Membaca Perkembangan Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Membaca Perkembangan Politeknik Pertanian negeri Kupang

13 Tahun Pengalaman dengan Politeknik Pertanian Kupang

Tony Djogo

Head of PIU 1984-1987 dan Direktur Politani 1987-1997

Saat ini Politeknik Pertanian (Politani)  Negeri Kupang sudah mencapai banyak prestasi yang patut dibanggakan. Politani Kupang menjadi salah satu perguruan tinggi dengan prestasi bagus di Indonesia.  Lulusannya sudah banyak dan bekerja di berbagai daerah di NTT dan daerah lain  Indonesia.   Politani negeri Kupang sudah mendapat akreditasi sebagai salah satu perguruan yang berhasil di Indonesia.

Politani Kupang juga sudah mengalami pergeseran orientasi. Jika pada awal berdirinya Politani  (Politeknik Pertanian Undana) pendidikan, pengabdian dan kerja sama antar lembaga banyak memusatkan perhatian pada persoalan pembangunan pertanian lahan kering, pembanguan pedesaan, konservasi, dan pengembangan SDM.  Pada awalnya  Politani lebih memusatkan perhatian pada upaya pembangunan pertanian lahan kering, pembangunan pedesaan, Konservasi Sumberdaya alam,  dan pengentasan kemiskinan.

Kini  pendidikan Politani sudah lebih berorientasi pada pengembangan teknologi, bisnis dan pasar. Ini perubahan orientasi yang sangat relevan dan penting, sesuai dengan kebutuhan jaman sekarang untuk terus diperkuat. 
  
Sebenarnya Ketika saya menjaid direktur sudah ada komunikasi dan penjajakan Kerjasama bisnis. Ada Perusahaan yang datang ingin membangun kerjasama pengembangan kakao dan jambu mete, vanili serta kopi dan kelapa. Tetapi karena kita tidak punya  keahlian dan pengalaman bisnis dan naluri bisnis sangat terbatas tawaran kerjasama ini tidak dapat ditindaklanjuti. Saya juga mendapat tawaran untuk menjadi bagian dari rencana pengembangan perusahaan penanaman pohon kayu bangunan dan bahan baku industry. Namun kesibukan saya begitu tinggi dengan urusan administrasi, pendidikan dan banyak persoalan sosial politik lokal , saya tidak bisa konsentrasi. Dosen yang saya tugaskan tidak dapat melanjutkan inisiatif ini.











Ketika mengadakan kunjungan ke New Zealand, Brazil, Australia, AS, Philippines dan Honduras saya mempelajari bagaimana pengembangan agribisnis komoditi pertanian sebaiknya dikembangkan. Pada waktu itu pelajaraan bisnis sangat terbatas pada analisis usaha tani. Tidak sampai pada penyusunan business plan, analisi rantai nilai atau supply chain seperti sekarang.

Pada waktu itu  (awal 1990an) ada perusahaan yang datang untuk menawarkan pengembangan komoditi jambu mente  (Kacang mete)  untuk melakukan survey, analisis pasar bahkan sampai transportasi dan bekerja dengan pengolahan   kacang mete (dikupas dan digoreng)  di atas kapal yang bersandar di Flores sehingga hasilnya bisa langsung diangkut dan dijual ke Jawa. Bahkan ada tawaran dari luar negeri kepada Perusahaan itu untuk ekspor kacang mete olahan langsung ke Italia.









Mungkin memang budaya, cara hidup kita tidak kuat membawa kita kearah bisnis dan pemasaran. Ini menjadi salah satu kelemahan banyak produk pertanian dijual sebagai bahan baku murah ke Jawa. Tidak dijual dalam bentuk olahan atau produk jadi maupun setengah jadi.  Orientasi  dan naluri bisnis kita sangat lemah.

Ketika berkunjung ke Brazil tahun 1995  saya belajar bagaimana masyarakat lokal melalui proyek yang dikerjakan bersama antara universitas di Belem, Negara Bagian Para, dengan Perusahaan mobil Mercedez Benz , mengolah sabut kelapa menjadi bahan pembuat sandaran kursi dan bantalan kursi  (jok) mobil Mercedez. Proyek di Brazil ini

























Berkembangnya Politani melalui proses yang panjang dan berliku. Tahun 1982 saya ke Kupang Kembali dari Kalimantan setelah bekerja selama dua setengah tahun  sejak tahun 1980 dalam Proyek Pengembangan  Pemukiman Transmigrasi di Kalimantan Tengah (Transmigration Settlement Development Project) .  Dalam proyek ini saya bekerja sebagai teknisi (surveyor) pada PT Amythas (Sebuah Perusahaan konsultan  Teknik/engineering di Jakarta)  yang bermitra dengan PT Pibetha sebagai mitra lokal dalam Konsorsium dengan  Kampsax Internasional A/S dari Denmark.   

Tahun 1982 saya mulai bekerja sebagai tenaga honorer pada Fakultas Pertanian Undana. Fakultas Pertanian juga baru didirikan pada tahun itu. Memang pada saat itu jumlah tenaga pengajar (dosen) di Fakultas Pertanian masih sangat terbatas. Jumlah pegawai administrasi juga masih sangat terbatas. Belum ada mahasiswa.

Saya pulang karena diajak (dipaksa)  keluarga yang menyarankan bahwa lebih baik kerja di Kupang supaya “bisa mengabdi didaerah  sendiri” walaupun pendapatan sangat terbatas. Padahal waktu itu gaji saya di Proyek Pemukiman Transmigrasi  cukup besar dibandingkan rata rata penghasilan pegawai di Indonesia. Ada peluang untuk bekerja dengan proyek proyek Yang sedang dikerjakan oleh konsultan induk (Kampsax International A/S dari Denmark) maupun  mitranya PT Amythas.  

Kampsax International A/S adalah salah satu Perusahaan konsultan utama internasional yang berasal dari Denmark. Perusahaan ini memberikan dukungan untuk jasa konsultasi di bidang teknik, survey dan pemetaan/GIS untuk disain jalan dan jembatan, pemukiman,   melakukan analisis ekonomi dan finansial. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1917 di Denmark. Tahun 2002 perusahaan ini diakuisisi oleh  COWI A/S.

Rupanya memang sudah garis tangan atau panggilan hidup saya harus pulang. Proyek pengembangan pemukiman transmigrasi di Kalimantan salah salah satu  dari banyak proyek transmigrasi di Indonesia pada waktu itu.  

Tahun 1984 Rektor Undana saat itu Prof Frans Likadja SH menugaskan saya untuk menjadi Kepala PIU (Project Implementation Unit) Politeknik Pertanian Undana. PIU adalah unit manajemen di bawah Ditjen Dikti, Kementerian P dan K waktu itu yang bertugas melakukan persiapan-persiapan pendirian Politeknik Pertanian di seluruh Indonesia. Ada enam  Politani yang berbasis di enam Universitas  di seluruh Indonesia plus satu Polytechnics Education Development Center for Agriculture ( PEDCA) atau   Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik Pertanian di Unpad Bandung. Koordinasi proyek pengembangan Politeknik Pertanian  yang mencakup perencanaan, pembangunan fisik kampus, pengadaan sarana dan prasarana,  pengembangan kurikulum, pelatihan dosen/instruktur berada di Ditjen Dikti yang dikelola oleh PIU Pusat.

Proyek Pembangunan Fisik dimulai  dan dan persiapan persiapan  pendidikan dengan pengembangan kurikulum, rekrutmen dan pelatihan para dosen atau instruktur  dan teknisi. Tentu saja pengadaan peralatan penunjang pendidikan yang cukup mahal juga mulai dipersiapkan. Dirancang sejak tahun 1984.

 Politeknik Pertanian Undana Kupang, didirikan bersama  lima Politeknik Pertanian lainnya di Indonesia yaitu Politeknik Pertanian Unila - Lampung, Politeknik Pertanian Unmul - Samarinda, Politeknik Pertanian Unhas - Pangkep, Ujung Pandang, Politeknik Pertanian UJ - Jember dan Politeknik Pertanian Unand - di Tanjung Pati Padang, Sumatera Barat serta PEDCA di Unpad  di Jatinangor, Bandung  berdasarkan MOU LOAN ADB No. IN0.  675 (dokumen kerjasama Pemerintah Indonesia cq. Bappenas dan Depdikbud dengan Development Bank) tahun 1983. Pendirian Lembaga  Pendidikan Tinggi jenis Politeknik Pertanian di Indonesia. Berdasarkan dokumen MOU di atas, dimulai dengan penjajagan (appraisal mission) oleh kosultan Amerika yang dibiayai Asian Development Bank (ADB) untuk memeilih enam calon lokasi pendidikan. 


Hasil penjajagan ini menetapkan bahwa sebagai perintisan awal dilakukan uji coba pedidikan Politeknik dimulai dengan enam Politeknik Pertanian di enam zone agroekosistem dominan Indonesia yang disesuaikan dengan system produksi pertanian utama

Pengembangan kurikulum difasilitasi konsultan dari New Zealand (ENAREC) bekerjasama dengan PEDCA di Unpad Bandung. Pembangunan Fisik dimulai tahun 1984, belum ada pegawai, dosen dan tentu saja belum ada mahasiswa.  Pelatihan Dosen  dan instruktur diselenggarakan di PEDCA dan Luar Negeri.

Saya memimpin Politeknik Pertanian Undana  (Sebagai Kepala PIU dan sebagai Direktur Pertama) sejak 1984 sd 1997, kurang lebih 13 setengah tahun. Banyak pengalaman menarik dan unik dalam berbagai aspek  manajemen dan  pendidikan Politani.

Tentu saja waktu itu Politani tidak hanya menyelenggarakan pendidikan tetapi juga membangun hubungan konsultatif dan kerjasama dengan berbagai organisasi baik pemerintah, swasta, LSM, lembaga pendidikan dan penelitian dalam dan luar negeri.

Saat ini Politani Negeri Kupang tentu saja sudah memperluas kerjasama yang lebih berorientasi bisnis, mengikuti perkembangan dunia dan Indonesia. 

Namun kita perlu waspada bahwa masih banyak masyarakat miskin di pedesaan. Produksi dan produktivitas kebanyakan tanaman pertanian (komoditi pertanian) terutama tanaman perkebunan masih rendah dan bahkan ada yang menurun.  Bargaining position petani pedesaan kita untuk bisa masuk ke pasar masih sangat lemah. Banyak lulusan pendidikan pertanian baik Universitas, Politeknik Pertanian atau SMK Pertanian tidak bekerja di sektor pertanian.

Dalam kunjungan saya berbagai daerah dan khususnya ke daerah-daerah penghasil kopi di  enam Kabupaten NTT saya temukan bahwa yang bekerja dengan kebun kopi adalah orang tua yang sudah berumur rata rata 60 tahun. Banyak pemuda migrasi ke kota atau ke pulau lain untuk mencari kerja dengan penghasilan yang lebih baik. Sedikit sekali lulusan pendidikan tinggi yang bekerja di  sektor pertanian, di sawah, pertanian lahan kering,  hortikultura, peternakan, atau kehutanan. 

Kerusakan sumber daya alam,  hutan, ekosistem perlu mendapat perhatian serius.  Banyak sumber air yang sudah mengering. Sementara itu produktivitas pertanian lahan kering menjadi masdalah serius. Masih banyak petani yang miskin dan tertinggal.  Mengatasi masalah-masalah ini tidak bisa tergantung pada satu dua pihak saja, apakah itu pemerintah, LSM, masyarakat Desa dengan kelembagaannya, swasta dan sebagainya.

Persoalan serius  yang terjadi di seluruh dunia saat ini adalah perubahan iklim. Apakah Politani siap membantu dengan langkah langkah praktis yang berdampak?  Upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di Indonesia masih sangat terbatas. Kebijakan tentang perubahan iklim masih harus diperbaiki dan diperkuat.

Apakah penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Politani bisa menghasilkan data untuk  perencanaan, disain, kebijakan berbasis ilmiah dan hasil uji coba yang realistis? Di mana mana banyak dipersoalkan science based planning, design  and  policy making. 

Untuk level Politani apakah bisa dihasilkan science-based, fact based and experiences based technology development and agribusiness model?

Politani harus mempunyai strategi,design untuk membuat juga membantu perubahan di luar bukan hanya  internal Politani. Ada  banyak Lembaga Pendidikan, penelitian dan pemerintah yang seharusnya memberikan dukungan bagi pembangunan tetapi faktanya pertanian kita masih tertinggal.





Politani mungkin banyak memusatkan perhatian pada aspek aspek teknis budidaya tetapi perlu memperhatikan pasar dan kelembagaan  dan kebijakan termasuk di dalamnya politik anggaran pemerintah. Alokasi anggaran pemerintah lebih banyak dihabiskan untuk proyek proyek fisik. Pengembangan kelembagan cara pendekatan pembangunan pertanian bermasalah. Proyek pusat Kementerian Pertanian yang didengung dengungkan KOSTRATANI  untuk membantu penyuluhan macet di tengah jalan.

KOSTRATANI adalah pusat kegiatan pembangunan pertanian tingkat kecamatan, yang merupakan optimalisasi tugas, fungsi dan peran Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dengan memanfaatkan informasi teknologi dalam mewujudkan kedaulatan pangan nasional, dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat yang ada di kecamatan. KOSTRATANI menjadi center of excellent pembangunan pertanian nasional, sekaligus menjadi pusat pemantauan data pertanian menuju single data (Kementerian Pertanian RI). Apakah Politani bisa membantu memperkuat beberapa BPP Sebagai model kontribusi Pendidikan Politani bagi pembangunan pertanian daerah?

Demikian juga Pembangunan Food Estate yang menjadi salah satu harapan pemerintah dan masyarakat  untuk meningkatkan produksi dan ketahanan pangan perlu mendapat perhatian lembaga Pendidikan dan  penelitian termasuk Politani. Apakah Politani bisa memilih satu Lokasi Food Estate untuk menjadi Lokasi pengabdian yang permanen dan terlibat dalam seluruh proses dari budidaya, panen dan pasca panen sampai pemasaran? Juga membantu memperbaiki sistem penyuluhan dan pengembangan bisnis di tingkat petani.

Luaran, manfaat dan dampak pembangunan pertanian lebih diukur pada penyerapan anggaran, penyelesaian  kontrak fisik tetapi lemah dalam capaian dan indikator baik dari aspek budidaya, pasar dan bisnis serta dampaknya.

Tahun 1982 saya ke Kupang Kembali dari Kalimantan setelah bekerja selama dua setengah tahun dalam proyek pengembangan  pemukiman transmigrasi di Kalimantan Tengah.  Tahun itu saya mulai bekerja sebagai tenaga honorer pada Fakultas Petanian Undana. Fakultas Pertanian juga baru didirikan pada tahun itu, Memang pada saat itu jumlah tenaga pengajar (dosen) di Fakultas Pertanian masih sangat terbatas. Saya pulang karena diajak (dipaksa)  keluarga yang menyarankan bahwa lebih baik kerja di Kupang bisa mengabdi didaerah walaupaun pendapatan sangat Terbatas. Padahal waktu itu gaji saya di Proyek Pemukiman Transmigrasi  cukup besar dibandingkan rata rata penghasilan pegawai di Indonesia. Rupanya memang sudah garis tangan atau panggilan hidup saya harus pulang. Proyek pengembangan pemukiman transmigrasi di Kalimantan salah salah satu  dari banyak proyek transmigrasi di Indonesia pada waktu itu.

Saya mulai bekerja sebagai tenaga honorer di Fakultas Pertanian Undana dengan honor Rp.40.000 per bulan. Memng pda awalnya sulit menyesuaikan diri dengan gaji segitu karenapenghasilan saya di Kalimantan sudha mencapai Rp.415.000 per bulan (kurang lebih 1000 USD).

Tahun 1984 Rektor Undana saat itu Prof Frans Likadja menugaskan saya untuk menjadi Kepala PIU (Project Implementation Unit) Politeknik Pertanian Undana. PIU adalah unit manajemen di bawah Ditjen Dikti, Kementerian P dan K waktu itu yang bertugas melakukan persiapan persiapan pendirian Politeknik Pertanian di seluruh Indonesia. Ada enam  Politani yang berbasis di enam Universitas  di seluruh Indonesia plus satu Polytechnics Education Development Center for Agriculture ( PEDCA) atau   Pusat Pengembangan Pendidikan Politekknik Pertanian di Unpad Bandung. Koordinasi proyek pengembangan Politeknik Pertanian  yang mencakup perencanaan, Pembangunan fisik pengembangan kurikulum, pelatihan dosen/instruktur di Pusat  berada di Ditjen Dikti yang dikelola oleh PIU Pusat.

Proyek Pembangunan Fisik dimulai  dan dan persiapan persiapan  pendidikan dengan pengembangan kurikulum, rekrutmen dan pelatihan para dosen atau instruktur  dan teknisi. Tentu saja pengadaan peralatan penunjang pendidikan yang cukup mahal juga mulai dipersiapkan.

Politeknik Pertanian Undana Kupang, didirikan bersama  lima Politeknik Pertanian lainnya di Indonesia yaitu Politeknik Pertanian Unila - Lampung, Politeknik Pertanian Unmul - Samarinda, Politeknik Pertanian Unhas - Pangkep, Ujung Pandang, Politeknik Pertanian UJ - Jember dan Politeknik Pertanian Unand - di Tanjung Pati Padang, Sumatera Barat serta PEDCA di Unpad  di Jatinangor, Bandung  berdasarkan MOU LOAN ADB No. IN0.  675 (dokumen kerjasama Pemerintah Indonesia cq. Bappenas dan Depdikbud dengan Development Bank) tahun 1983. Pendirian Lembaga  Pendidikan Tinggi jenis Politeknik Pertanian di Indonesia. Berdasarkan dokumen MOU di atas, dimulai dengan penjajagan (appraisal mission) oleh kosultan Amerika yang dibiayai Asian Development Bank (ADB) untuk memilih enam calon lokasi pendidikan. 

Hasil penjajagan ini menetapkan bahwa sebagai perintisan awal dilakukan uji coba pedidikan Politeknik dimulai dengan enam Politeknik Pertanian di enam zone agroeksistem dominan Indonesia yang disesuaikan dengan Ekosistem dan system produksi pertanian utama.

Pengembangan kurikulum difasilitasi konsultan dari New Zealand bekerjasama dengan PEDCA di Unpad Bandung.

Pembangunan Fisik dimulai tahun 1984, belum ada pegawai, dosen dan tentu saja belum ada mahasiswa.  Pelatihan Dosen  dan instruktur diselenggarakan di PEDCA dan Luar Negeri.















Saya memimpin Politeknik Pertanian Undana  (Sebagai Kepala PIU dan sebagai Direktur Pertama) sejak 1984 sd 1997, kurang lebih 13 setengah tahun. Banyak pengalaman menarik dan unik dalam berbagai aspek  manajemen dan  pendidikan Politani.

Tentu saja Politani tidak hanya menyelenggarakan Pendidikan tetapi juga membangun hubungan konsultatif dan kerjasama dengan berbagai organisasi baik pemerintah, swasta, LSM, lembaga pendidikan dan penelitian dalam dan luar negeri.

Politani harus mempunyai strategi,design untuk membuat juga membantu perubahan di luar bukan hanya  internal Politani. Ada  banyak Lembaga Pendidikan, penelitian dan pemerintah yang seharusnya memberikan dukungan bagi pembangunan tetapi faktanya pertanian kita masih tertinggal.

Politani mungkin banyak memusatkan perhatian pada aspek aspek teknis budidaya tetapi perlu memperhatikan pasar dan kelembagaan  dan kebijakan termasuk di dalamnya politik anggaran pemerintah. Alokasi anggaran pemerintah lebih banyak dihabiskan untuk proyek proyek fisik. Pengembangan kelembagan cara pendekatan pembangunan pertanian bermasalah. Proyek pusat Kementerian  Pertanian yang didengung dengungkan KOSTRATANI  untuk membantu penyuluhan macet di tengah jalan.

KOSTRATANI adalah pusat kegiatan pembangunan pertanian tingkat kecamatan, yang merupakan optimalisasi tugas, fungsi dan peran Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dengan memanfaatkan informasi teknologi dalam mewujudkan kedaulatan pangan nasional, dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat yang ada di kecamatan. KOSTRATANI menjadi center of excellent pembangunan pertanian nasional, sekaligus menjadi pusat pemantauan data pertanian menuju single data (Kementerian Pertanian RI).

Apakah Politani bisa membantu memperkuat beberapa BPP Sebagai model kontribusi Pendidikan Politani bagi pembangunan pertanian daerah?

Demikian juga Pembangunan Food Estate yang menjadi salah satu harapan pemerintah dan masyarakat  untuk meningkatkan produksi dan ketahanan pangan perlu mendapat perhatian lembaga pendidikan dan  penelitian termasuk Politani. Apakah Politani bisa memilih satu Lokasi Food Estate untuk menjadi lokasi  pengabdian yang permanen dan terlibat dalam seluruh proses dari budidaya, panen dan pasca panen sampai pemasaran? Juga membantu memperbaiki sIstem penyuluhan dan pengembangan disain bisnis di tingkat petani.

Luaran, manfaat dan dampak pembangunan pertanian lebih diukur pada penyerapan anggaran, penyelesaian  kontrak fisik. Lemah dalam capain dan indikator baik dari aspek budidaya, pasar dan bisnis serta dampaknya.

Memang sekarang semakin kuat tekanan untuk merubah system Pendidikan kita untuk lebih berorientasi praktis, Sejarah menunjukkan bahwa system Pendidikan kita menghasilkan orang orang teoretis yang berpikir abstrak. Penekitian penelitian di kampus  maupun di lemnaga penelitrian kebanyakan tidak dapat dimanfaatkan dalam disain Pembangunan, industry dan bisnis.

Belajar dari pengalaman di New Zealand sebenarnya pada tahap awal pendirian Politani kurikulum Sudha dirancang dengan komposisi 30 persen teori dan 70 persen praktek. Tetapi kini sudah berubah menjadi 40 banding 60. Juga pada pada waktu itu kita arahkan agar penelitian-penelitian teoretis dan abstrak ditiadakan tetapi lebih diarahkan kepada design pembangunan masyarakat (pertanian pedesaan dan pengentasan kemiskinan), konservasi sumberdaya alam,  teknologi manajemen air, disain pengembangan teknologi pengolahan,  dan pemasaran komoditi dan produk olahan pertanian.

Juga pada waktu itu dosen tidak diarahkan untuk melanjutkan studi ke jenjang Master dan Doktor tetapi diarahkan ke pendidikan spesialis dalam bidang pertanian,  teknologi pertanian lahan kering, komoditi, industri dan pasar. Tetapi  ternyata saat ini sudah banyak dosen yang melanjutkan ke pendidikan doktor. Padahal saya memberikan masukan agar focus pada Pendidikan yang berorientasi praktis, pada teknologi, komoditi,  industri dan bisnis. Namun juga perlu fokus pada disain pengembangan teknologi pedesaan, pengentasan kemiskinan, strategi pendekatan masyarakat dan penyuluhan yang berorientais inovasi pendekatan teknologi dan pengembangan komoditi. Namun tidak ada aturan yang bisa membatasi. Sistem kepegawaian dan gaji tidak mengakomodir  lulusan jenjang pendidikan spesialis agar setara atau bahkan lebih tinggi dari Master dan Doktor. Specialis diharahkan tidak menulis disertasi atau skripsi tetapi business plan,  atau design  dan pengembangan teknologi. Saya pernah menyampaikan bahwa gaji lulusan BA atau BSc dengan pengalaman panjang di AS lebih tinggi dari  gaji Professor atau Doktor .

Pernah juga didiskusikan bahwa kita perlu mengembangkan model pembangunan pertanian disetiap kabupaten di  dengan komoditi unggulan khas  di Kabupaten tersebut. Namun Politani akhirnya pada waktu itu hanya membangun satu model di Kabupaten TTS namun tidak berkelanjutan. Model ini hendaknya tidak hanya menjadi demplot semata tetapi menjadi model untuk membangun pelatihan, disain perbaikan kebun, teknologi melibatkan pelaku bisnis pertanian  dll








Comments

Popular posts from this blog

Kepemimpinan Lingkungan (Environmental Leadership)

Sakura Sumba, Konjil, Bubunik, Buni, SakuraTimor, Mudi (Cassia javanica)

Sejarah Yayasan Mitra Tani Mandiri (YMTM) versus Yayasan Geo Meno (YGM)