan pembangunan. 

Salah satu hasil yang fenomenal adalah terkumpulnya semakin banyak informasi tentang lingkungan diseluruh dunia. Luar biasa. Tampaknya kita kelebihan informasi tetapi bagaimana menggunakan informasi ini dan siapa yang bisa memiliki akses dan memanfaatkan informasi lingkungan untuk mengambil keputusan secara tepat pada waktu yang tepat dan tentu saja berguna bukan hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain. Kenyataan menunjukkan bahwa rakyat kecil tidak memiliki informasi lingkungan yang cukup banyak dan tepat waktu. 

Tulisan singkat ini ingin memusakan perhatian pada dampak negatif dari tindakan dan kebijakan lingkungan yang mempengaruhi kehidupan dan ruang hidup masyarakat kecil. Tindakan kalangan tertentu atau kebijakan pemerintah menyebebkan penderitan bagi kalangan kecil. Upaya pemerintah membebaskan udara dari polusi bagi kalangan elit ternyata menghasilkan dampak negatif bagi masyarakat kecil. Upaya inovasi teknologi, kegiatan bisnis menghasilkan dampak negatif yang lebih besar pada masyarakat banyak dibandingkan dengan kalangan elit atau kaum berada dan pemilik perusahaan, pemegang kekuasaan dan kewenangan. 

Dampak Lingkungan dan Penanganannya bagi Masyarakat Kecil 

Hari minggu tanggal 14 September 2008 yang lalu saya mengendarai kendaraan melalui Utan Kayu untuk menghindari masuk ke Jalan Pramuka, Jakarta Timur, karena pada hari itu adalah hari bebas kendaraan bermotor di Jalan Pramuka. Tidak ada satupun kendaraan bermotor yang boleh melewati jalan itu sampai pukul 14:00. Apa tujuan nya? Katanya untuk mengurangi polusi di jalan tersebut artinya udara harus bersih pada hari itu. 

Apakah memang benar demikian? Apakah memang MenKLH atau Bapedalda atau PSLH Universitas di Jakarta bisa menjamin dan meyakinkan bahwa dengan tidak adanya kendaraan yang lewat pada hari itu maka udara di situ akan bersih. Apakah memang ada batasan yang bisa dilihat dan dirasakan dan ditentukan bahwa jika memang kendaraan tidak lewat di jalan tersebut maka seluruh jalan tersebut akan bebas dari polusi? Jika demikian asumsinya maka ini adalah asumsi yang paling salah dan naïf. Aliran udara atau polusi tidak bisa dibatasi secara fisik mengikuti batasan jalan atau batasan lain yang bisa diatur manusia sepanjang jalan itu. 

Kenyataan menunjukkan bahwa ratusan mungkin ribuan kendaraan dipaksakan melalui jalan-jalan alternatif dan terjadi kemacetan yang sangat parah, apa yang terjadi ketika kendaraan tidak bisa bergerak selama lebih dari tiga- empat jam. Polusi yang sangat hebat. Tidak ada polusi yang bisa dibatasi pergerakannya oleh manusia di jalan-jalan seperti ini. Ternyata saya dan ratusan pengemudi terjebak di jalan-jalan kecil selama dua jam lebih dan jika diakumulasi total semua kendaraan tidak bisa bergerak selama lima sampai enam jam dengan menghasilkan akumulasi polusi yang luar biasa tingginya bagi masyarakat kecil yang tinggal di sekitar jalan-jalan itu. 

Rumah-rumah masyarakat kecil yang tinggal disepanjang Jalan itu tidak bisa ditutup untuk mencegah polusi masuk ke rumah. Apalagi banyak orang yang hari itu tidak bekerja (hari minggu) berdiri di luar rumah menonton kemacetan yang luar biasa parah dan dengan santainya tanpa sadar menghirup gas-gas buangan dari berbagai kendaraan yang terjebak di depan rumah-rumah mereka. 

Upaya pemerintah untuk membersihkan jalan pemuda dari polusi kendaraan bermotor ternyata menghasilkan polusi yang lebih hebat lagi bagi masyarakat kecil. Namun mereka tidak mengetahui dan menyadarinya.Orang-orang besar dan kaya yang tinggal di sekitar Jalan Pemuda relatif bebas kebisingan kendaraan namun belum tentu bebas dari polusi. Pasti pada minggu-minggu sebelumnya, upaya pemerintah untuk membebaskan jalan-jalan protokol atau jalan besar dan tempat tinggal orang berada juga menghasilkan dampak negatif yang sangat besar bagi masyarakat kecil yang hidup di jalan dan gang sempit tetapi dijejali dengan ratusan sepeda motor dan mobil yang hidup mesinnya pada saat yang bersamaan dan tidak bergerak sama sekali. 

Ini salah satu bentuk trade off yang sangat jelas: mengamankan jalan besar dan orang kaya tetapi mengorbankan jalan kecil dan orang kecil. Apakah pernah ada upaya pemerintah untuk melakukan tingkat pengukuran polusi udara pada saat terjadinya kemacetan di jalan-jalan kecil ini? Rasanya tidak pernah terjadi. Pemerintah dan stafnya tidak mau capek. Kalau toh pemerintah dan lembaga yang berwewenang atau kompeten melakukan hal itu apakah mereka akan membagi hasil pengukuran dan analisisnya dengan masyarakat kecil yang hidup di sekitar jalan-jalan kecil itu? 

Masyarakat Kecil : Selalu Jadi Korban tetapi Mereka Tidak Menyadari dan OrangTidak Peduli

Bukan hanya itu, pemerintah juga tidak menyadari apa yang terjadi pada masyarakat kecil. Kejadian di atas hanya merupkan salah satu saja kejadian yang berkaitan dengan persoalan lingkungan yang terjadi dengan dampak serius bagi masyarakat kecil. Persoalan lingkungan sangat kompleks bukan hanya polusi udara dari kendaraan. Tetapi juga polusi air sungai dan sumur oleh pertambangan atau pabrik dan bahkan rumah sakit. Atau polusi air sumur dan sumber air minum oleh karena penggunaan pupuk kimiawi dan sebagainya. 

Pada tahun 2001-2003 saya masih berkesempatan melakukan kunjungan dan penelitian di daerah Malinau, Kalimantan Timur. Bisa kita saksikan bagaimana pertambangan batubara menghasilkan polusi sumber-sumber air masyarakat kecil di pedesaan tetapi tidak ada upaya untuk membela masyarakat agar bisa meminta perusahaan untuk memberikan perlakukan bagi pemurnian air minum dan sungai di mana mereka tingal. Jelas sekali bahwa air menjadi sangat keruh, kotor dan kadang berbau menyengat hidung. 

Sungai Mahakam di Kalimantan Timur dikenal sebagai salah satu sungai dengan tingkat polusi air yang paling parah di dunia. Limbah dari perusahaan pengergajian kayu baik legal maupun liar serta limbah-limbah pertambangan mengalir ke sungai ini. Siapa korbannya? Selain biota sungai dan ekosistemnya, masyarakat yang dinggal di sepanjang atau hilir sungai ini pasti menderta karena polusi yang begitu hebat. Namun informasi tentang polusi dan kemungkinan dampak negatifnya hanya ada di kalangan akademik, pemerintah dan masyarakat madani. Banyak anggota masyarakat yang tidak tahu apa yang terjadi dengan kualitas air yang tidak kasat mata itu. 

Masih dari Kalimantan Timur, saya menyaksikan langsung pada tahun 2002, masyarakat lokal menangkap ikan dengan menggunakan pestisida. Ikan mati mengapung disungai dan diambil oleh anak-anak lalu dibawah kerumah untuk dimasak atau dibakar dipinggiran sungai. Ketika saya tanyakan apakah tidak berbahaya dengan adanya racun pestisida itu. Dengan santai anak-anak menjawab bahwa kan perut dan kepalanya dibuang sedangkan badannya tidak kena racun pestisida jadi aman kalau dimakan kata mereka. Bagi saya ini sangat menakutkan bagi mereka tidak. Saya tanyakan apakah bisa demikian caranya menangkap ikan? Ia katanya karena ikan disungai sudah berkurang jadi kalau disiram racun maka ikan yang mati akan muncul dengan mudah. Bagimana dengan masyarakat di bagian hilir yang mengambil air untuk mandi, cuci pakaian dan makanan dan minum atau sikat gigi? 

Radio Elshinta satu atau dua tahun lalu (maaf saya lupa tanggalnya) menyiarkan sebuah berita menarik dalam Acara News and Talk, sebuah acara yang sangat menarik itu, mengenai polusi oleh sebuah rumah sakit di Jakarta. Dalam dialog dengan masyarakat sekitar rumah sakit tersebut terungkap bahwa air sumur di sekitar rumah sakit tersebut telah tercemar dan masyarakat menderita gatal-gatal di kulit. Air sumur menjadi keruh dan berbahaya bagi kesehatan mereka, tetapi masyarakat tidak punya data tingkat pencemaran dan bahayanya. Rumah sakit mengatakan bahwa mereka memperlakukan limbah rumah sakit dengan baik dan dibuang jauh dari rumah sakit. Tetapi bagaimana dengan limbah cair yang keluar dari rumah sakit dan tidak ada penanganannya dan cairan itu bisa meresap kedalam sumur-sumur air masyarakat di sekitarnya? Kembali lagi masyarakat kecil menderita karena penanganan lingkungan yang salah. Mereka tidak memiliki informasi yang jelas tentang penyebab, akibat serta kadar kualitas air yang mereka gunakan sehari-hari. 

Kegiatan penebangan hutan secara liar dan tidak syah di berbagai daerah di Indonesia sangat jelas menghasilkan dampak negatif bagi masyarakat baik secara sosial dan ekonomi maupun juga lingkungan dan sistem produksi pertanian. Para penyandang dana di balik illegal logging ini menikmati hasil kayu dengan keuntungan berlipat ganda namun mereka tidak mempedulikan dampak negatif pada masyarakat kecil. 
 
Informasi Lingkungan: Ketidakadilan Informasi 

Terlepas dari dampak negatif bagi lingkungan tempat hidup masyarakat kecil, persoalan pertama yang seharusnya ditangani adalah bahwa masyarakat kecil perlu mendapat informasi yang sama dan tepat waktu dengan informasi yang dimiliki atau diperoleh kalangan pemerintah, swasta, akademik dan kalangan LSM. Jika kita baca website atau laporan berbagai kalangan ini ternyata ada begitu banyak informasi yang tersedia tetapi tidak sampai ke masyarakat. Semakin hari kalangan LSM semakin kaya akan informasi lingkungan namun hanya sebagian kecil yang sampai ke masyarakat. Waktunya tidak tepat pula. Setelah terjadi sesuatu yang berbahaya baru masyarakat diberitahu. 

Karena itu kampanye penyadaran lingkungan yang dilakukan kalangan LSM banyak yang tidak berhasil walaupun begitu banyak dan gencarnya informasi yang disebarluaskan dan kampanye digalakkan. Masyarakat dan sebagian besar perusahaan swasta tidak mempedulikannya. Apa yang salah di sini? Apakah memang informasi lingkungan juga hanya sampai ke kalangan elit? Bagaimana cara penyampaian informasi yang dilakukan? Media kampanye dan cara penyampaikan informasi serta waktu dan tempatnya sering tidak tepat. Karena itu jika informasi diberikan layak dan tepat waktu banyak orang bisa menghindar dari kemungkinan dampak yang akan terjadi atau melakukan kegiatan dan tindakan lain. 

Jika informasi tentang route jalan bebas kendaraan disampaikan dengan benar dan tepat waktu kepada masyarakat, banyak orang tidak akan melewati jalan-jalan alternatif tersebut. Jika pemerintah menyampaikan kemungkinan dampak negatif dari polusi bagi masyarakat kecil yang hidup disekitar jalan alternatif, kemungkinan besar masyarakat yang tinggal di kiri kanan jalan tersbut akan memblokir jalan tersebut untuk lalu lintas berbagai kendaraan dan kekacauan juga akan semakin parah. Apakah pemerintah dan lembaga ilmiah yang menangani lingkungan pernah berpikir unuk menghitung berapa banyak kendaran yang melewati jalan-jalan alternatif dan berapa besar polusi yang terjadi lalu dibandingkan dengan polusi yang terjadi sehari-hari di jalan utama pada hari kerja normal dan pada akhir pekan, pada saat orang berangkat, pada saat pulang kerja dan pada saat-saat di antara waktu itu? Di sini perlu diuji kebijakan dan peraturan pemerintah yang berkaitan dengan penanganan lingkungan seperti ini dan sejenisnya. Bagaimana hasil pengukuran seperti ini bisa disebarluaskan kepada masyarakat secara bebas dan kita lihat apa dampaknya.

Comments

Popular posts from this blog

Kepemimpinan Lingkungan (Environmental Leadership)

Sakura Sumba, Konjil, Bubunik, Buni, SakuraTimor, Mudi (Cassia javanica)

Sejarah Yayasan Mitra Tani Mandiri (YMTM) versus Yayasan Geo Meno (YGM)