Fatuulan, Kotolin, Nualunat, Kualin, Kolbano : Pariwisata Pedesaan


Libur kemarin saya dan beberapa teman jalan-jalan melewati Niki-niki, Oenlasi, lalu ke Destinasi wisata Fatuulan yang indah tetapi belum berkembang, sambil kunjungi beberapa kampung atau desa antara Oenlasi dan Kotolin seperi Bineno dan Hoibeti di Kotolin balik ke Kupang via Kolbano, Dataran Bena dan Batu Putih.

Malam hari 5 Mei 2022 dalam perjalanan dari Fatuulan dari Bineno menuju Kotolin saya ketemu mungkin lebih dari 10 jeep atau kendaraan lapangan dengan serombongan pecinta mobil-mobil Jeep, four wheel-drive yang keren di Fatuulan. Ada peserta tour ini yang dari Italia. Mereka para off-roader pasti menikmati trayek ini. Namun antara Hoibeti di Kotolin dan Fatuulan sampai ke tidak ada restoran, atau warung kopi. Jika di Fatuulan ada Homestay pasti menarik.  Tentu dengan tetap menghargai, menghormati  dan memperhatikan kearifan lokal dan kondisi masyarakat.  


Kawasan Fatuulan yang sering disebut sebagai “negeri di atas awan” memang sangat indah tetapi belum ditata baik. Wisatawan datang dari Malaka, Belu, TTU, TTS Kupang dsb. Ada hutan alam yang sakral dengan pohon-pohon asli yang rimbun dengan satu danau kecil yang terjaga baik. Semoga ekosistem yang indah ini tetap dipertahankan dan dijaga anak cucu.

Jalan dari Niki-Niki menuju Oenlasi terus ke Fatuulan, Bineno dan Hoibeti di Kotolin, sebagian jalan sudah mulus sebagian jalan belum selesai dan ada yang masih rusak termasuk di Fatuulan dan ke arah Hoibeti dan daerah pantai di Kotolin. Dengan kendaraan kecil seperti pick up Suzuki atau Toyota Avanza, Rush orang bisa lewat jalan ini namun dengan perlahan-lahan. Jalan dari Hoibeti menuju Kualin, Kolbano sampai Dataran Bena lumayan bagus.






















 


















Masyarakat di route yang kami lewati tinggal di pemukiman sederhana di lereng-lereng curam berbatu terjal dan cadas. Masyarakat umumnya sederhana dengan sumber kehidupan dari pertanian peternakan Pertanian skala kecil, terpencar dan tidak teratur. Sumber air di puncak bukit atau dipemukiman sengat terbatas. Namun di lembah di Bineno ada sumber air yang melimpah. Masyarakat sudah budidaya ikan Lele dan Nila Merah. Semangat Kelompok dan anggotanya untuk budidaya ikan air tawar ini sangat tinggi walaupun ada frustrasi juga karena mereka pernah kehilangan ikan lele dicuri dari dari satu kolam yang diperkirakan mencapai 80 ekor. Sedih. Masyarakat juga sedih karena ikan lele yang mereka ingin jual dengan harga Rp.40.000 di tawar Rp. 30.000 oleh agen pembeli yang akan menjual kepada PKK. Padahal biaya pakan cukup mahal apalagi bagi masyarakat yang tinggal di pedesaan dan agak terpencil ini.

Kolam ikan terletak di lembah yang harus dilalui lewat lereng curam di Bineno dan perlukan penjagaan yang ketat agar tidak dicuri ikannya (Lele dan NIla merah). Air disekitar kolam ikan di situ sangat melimpah yang saya sampaikan alangkah baik ya kalau bisa juga dibuatkan pusat pesemaian kelompok untuk berbagai jenis tanaman baik horti (sayuran dan buah-buahan) maupun tanaman perkebunan serta tanaman kayu yang cocok di daerah ini. Ada dua jenis bambu yang tumbuh baik sekali di sini termasuk bambu betung. Sekitar mata air bisa ditanami dengan bambu dan enau yang cocok untuk melindungi sumber air dan ekosistem sekitarnya.






Budidaya lele dan Nila Merah 





Kami disuguhi nasi kacang, ikan lele dan pisang rebus

Menurut masyarakat daerah ini cocok untuk tanaman kopi, kentang, sayuran dan kacang merah. Juga alpukat dan jeruk seperti yang ada di Soe atau Kapan. Masyarakat di daerah ini pernah diberikan anakan kopi sekitar 30-an tahun yang lalu tetapi jumlah pohon kopi dalam satu desa atau kampung mungkin kurang dari 10 pohon. Ada yang hanya 1 – 5 pohon saja d isetiap kampung. Jadi tidak cukup untuk dijual dan tidak ekonomis. Ada kopi yang tumbuh bagus seperti di Senain tetapi hanya satu pohon yang bagus di kampung ini tumbuh di halaman rumah. Menurut pemilik rumah satu pohon kopi ini dipanen, dijemur, disangrai dan dikonsumsi sendiri. Jadi ada potensi pengembangan kopi baik arabika (untuk wilayah dengan ketinggian di atas 1000 m seperti di fatuulan dan sekitarnya) atau robusta untuk dataran yang lebih rendah. Sampai sekarang beluj ada perluasan penanaman kopi.




Labu Jepang atau Labu Siam




Alpukat.

Dua tahun lalu saya kirim satu kilo benih Lamtoro Taramba untuk untuk uji coba dan dijadikan bibit tanaman pakan ternak. Ternyata Lamtoro Taramba ini tumbuh subur dan Petani yang menerima merencanakan jika berbuah akan dikumpulkan dan disebaluaskan lagi. Benih Lamtoro Taramba yang hanya satu kilo ini dibagikan kepada beberapa keluarga di Biteno ini dan Kotolin. Saya mengharapkan bisa kirimkan lagi beberapa kilo jika mungkin disebaluaskan ke beberapa desa sekitar dari Kotolin kearah Malaka. Semoga bisa membantu pengembangan pakan ternak. Kami disuguhi ikan Lele goreng dengan nasi kacang yang enak sekali. Tahun lalu kami pernah disuguhi ikan bakar dari laut di pantai Nualunat, dalam Bahasa lokal di sebut Lele Laut yang sangat mirip dengan Lele air tawar namun panjangnya mencapai 80 cm dan beratnya bisa mencapai dua kilogram. Gurih dan enak sekali apalagi maka ndengan pisang dan singkong rebus dan sambal.

Desa Kotolin sendiri, jika diamati dari arah Kualin, Kotolin dan kearah Malaka sebenarnya banyak Lamtoro lamtoro Gunung yang tumbuh liar yang ditanam mungkin puluhan tahun yang lalu. Namun tidak dirawat namun dijadikan pakan ternak serta untuk pemulihan kesuburan tanah dalam sistem tebas bakar.


Melihat Ekosistem Pertanian, Hutan dan Potensi kelautan dan perikanan tangkap dan budidaya, dari Oenlasi, Fatuulan, Kotolin, kearah pantai dengan potensi pertanian, perternakan, perikanan dan pariwisata mudah-mudahan dapat dikembangkan sistem pariwisata terpadu yang didukung pertanian hortikultura dan peternakan serta perikanan (budidaya dan perikanan tangkap/laut) . Wisawatan bisa mengunjungi Fatuulan dan sekitarnya dalam satu paket perjalanan dari Kolbano, pantai kualin dan Kotolin, Fatuulan dan seterusnya. Perlu ada perencanaan dan disain dan perencanan terpadu bersama antara pemerintah Desa, Kabupaten dan Provinsi.

Daerah wisata Fatuulan belum tertata baik. Bisa dikembangkan landcape design dengan taman dan tempat kuliner jika memungkinkan didukungan pengembangan homestay di pedesaan. Namun pemerintah masih perlu memperbaiki jalan yang belum selesai, listrik dan masalah ketersediaan air. Di beberapa tempat sumber air sangat melimpah tetapi lokasinya ada dilembah sedangkan pemukiman umumnya di lereng atau puncak bukit. Ada lokasi pemakaman tokoh-masyarakat yang perlu didukung dengan penataan taman, penyediaan sumber air dan penerangan. Jalan masuk dari jalan utama menuju Fatuulan perlu mendapat perhatian.

Potensi buah-buahan dan sayuran perlu dibantu pengembangannya. Masyarakat umumnya tanam dalam jumlah kecil tidak teratur. Pendampingan dan penyuluhan sangat terbatas. Beberapa komoditi local yang ditanam dalam jumlah terbatas seperti labu siam, kacang merah (breniboon), alpukad/alpokat/avocado, kopi, bambu, pisang luat, jagung bunga tidak berdampak besar pada ekonomi local. Bersifat musiman, kecil volumenya. Tidak ada pendampingan. Perlu juga ada dukungan perlindungan hutan dan sumber-sumber air dan untuk mendukung pariwisata perlu homestay camping ground, kios dan rumah makan yang harus dikelola oleh masyarakat local.






Hanya ada satu pohon kopi di Kampung Senain, Desa Fatuula. Ketinggian kampung ini  sampai di Fatuulan kurang lebih 970 m  sampai  lebih dari 1000 m. Jadi daerah di sini bisa ditanami kopi baik robusta maupun arabika.

Peternakan dan perikanan budidaya seperti Lele dan Nila Merah mempunyai potensi yang perlu dikembangkan seperti di Desa Bineno. Perlu penguatan, pendampingan dan penyuluhan termasuk rencana bisnisnya.











Bambu betung salah satu potensi yang bisa dikembangkan

Comments

Popular posts from this blog

Kepemimpinan Lingkungan (Environmental Leadership)

Sakura Sumba, Konjil, Bubunik, Buni, SakuraTimor, Mudi (Cassia javanica)

Sejarah Yayasan Mitra Tani Mandiri (YMTM) versus Yayasan Geo Meno (YGM)